P[53] (√)

6.2K 746 48
                                    

✧༺♥༻✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧༺♥༻✧
.
.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

  Sejak mengetahui kenyataan pahit itu, Sevine tidak bisa lagi tidur dengan tenang. Hatinya dibakar oleh amarah dan juga dendam kepada orang-orang yang telah menghancurkan keluarganya. Mereka membuat ayahnya memasuki tidur panjang sehingga ibunya berujung depresi dan meninggal dunia.

    Setiap malam, Sevine menyumpahi mereka. Ia menahan diri agar tidak pergi menerjang leher Williams dan Hattie dengan sebilah pedang.

      Jika kali ini mereka merenggut ayah dan ibunya. Maka besar kemungkinan target berikutnya adalah Louis karena Louis berbagi visi dan misi yang sama dengan Duke Lucas. Sevine merutuki dirinya yang tidak berdaya.Sekarang ia tidak bisa lagi berharap pada Reinhardt karena pria itu adalah anggota istana. Dan anak dari raja sialan itu!.

   Dalam beberapa malam yang menguras pikiran, subuh ini Sevine berhasil menemukan nama itu!. Seseorang yang bisa membantunya. Seseorang yang posisinya sama kuat dengan keluarga istana. Dan orang itu tidak akan patuh begitu saja pada perintah raja.Jayden Winchester.

  ' Demi menyelamatkan keluarga ini. Aku akan menghadap orang itu! Meski aku harus menjadi gadis yang tidak tahu malu' Sevine menggigit bibirnya sampai berdarah. Seraya mengepalkan telapak tangan, ia berjalan keluar ruangannya berteriak. " Cepat siapkan kereta kudaku!".

»»——⍟——««

   Jayden Wichester sedang mengunjungi makam Madeline bersama putranya, Wilden. Seperti biasa, pria itu membawa banyak sekali buket lili putih untuk ditaruh di atas pusara istri tercinta. Sudah dua tahun lebih Madeline pergi meninggalkan mereka dari dunia ini.

   Jayden membiarkan Wilden merayap penasaran di atas gundukan tanah makam itu. Jari mungil gemuk milik balita itu menyusuri tumpukan buket lili putih. Wilden sekarang sudah sangat lancar berjalan. Hanya saja balita itu jarang mau berbicara. Dokter mengatakan kalau Wilden mengalami trauma secara psikologis karena menyaksikan langsung kematian ibunya.

   Jayden menatap langit. Berpikir kalau Madeline bisa saja sedang mengawasi mereka dari atas langit. Wanita itu pasti akan tersenyum melihat tumbuh kembang Wilden sambil berkata  "Kamu sudah menjadi ayah yang baik".

      Makam Madeline adalah makam yang paling terawat di antara makam lain. Hal itu karena Jayden sendiri yang merawatnya. Ia bisa saja menyewa orang lain untuk secara rutin membersihkan makam itu, tapi ia tidak mau.

      Bagi Jayden, makam Madeline adalah tempat berkeluh kesah. Kadang ketika pikirannya begitu kusut ia akan pergi ke tempat ini untuk bercerita mengenai hari-harinya kepada nisan keramik hitam Madeline. Berbicara seolah wanita itu masih hidup dan duduk dihadapannya dengan cengirannya yang khas.

   Rasa rindu Jayden kepada Madeline begitu besar. Ia merindukan saat Madeline menyambutnya hangat di depan pintu kediaman mereka. Ia rindu pada omelan Madeline ketika melihat bekas luka di tubuhnya bertambah lagi. Atau ketika wanita itu memandangi bulan di malam hari sehingga rambut biru tuanya bersinarbdisiram cahaya bulan. Jayden menyimpan ingatan itu dalam-dalam.

   Jika saja mereka tidak memiliki Wilden, Jayden rela mati menyusul wanita itu ke alam baka. Kisah cinta mereka membuat orang-orang berdecak kagum sekaligus iri. Begitulah ia seorang pecinta ulung walau cangkangnya terlihat dingin dan tak berperasaan. Namun hatinya diibaratkan sehangat sumber mata air panas. Dan Ibarat oasis di padang pasir.

      Jayden adalah pria yang ketika jatuh cinta akan jatuh begitu dalam. Prinsip yang sama dengan Sevine. Hanya saja kedua orang itu tidak tahu kalau mereka memiliki banyak persamaan. Mungkin hanya Madeline yang bisa melihat betapa miripnya kepribadian kedua orang itu dari aspek yang tidak terduga.

  Wilden yang sudah puas bermain di atas gundukan makam Madeline berjalan mendekat ke kaki ayahnya. Balita itu menjulurkan tangannya untuk minta digendong. Jayden lalu  mengangkat Wilden dan menggendongnya.

    " Apa kamu sudah berpamitan dengan ibumu? kita akan segera pulang" ujar Jayden sembari membersihkan tanah yang menempel di telapak tangan Wilden.

  Wilden menangkup wajah ayahnya— Menatap manik merah Jayden yang mempesona.

    " Meyah"  ujarnya cadel.

    Jayden tertawa kecil. " Ya, mata ayah warnanya merah, sama seperti  mata milikmu, son"

    Wilden mengerjap lembut. Bulu mata panjang dan lentik miliknya  bergerak pelan mengikuti kelopak mata yang terbuka dan menutup. Wilden tersenyum pada Jayden, memperlihatkan dua gigi kelincinya.

    " Kelopak matamu benar-benar mirip ibumu ya"  Jayden tersenyum geli kemudian mengelus pipi balita itu gemas.

    " Lain kali kita kesini lagi bertemu ibumu, sekarang ayo kita pulang".

   " Mama?.. "

    " Mama? " 

   Wilden tertawa riang sambil menunjuk-nunjuk ke belakang. Jayden yang masih menggendong Wilden membalikkan badannya penasaran. Pria itu tercekat. Mulutnya sedikit terbuka karena heran.

      Sebuah suara lembut menggelitik daun telinga Jayden. Suara yang tidak secempreng suara Madeline dan lebih terkesan tegas.

" Your Grace, biarkan saya menjadi ibu tiri anak anda... " ujar perempuan itu.

     Jayden saat ini dilamar di makam Madeline oleh gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Yelena Darconer.

     Dengan lamaran paling aneh dan kurang ajar yang pernah Jayden dengar.

◆◇◆◇◆◇◆◇

Part 54-100 dihapus karena sudah terbit.

Kelanjutan cerita dapat dilihat di karyakarsa aku [chapter berbayar]  atau dengan membeli buku fisik dari novel ini 😊.

Note :

Kelanjutan yang di up karyakarsa adalah murni versi wattpad, jdi berbeda dan tidak serapi yang ada pada buku fisik.




























𝐓𝐡𝐞 𝐕𝐢𝐥𝐥𝐚𝐢𝐧𝐞𝐬𝐬 𝐒𝐞𝐝𝐮𝐜𝐞 𝐓𝐡𝐞 𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐃𝐮𝐤𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang