Chapter 39

142 29 95
                                    

Saat ini istana dihebohkan dengan kasus Yi Howon, skandal Putri Injung, dan demo terhadap putra mahkota. Tidak heran jika sang raja berkali-kali memegang keningnya, pusing dengan semua masalah kerajaannya ini. Menjadi seorang pemimpin negara adalah pekerjaan penuh waktu 24 jam per tujuh. Sama sekali tidak ada libur.

"Seja Jeoha memasuki ruangan!"

Setelah suara kasim yang berjaga di luar istana terdengar, pintu Daejeon terbuka lebar. Para menteri langsung mengubah haluan berdiri mereka untuk memberi hormat saat putra mahkota berjalan di antara dua barisan itu.

Sesampainya di depan singgasana sang ayah, ia menundukkan kepala untuk memberi hormat. Dari posisinya berdiri, Siwan dapat mendengar bisik-bisik beberapa oknum di belakangnya.

"Saya sadar seberapa parah situasi yang terjadi saat ini di depan istana, Cheonha."

Wang Hwi memajukan duduknya. "Lalu? Bagaimana kau akan menyelesaikannya sebagai putra mahkota Goryeo?"

Siwan menyatukan kedua tangannya di depan sebelum menjawab. "Saya akan keluar dan berbicara langsung dengan mereka."

Seruan kaget terdengar si seantero ruangan.

"Yang Mulia! Itu terlalu berbahaya! Kita tidak tahu apa yang bisa dilakukan para pemberontak itu kepada Jeoha!" seru menteri perpajakan.

Siwan berbalik dan memandang pria berkumis tebal itu. "Mereka hanyalah rakyat yang sedang mempertanyakan keputusan raja mengangkatku sebagai wangseja. Bukankah berlebihan jika menyebut mereka sebagai pemberontak?"

Menteri itu menelan ludahnya lalu menundukkan kepala, langsung diam seribu bahasa. Meski dituding habis-habisan, bagaimana bisa putra mahkota masih membela rakyatnya dalam situasi yang merugikannya ini?

Song Gyunho mendengus dalam diam. Wang Lim mempunyai caranya sendiri untuk mengikat para menteri dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya, sesuatu yang merupakan minusnya Wang Soo.

"Jeoha, tapi tetap saja..." Kali ini menteri keuangan angkat bicara. "Lebih baik utuslah sekelompok sarjana untuk menenangkan mereka atau para prajurit untuk membubarkan aksi tersebut."

Siwan ganti menatap menteri yang berdiri di sisi kirinya. "Aku tidak mau rakyat menganggapku hanya mengirim juru bicara lewat para sarjana atau menggunakan kekerasan untuk menghentikan demo dengan mengirim sekelompok prajurit istana. Bagaimana bisa aku mendapatkan kepercayaan mereka jika melakukan dua hal itu?"

"Mohon maaf, Yang Mulia. Hamba tidak berpikir panjang," sahut sang menteri.

Siwan berbalik untuk kembali menghadap ayahandanya. "Sayalah yang mereka iginkan. Cheonha, izinkanlah putramu untuk keluar dan menemui mereka secara langsung."

Raja mengangkat kedua alisnya. Setelah mengamati betapa tenang putranya menghadapi masalah ini dan bagaimana ia menjawab usulan para menteri, Wang Hwi tahu ia tidak salah memilih. Dirinya pun memberi anggukan.

"Baiklah, buktikan kata-katamu dan selesaikan masalah ini sebagai seorang putra mahkota yang layak untuk negeri kita."

Setelah berterima kasih dan memberi hormat, Siwan pamit dari aula pertemuan yang besar itu, membiarkan sang ayah dan para menteri membahas hal lainnya.

Topik yang mereka bicarakan tepat seperti dugaan Wang Lim. Skandal Injung dan tuduhan terhadap Jenderal Yi. Daejeon mulai memanas dan hampir semua menteri yang hadir ingin menyuarakan pendapat mereka. Situasi ini lebih kacau dari pembahasan mengenai demo sebelumnya, mungkin karena dua subjek yang dibicarakan tidak sedang berada satu ruangan dengan mereka.

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now