Bukan hanya Jiyeon yang terkejut, para menteri yang menghadiri sesi interogasi itu juga tak bisa berkata-kata ketika raja memilih menggunakan haknya menanyai tersangka secara langsung. Gadis malang yang duduk terikat di kursi kayu itu bersyukur karena seorang prajurit yang tadi mendekatinya dengan cambuk di tangan mundur teratur begitu pintu terbuka untuk raja.
Wang Lim dan Wang Soo yang turut menyaksikannya pun dapat bernapas dengan lega setelah itu, sebab mereka tahu bahwa tiap kali sang ayah turun tangan dalam interogasi, tersangka tidak akan disiksa di tempat. Wang Hwi tidak suka mendegar erangan para tersangka dan pelaku ketika interogasi karena secara tak langsung itu membuat penilaiannya subjektif.
Setelah sang raja duduk di kursi tertinggi di bangunan itu, hakim kerajaan memberikan anggukan pada bawahannya.
Seorang pria dengan ikat kepala berwarna cokelat maju satu langkah dan mengumumkan. "Interogasi oleh baginda raja terhadap tersangka dayang Jiyeon atas insiden racun Putri Injung telah dimulai!"
Dada Jiyeon bergemuruh, detakan jantungnya tak bisa dikontrol ketika gong sudah dipukul.
"Jika kau mengatakan kebohongan di hadapan Yang Mulia Raja, lidahmu akan dipotong," ujar menteri pengadilan memberi peringatan.
Jiyeon menelan ludahnya dengan nelangsa.
"Dari mana kau mendapatkan racun itu?"
Jiyeon tidak menyangka pertanyaan pertama raja adalah asal-usul racun yang ditemukan di gincu. Mengapa raja tidak menanyakan dulu apakah ia pelakunya atau bukan???
"Cheonha, hamba tidak mendapatkan racun itu dari mana pun," jawab Jiyeon sesuai fakta.
"Jadi, maksudmu racun itu masuk sendiri ke dalam gincu putriku?" Wang Hwi mengangkat sebelah alisnya.
Jika bisa, Jiyeon bahkan takkan segan untuk sujud di kaki sang raja sekarang juga. Sayang sekali, tali-tali yang mengikatnya di kursi menjeratnya begitu erat, membuatnya frustrasi dan tak dapat berpikir jernih.
"Ini adalah tuduhan yang tidak berdasar, Yang Mulia!" seru Jiyeon.
"Tidak berdasar bagaimana? Buktinya sudah jelas ditemukan di paviliun Gongju Mama. Kau masih lancang mengelak?!" bentak si hakim.
Wang Hwi mengangkat tangan kanannya, isyarat agar tidak diinterupsi oleh siapa pun. Matanya menatap gadis yang hampir menangis itu dengan saksama, sedangkan otaknya berkelana memikirkan sederet nama yang akan diuntungkan dengan menuduh Jiyeon sebagai pelakunya.
"Mengapa kau meracuni Injung Gongju?"
"Cheonha, hamba memang bertugas memoleskan gincu untuk Gongju Mama setiap harinya, tetapi yang menyiapkan riasan untuk tuan putri bukan hamba. Semuanya selalu sudah tersedia di meja rias," ucap Jiyeon membela diri.
"Jadi maksudmu, dayang yang bertugas menyiapkan riasan putriku adalah pelakunya?" kejar Wang Hwi.
"Bu-bukan begitu, Ya-Yang Mulia..." Jiyeon jadi gelagapan. Ia tidak bermaksud menuduh, tapi kalau dipikir-pikir, kalimatnya barusan memang mengindikasikan itu.
"Berikan aku nama." Wang Hwi mengistirahatkan punggungnya ke kursi dengan santai, seolah perintah tersebut sama sekali tidak melibatkan nyawa seseorang.
"Ye???" Pasang mata Jiyeon membulat. Ada secercah kemungkinan dirinya akan selamat dari interogasi ini, tapi jika untuk itu ia harus mengkambing hitamkan orang lain, Jiyeon takkan bisa hidup dengan itu.
"Kasim Hong, bawa ke sini dayang dengan nama yang akan disebutkan gadis itu."
"Ye, Cheonha." Kasim pribadi raja membungkukkan badan usai memberi jawaban.
YOU ARE READING
I Love You For A Thousand Years
Fanfiction"I have loved you since a thousand years ago. I love you for a thousand years. And I will always love you for a thousand more." "You of all people must have known that I always get what I want. No matter if it takes a thousand days or a thousand yea...