"Jadi, aku terlempar ke 1000 tahun yang lalu?!"
Kerikil tak berdosa itu menjadi pelampiasan Park Jiyeon. Sang gadis menendangnya tanpa perasaan di jalanan yang tak beraspal itu. Dengan kening berkerut dan bibir yang mengerucut, ia melangkah gontai di tepi jalan pasar yang sudah tak seramai tadi. Terdengar embusan napas berat yang berkali-kali dikeluarkannya. Otaknya kini dibanjiri oleh pertanyaan dan segala spekulasi mengenai bagaimana dirinya bisa sampai di tempat ini.
"Ahh! Benar-benar tidak bisa dipercaya!" keluh Jiyeon kesal sembari mengacak-acak rambut panjangnya saking frustrasinya.
"Eomoni, wanita itu terlihat aneh..." Seorang bocah laki-laki berpakaian lusuh yang bergandengan dengan ibunya di sebuah gang menunjuk Jiyeon.
Mendengar itu, Jiyeon lantas menoleh untuk memastikan apakah dirinya memang menjadi objek yang dibicarakan anak itu.
"Aigoo... Sudahlah, jangan pedulikan dia. Wanita itu pasti sudah gila. Lihatlah pakaian aneh yang dikenakannya... Dia pasti sangat miskin hingga tak bisa membeli kain." Sang ibu menarik anaknya menjauhi Jiyeon. "Meskipun miskin, setidaknya kita harus bersyukur masih bisa mengenakan pakaian yang layak..."
Anak kecil itu menghentikan langkah dan menoleh ke arah Jiyeon sekali lagi. "Eomoni, rambutnya juga sangat aneh," tunjuknya pada Jiyeon.
Kedua bola mata Jiyeon lantas membulat mendengar itu. Refleks tangan kanannya meraih ujung helaian rambut kusutnya akibat terjatuh beberapa kali dan ditarik-tarik oleh kerumunan di pasar tadi.
"Dia pasti tidak memiliki tempat bernaung, sudah berbulan-bulan di jalanan hingga rambutnya terbakar matahari..." jelas sang ibu sambil mendecakkan lidahnya beberapa kali. Ketika dilihatnya sang anak belum juga berhenti menatap gadis aneh itu, ia menariknya dan meneruskan perjalanan mereka yang sempat tertunda. "Jangan diperhatikan terus, nanti dia mengamuk dan mengejarmu..."
Jiyeon sukses dibuat melongo oleh pembicaraan ibu dan anak itu. Kalimat-kalimat selanjutnya sudah tak dapat ditangkap lagi oleh Jiyeon seiring menjauhnya mereka. Setelah keduanya kian menjauh, barulah ia berteriak. "Kalian harus tahu! 1000 tahun yang akan datang, kau juga akan mengenakan pakaian seperti ini!"
Jiyeon mengangkat tangan kanannya sembari menunjuk ibu dan anak itu. "Gaya rambut seperti ini adalah tren di masaku! Orang-orang dari 1000 tahun yang lalu seperti kalian takkan bisa memahaminya!" teriaknya dengan suara keras.
Ia mengabaikan orang-orang di sekitarnya yang kian menganggapnya sebagai gadis tak waras.
Sang gadis mendengus dan mengipasi lehernya yang tak panas. "Yang benar saja... Lingkungan ini lucu sekali!"
Mereka menilai Jiyeon aneh dan miskin hanya karena pakaian yang dikenakannya. Rambut panjangnya yang telah dicat kecoklatan dan menggelombang juga dianggap tidak wajar! Konyol sekali, bukan?
Tunggu... Jika dipikir ulang, tentu saja hal itu tidak aneh. Park Jiyeon masih berpikir menggunakan pola pikir seorang gadis abad 21. Karena saat ini ia berada pada abad ke-11, sudah seharusnya Jiyeon juga berpikir seperti orang-orang pada masa ini, bukan?
Sang gadis menundukkan kepalanya untuk melihat pakaian kasual yang tengah melekat di tubuhnya. Dari sudut matanya pun ia melihat hampir semua orang yang berlalu-lalang di jalan itu menunjuk-nunjuk dirinya dengan pandangan aneh. Saat tidak melakukan apa pun ia menjadi pusat perhatian semua orang dengan gaya berpakaiannya. Jiyeon meneguk ludah, merasa tak nyaman dengan situasi ini.
Ia harus segera mengganti pakaiannya dan melakukan sesuatu pada rambutnya.
Jiyeon berjalan cepat sambil melirik ke kanan dan kiri, mencari toko pakaian. Detik selanjutnya ia terhenti. Aih, sial sekali baginya karena di sini sama sekali tidak ada penunjuk jalan dan nama-nama toko pun tertulis menggunakan hanja. Kalaupun ia bisa mengetahui toko mana yang menjual pakaian, Jiyeon takkan sanggup membelinya! Uang yang saat ini berada di saku celananya tidak ada gunanya di sini.
YOU ARE READING
I Love You For A Thousand Years
Fanfiction"I have loved you since a thousand years ago. I love you for a thousand years. And I will always love you for a thousand more." "You of all people must have known that I always get what I want. No matter if it takes a thousand days or a thousand yea...