Selamat Membaca....
Angga benar-benar hancur sekarang, kebenaran sudah terpampang jelas dan ia menyaksikannya sendiri. Berjalan di lorong Rumah sakit sambil menunduk berusaha untuk tetap tegar menerima semuanya.
"Andai gue tau ini dari awal, Zahra pasti sekarang sudah jadi milik gue. Sialan!" Umpatnya pada dirinya sendiri. Hatinya hancur, pikirannya kacau. Ia menyaksikan kebenaran terlalu terlambat. Zahra telah menelan banyak derita dalam hidupnya akibat Angga yang terlalu lemah menerima kenyataan tanpa mau mencari kebenaran. Kisah macam apa yang tengah disiapkan Tuhan atas jalan takdirnya. Angga mencintai Zahra, tapi mengapa akhirnya harus begini?
Angga terus berjalan tanpa tujuan, ia lemah hari ini, tak ada sedikitpun kekuatan dalam dirinya. Hatinya hancur, benar-benar hancur, kakinya tak mampu lagi menapak, pikirannya masih terbayang wajah indah Zahra, wajah polos nan lugu itu kini tengah menyiksa batin Angga. Angga lunglai lalu jatuh bersimpuh di lantai. Tak ada kata kata yang terucapkan, hanya pikiran penyesalan yang ia tampakkan hari ini. Hatinya menangis namun air matanya tak mampu keluar. Seorang laki-laki tangguh harus lemah karena mengetahui sesuatu yang mencengangkan tentang perempuan yang ia cintai. Benar-benar tidak masuk akal sekali.
Di sisi lain, Ummi masih dengan tangisnya. Rintihan kesedihan menggema di dalam ruangan kecil Rumah Sakit, tangisan penyesalan dan kekecewaan atas kelalaian dirinya sendiri. Ummi merasa gagal menjadi seorang ibu yang baik untuk putri semata wayangnya. Di elusnya rambut putri kecilnya, ditatapnya mata-mata indah yang tertutup rapat itu, bibir indahnya tak lagi menampakkan senyuman manis.
Digenggamnya tangan lembut itu erat erat, kesedihan muncul lagi bagai tak memberikan Ummi kesempatan untuk menatap lagi ke hari lampau tatkala gadis itu dipukulnya dengan kejam, dinikahkan dengan paksa, direnggut kebahagiaannya, dihapuskan hak sekolahnya. Begitu kejam Ummi pada Zahra kala itu, andaikan ia tau kalau Zahra tidak hamil, maka semuanya tidak akan pernah terjadi.
Abi terdiam, bukannya ia pasrah dengan keadaan. Hatinya begitu hancur saat ini, ia tak mampu berkata apa apa kala itu, tangannya lemas, kakinya pun tak mampu menapak. Dipandangnya dua perempuan di hadapannya, istrinya tidak bersalah atas kejadian ini, sedangkan Zahra lebih teraniaya dengan keputusan Ummi. Sungguh, ia hanya mampu menyembunyikan kesedihannya dalam kalimat. "Inna lillahi wa innailaihi roji'uun." Kalimat ini menjadi penguat dirinya dalam menghadapi kenyataan hidup ini. Kalimat yang terus menggema dalam hatinya yang telah menjadi puing puing.
"Andai Ummi tau dari awal, mungkin Zahra nggak bakal ada di tempat ini." Ucap Ummi lemas, air matanya tetap mengalir deras. Tatapan kosong itu membuat Abi terenyuh, dirangkulnya istri tercinta itu dengan rangkulan hangat. Diciumnya kening wanita itu, digenggamnya kuat tangan lembutnya untuk memberi ketegaran.
"Zahra anak Ummi, dia pasti tegar seperti Umminya, dia juga anak Abi, Zahra pasti kuat seperti Abi. Dia anak kita berdua, dia pasti bisa melewati masa masa sulitnya kini." Ucap Abi penuh kasih sayang agar Ummi merasa tenang.
"Andai Ummi berpikir secara jernih kala itu, andai Ummi mau mendengar penjelasannya, dan andai..."
"Andai, adalah kalimat setan Ummi, jangan katakan itu lagi, ambil hikmah dari kejadian ini untuk selalu memikirkan segala sesuatu dengan kepala dingin." Ucap Abi memotong kalimat Ummi yang kalap.
"Tapi Abi, ini semua salah Ummi..."
"Shttttt... tidak ada pihak yang harus disalahkan, ini semua sudah menjadi takdir. Masih ingatkah Ummi, Zahra adalah satu satunya bayi yang berhasil lahir ke dunia ini setelah berlomba dengan ribuan sperma? Untuk itulah, Ummi harus bangga melihat Zahra kecil kini sudah menjadi dewasa. Ia mampu menjalaninya, bahkan sebelum ia diciptakan dirinya telah membuat keputusan untuk dilahirkan. Lantas, mengapa Ummi masih khawatir tentang jalan kehidupan putri kita. Ia kuat dan dia berani. Abi percaya, Zahra pasti bisa melewatinya." Ucapan Abi membuat Ummi sedikit tenang.
