Setelah terdampar di Goryeo, aku juga harus pergi ke Yuan?!
Tidak... tidak... tidak... Jiyeon bahkan sama sekali tidak bisa bahasa China! Hidup di Goryeo saja sudah cukup buruk. Apa yang akan terjadi jika ia diboyong ke China? Sebagaimana yang pernah didengar Jiyeon dari guru sejarah SMA-nya, pada masa ini, Yuan memperlakukan orang-orang Goryeo dengan sangat buruk. Banyak orang Goryeo yang dipaksa untuk menjadi kasim, prajurit, dayang, selir, dan bahkan wanita penghibur!
Membayangkannya saja cukup membuat sang gadis bergidik. "Ke... kenapa harus aku? Hanya dengan satu kalimat darimu, aku yakin dayang-dayangmu pasti bersedia ikut ke Yuan bersamamu."
"Kenapa? Kau tidak mau?" tanya Myungsoo sambil mengambil satu langkah maju.
"Tentu saja ti... Ehem..." Jiyeon langsung berdeham lalu mengganti jawaban spontannya dengan respon lain yang kiranya lebih dapat diterima. "Jusang Cheonha memberikan titah kepadaku untuk menjadi dayang pribadi Putri Injung. Tentu saja aku harus menolak tawaran yang murah hati itu, Wangja-nim."
Myungsoo menggeleng. "Siapa bilang ini sebuah tawaran?"
Jiyeon langsung mendongakkan kepala dengan mata terbuka lebar.
"Ini juga bukan pertanyaan atau ajakan. Ini perintah," lanjut Myungsoo bernada final.
Saat ini, Jiyeon ingin mencakar wajah Myungsoo saking geramnya dengan sikap si lelaki. Bagaimana bisa dia memutuskan seenaknya sendiri?! "Wangja-nim harus mendapatkan izin dari Jusang Cheonha untuk itu," balas Jiyeon dengan nada sok tenang yang dibuat-buat.
Myungsoo tersenyum miring. "Tunggu saja. Jika aku sudah mendapat gulungan titah itu, jangan harap kau bisa menolak lagi."
Usai mengatakannya, Myungsoo pun berbalik dan pergi dari tempat itu, meninggalkan Jiyeon yang sedang membuat gestur meninju di belakangnya.
Dengan dongkol, gadis itu menendang kerikil yang berada di dekat sepatunya. Lihat saja, sebelum itu terjadi, aku akan sudah pergi dari tempat ini.
~~~
Beberapa hari setelahnya dilalui Jiyeon dengan menghindari Wang Soo. Ia lebih sering menyibukkan dirinya dengan bekerja di kediaman Putri Injung walau bersih-bersih bukanlah tugasnya. Setiap kali Injung hendak pergi ke kediaman sang ratu atau mengunjungi kedua kakaknya, Jiyeon selalu mencari alasan agar ia tidak perlu ikut. Sebaliknya, jika Wang Soo datang ke paviliun Injung, Jiyeon langsung berpura-pura mengerjakan tugas di luar kediaman sang putri. Entah itu berpura-pura ke area penjahit atau membantu para pelayan di taman istana. Untunglah para pangeran sedang disibukkan dengan hukuman mereka beberapa hari ini sehingga keduanya banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Baguslah, selain untuk menghindari masalah, hal tersebut juga baik untuk kesehatan mentalnya. Jiyeon ingin hidup tenang di sini setidaknya sampai ia menemukan cara untuk kembali ke abad 21 dan dirinya tak ingin kembali dengan tensi darah yang meninggi karena terlalu sering emosi menghadapi Wang Soo.
Sayang sekali, ketenangannya tidak dapat berlangsung lama. Jiyeon tak lagi bisa menggunakan alasan yang sama untuk ajakan Injung kali ini. Bukan ajakan sebenarnya jika itu datang dari sang majikan, melainkan perintah. Injung yang sangat peka tentu saja menyadari Jiyeon yang tampak sengaja menghindari beberapa orang.
"Temani aku ke kediaman Abamama. Aku ingin memberikan sarung bantal hasil jahitanku sendiri," kata Soyeon sambil menunjukkan sarung bantal buatannya dengan bangga.
"Maafkan aku, Yang Mulia, tetapi..."
Soyeon menggeleng. "Aku tidak mau mendengar alasanmu kali ini. Kau harus ikut denganku, sudah beberapa hari ini kau tidak bersamaku setiap kali aku keluar. Aku kan ingin berjalan dan mengobrol denganmu..."
YOU ARE READING
I Love You For A Thousand Years
Fanfic"I have loved you since a thousand years ago. I love you for a thousand years. And I will always love you for a thousand more." "You of all people must have known that I always get what I want. No matter if it takes a thousand days or a thousand yea...