Chapter 46

77 18 64
                                    

"Buin!" Howon refleks berdiri begitu melihat sosok yang berjalan di belakang Song Mino.

Amarah yang berusaha dipendam Injung selama perjalanannya ke kantor Euigeumbu ini sedikit menguap ketika melihat suaminya. Senyuman kecil ia pancarkan.

Mino memutar bola mata dengan malas lalu merentangkan lengan kirinya untuk mencegah Injung menghambur ke sang suami. Bukan apa-apa, mereka akan ditempatkan di ruangan berbeda. Peluk rindu hanya akan memperlambat segalanya.

"Mengapa kau harus membawa istriku?!" geram Howon pada orang yang memegang kendali di ruangan ini. "Dia tidak terlibat!"

"Kita akan lihat nanti." Kalimat itu diucapkan Mino dengan nada penuh kecaman.

"Aku baik-baik saja." Injung menyempatkan diri mengatakan itu untuk menenangkan suaminya sebelum digiring ke ruangan lain.

Injung dan Howon diinterogasi secara terpisah oleh putra sulung perdana menteri itu. Mino sibuk berpindah ruangan untuk mendapatkan kebenarannya. Oh, yang dia maksud sebagai kebenaran adalah pengakuan yang ingin didengarnya.

Oleh karenanya, ia menggunakan berbagai metode untuk mendapatkannya. Intimidasi, ancaman, sampai iming-iming hukuman yang ringan. Namun, rupanya tidak mudah menggerogoti kepercayaan yang dimiliki oleh pasangan suami istri ini.

Interogasi tak adil itu berlangsung hingga malam hari. Kedua tersangka diberikan makanan dan minuman, tapi tak ada satu pun dari mereka yang menyentuhnya seolah-olah keduanya sepakat dalam telepati.

"Masih utuh juga?" kata Mino yang baru saja kembali memasuki ruang interogasi Injung.

Wanita itu membuang muka.

"Setidaknya minumlah. Kau pasti haus."

Injung hanya mendengus. Interogasi tahap ke sekian belum resmi dimulai, jadi ia tak punya alasan untuk menanggapi pertanyaan dan kalimat yang dilontarkan Mino.

Pria itu melipat kedua tangan di depan dada. "Bahkan setelah menikah, kau masih saja keras kepala."

Soyeon merasa muak mendengar bagaimana Mino mengatakan sesuatu seolah dia mengenalnya dengan baik dulu.

Mino menghela napas lalu berjalan mendekati meja interogasi di mana berkas kasus dan penyelidikannya berada. Kedua tangannya diistirahatkan di ujung meja.

"Kau tahu? Jika kau dan Jenderal Yi adalah rakyat biasa, kalian tidak akan diinterogasi di dalam ruangan sebagus ini. Aku harus meminta kepala divisi dua dan tiga Euigeumbu untuk mengosongkan ruang kantor mereka hanya untuk kalian. Makanan dan minuman ini pun tidak akan ada di sini jika bukan karena kemurahan hatiku."

Kalimat panjang lebar itu berhasil menarik atensi Soyeon. Sang wanita mendongak menatap Mino dengan datar. "Lalu? Kau berharap kami berterima kasih kepadamu, begitu?"

Rahang Mino mengeras.

"Tuan muda Song!"

Teriakan salah satu prajurit Euigeumbu itu diikuti dengan pintu ruangan yang terbuka.

"Tuan muda! Gawat!"

Mino menegakkan tubuhnya kembali. "Tsk, ada apa ribut-ribut?"

"Seja Jeoha sedang menuju ke sini!" lapor prajurit itu dengan suara bergetar.

"Apa?? Selarut ini?!" Mata Mino sontak membesar. Sial, ini di luar perhitungannya. Ia memperkirakan putra mahkota atau seseorang dari istana baru akan mendatanginya esok hari.

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now