Sekali lagi dilihatnya putri kecilnya kini beranjak dewasa, Zahra yang dulu merengek meminta sebuah mainan, kini tengah berbaring diranjang dengan semua penderitaan, Zahra yang dulu masih senang dibelai, kini seperti tak berkutik tatkala Ummi menyentuh lembut kepalanya. Ummi menangis lagi dan lagi. Tak kuasa ia melihat putrinya harus mengalami penderitaan ini.
#Pak Arya POV
Tangannya masih bergetar menatap hening ke pojok ruangan kecil itu, tak sanggup ia melihat kondisi istrinya yang masih terus berjuang melawan penyakitnya itu. Entah mengapa hari ini pikirannya kacau dan tak ada suasana terbaik dalam hatinya. Bahkan, putranya sendiri meninggalkan dirinya dalam keadaan seperti ini.
"Ayah..." Ucapan itu sontak saja membuat Pak Arya menjadi gelisah. Ditatapnya pemuda itu dengan seksama, dilihatnya ia tengah duduk di sebelah kanannya.
"Kalau misalnya Ibu pergi, apa ayah setuju?" Tanya Aldi membuat Pak Arya seketika marah. Pertanyaan macam apa itu? Dalam kondisi seperti ini, ia masih tidak percaya pertanyaan itu muncul dari darah dagingnya sendiri.
"Apa maksudmu? Apa kamu ingin Ibumu mati?" Tanya Pak Arya dengan tatapan menyeramkan. Tatapan tajam itu tak sedikit pun membuat Aldi gentar.
"Haha... egois banget ya... Ayah nggak mau kehilangan Ibu, di sisi lain Ayah menganiaya seorang gadis dengan alasan yang kurang jelas. Sekarang gadis itu tengah berjuang keras antara hidup dan mati. Lalu, Ayah berharap istri Ayah selamat?" Tanya Aldi masih dengan posisinya saat ini.
"Kamu jangan sembarangan ngomong ya!" Ucap Pak Arya dengan nada marahnya.
"Ayah! Lalu apa bedanya Anastasia, Zahra, dan Ibu? Mereka bertiga sama sama perempuan, seharusnya Ayah juga harus memperlakukan hal yang sama seperti Ayah memperlakukan Ibu! Ayah sudah merenggut kebahagiaan tiga orang perempuan! Lalu apakah Ayah pikir, Ibu akan bahagia setelah tau Ayah menyiksa Zahra tanpa ampun? Lalu apakah Ibu akan merasa diistimewakan ketika dia tau Ayah sudah mendorong seorang wanita hamil? Nggak mungkin Ayah! Ayah sudah dibutakan oleh cinta Ayah kepada Ibu! Ayah adalah Ayah terlemah yang pernah Aldi tau! Jika Ayah bisa menyakiti Zahra dan Anastasia, lalu apa Ayah pikir Ibu tidak akan terluka dengan sikap Ayah?!" Jelas Aldi panjang lebar, membuat Pak Arya tak bisa berkutik lagi. Dia sadar telah menyakiti Zahra dan Anastasia secara berlebihan hanya untuk membuktikan cintanya lebih besar kepada Riana.
Dipandangnya lagi wanita tercintanya itu dari balik pintu. Apa yang dikatakan putranya itu memang benar, namun hatinya bersikeras untuk menolak kebenaran. Ia masih ditutupi kabut kebencian terhadap Zahra, ia merasa bahwa dunianya hancur karena tuduhan gadis itu.
"Ibumu sakit karena gadis itu! Semuanya berawal dari tuduhan bodoh gadis itu, Ibumu membuat keputusan yang salah telah menerima gadis itu! Keluarga kita hancur karena gadis itu." Ucap Pak Arya dengan suara parau. Hatinya masih memiliki kebencian terhadap Zahra.
"Ayah! Sadar ayah sadar! Ini semua cuma tentang kesalahpahaman!" Ucap Aldi ingin membela diri.
"Pergilah jika kamu hanya ingin membuat aku terpojokkan, berilah gadis itu cinta, dan jangan harap aku akan meminta dan memberi maaf padanya." Ucap Pak Arya begitu marah, bahasanya berubah menjadi lebih formal menandakan kemarahan terhadap Zahra semakin besar.
"Oke, tapi Ayah harus tau, tidak baik membenci seseorang karena bisa jadi orang yang kita benci adalah orang yang mampu menyelamatkan hidup kita." Ucap Aldi lalu berjalan meninggalkan Ayahnya sendirian. Pak Arya tidak menggubrisnya dan kembali dengan posisi awal meratapi kesedihannya.
Entah apa yang tengah dipikirkan oleh seorang Pak Arya, ia sangat membenci Zahra. Menurutnya, Zahra adalah seorang perempuan yang telah menghancurkan bahtera rumah tangganya. Begitu pula kebencian menjalar menjadi daging di dalam diri Pak Arya, seakan tak ada gunanya walau Zahra menangis darah meminta ampunannya.
_________~°-°~_________
Jangan lupa vote dan komentar, jika ada kritikan dan saran bisa langsung ketikan di kolom komentar atau bisa langsung kirim pesan pribadi.
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Grief for Zahra's life (On Going)
Fiksi RemajaSeorang gadis SMA alumni pondok pesantren yang dikenal sangat cantik dengan mata indahnya dan suara lembutnya yang selalu terdengar merdu, dibaluti hijab syar'i yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Tanpa sengaja mencintai seorang guru yang telah be...