PROLOG

2K 124 60
                                    


"Jiyeon ah!"

Gadis berambut panjang itu menoleh ke belakang dan berbisik. "Wae?"

Ahreum mempercepat langkahnya untuk menjajari Jiyeon. "Aku masih tidak mengerti mengapa kau harus menyeretku dalam urusan ini."

"Ssstt..." Jiyeon mengangkat telunjuk kanannya di depan mulut, mengisyaratkan kepada sang sahabat agar tidak berbicara terlalu keras. Bisa-bisa mereka ditegur oleh petugas keamanan museum karena hal ini.

"Oh, begitu? Geure, aku pergi saja!" dengus Ahreum menampilkan wajah cemberutnya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu membalikkan badannya bersiap pergi.

Melihat itu, Jiyeon langsung menahan lengan Ahreum dengan kuat. "Ahreum ah... hehehe..." Gadis itu tersenyum memamerkan sederet giginya yang rapi. "Kau sahabat terbaikku, geutji?"

Ahreum mendecakkan lidahnya. "Beginikah caramu memperlakukan sahabat terbaikmu? Mengajaknya mendaftar study tour jurusan lain lalu mengabaikannya selama perjalanan? Setidaknya kau harus memberiku alasan!"

Merasa ia tak bisa menyelesaikan ini segera, Jiyeon menarik Ahreum ke sudut yang tidak begitu ramai, memisahkan diri dari rombongan mereka. "Aniya... bukan begitu, Ahreum ah..."

"Lalu apa?"

"Kau tahu Im Jaebum dari jurusan sejarah?" bisik Jiyeon hati-hati.

"Siapa yang tidak mengenal dia di kampus kita?" jawab Ahreum dengan pertanyaan pula. "Wae? Apa hubungannya ini dengan Jaebum? Kau tidak kemari untuk membuntutinya, kan?"

Jiyeon menampilkan cengirannya lalu memukul lengan Ahreum pelan. "Kau memang sahabat terbaikku!"

Ahreum membelalakkan matanya, sama sekali tak menyangka praduga candaannya itu benar. "Mwo?! Neo! Seolma...."

Jiyeon mengangguk-angguk dengan salah tingkah.

"Kau menyukai Im Jaebum?!"

Jiyeon terbelalak dan langsung menutup mulut Ahreum dengan tangan kanannya. "Jangan keras-keras!"

Mereka melihat sekeliling dan mendapati beberapa pengunjung menoleh ke arah keduanya. Ahreum mengangguk paham kemudian menepuk punggung tangan kanan sang sahabat. Jiyeon menurunkan tangannya lalu mengerucutkan bibirnya.

"Kalau Jaebum dengar bagaimana? Dia ada di gedung yang sama dengan kita!" bisik Jiyeon was-was.

"Aku tidak percaya kau baru memberi tahuku soal ini sekarang! Ya ampun! Apakah aku bukan sahabatmu lagi, eoh? Kau sudah punya sahabat pengganti?!" Ahreum malah mempermasalahkan perihal lain.

Jiyeon mendecakkan lidahnya. "Jangan cemburu begitu..." Ia menyenggol Ahreum. "Hanya kaulah sahabatku satu-satunya."

Ahreum membalikkan badan dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jangan marah..." Jiyeon menggelayuti lengan Ahreum dengan manja. "Aku akan memberi tahumu detailnya setelah ini. Sekarang, kita harus kembali ke rombongan sebelum Seonsaengnim menyadari kita tidak ada."

Ahreum tak membantah ketika Jiyeon menyeretnya berkeliling museum mencari rombongan mereka yang sudah tak lagi terlihat. "Jangan sampai kita salah masuk rombongan," ujarnya bernada datar.

"Tenang saja, itu tidak mungkin terjadi. Jika dalam rombongan itu tidak ada Im Jaebum, berarti itu bukan rombongan kita, kan?" Jiyeon terkikik lalu menarik pergelangan tangan sang sahabat menusuri lorong yang berisikan lukisan para penguasa Joseon pada zaman dahulu.

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now