"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi kita tak punya waktu!" seru Wang Lim kepada pengawal kepercayaan sang ayah yang masih juga ragu untuk pergi.
Pria itu akhirnya mengangguk. Dengan perlahan dia menyandarkan punggung raja di batang pohon besar di belakangnya. "Hamba akan segera kembali."
Kalimat itu terdengar lucu karena seolah memiliki kecaman pada dua anak raja: hamba akan segera kembali, jadi jangan coba lakukan hal yang berbahaya.
Setelah kepergian pengawal itu, Wang Soo langsung mencekal anak panah yang menusuk pundak ayahnya, berniat untuk mematahkannya.
Sang kakak yang bisa membaca niat itu langsung menahannya. "Kau akan mendapat hukuman karena merusak barang bukti. Lagipula, pengawal itu sudah melihatnya."
Myungsoo menarik tangannya kembali dengan cepat. "Ini jebakan!"
"Aku tahu," tukas Siwan berusaha setenang mungkin. "Kau tidak akan melakukan sesuatu sebodoh itu."
Myungsoo mendengus. "Aku bisa mengatakan hal yang sama."
Tangan Siwan menjalar ke belakang pundaknya dan mengambil dua anak panah dari arrow rest-nya dan memasukkannya ke dalam arrow rest milik sang adik.
"Apa maksudnya ini?!" Dalam posisinya yang sedang berjongkok di samping tubuh ayahnya, Myungsoo mundur dengan defensif.
"Aku memberikanmu tujuh anak panah kemarin. Hanya ada lima di wadahmu sekarang," jawab Siwan cepat sambil melihat ke sekeliling area itu, waswas jika ada yang memperhatikan mereka.
"Bagaimana dengan Jeoha? Mereka juga akan menghitung milik Jeoha."
"Aku sudah menggunakannya untuk berburu. Sisanya meleset," balas Siwan, merasa mereka tak ada waktu untuk berdebat. Jika bukan si pengawal dan tabib, orang lain pasti akan datang setelah mendengar keributan di sini.
"Tapi Jeoha tidak pernah meleset. Mereka takkan percaya," ujar Wang Soo sangsi.
"Aku putra mahkota. Mereka harus percaya." Siwan mengatakannya dengan yakin. Lagipula, mengingat posisinya yang lebih tinggi dari Wang Soo, akan lebih mudah baginya untuk melindungi diri jika ini berakhir sesuai dengan yang diinginkan pelaku.
"Anak panah yang membawa keberuntungan, huh?" dengus Myungsoo teringat akan ucapan sang kakak kemarin, yang ada, sih, malah bawa sial. "Bukan hanya aku yang akan berakhir tertuduh."
Situasi ini begitu lucu. Ayah mereka tergeletak tak sadarkan diri, tapi dua anak kandungnya malah saling merasa jengkel atas keberadaan satu sama lain.
"Kau pikir aku tidak tahu itu?" desis Siwan. Siapa pun pelaku di balik insiden ini jelas memanfaatkan momentum dengan cerdas. Ini akan melengkapi narasi yang beredar setelah pesta minum teh ratu.
Kedua pangeran menjebak satu sama lain dalam upaya pembunuhan ayah mereka sebagai jalan pintas untuk menduduki tahta lebih cepat. Sebab, siapa pun yang mewarisi tahta lebih dulu akan bisa menikahi putri Menteri Park yang mereka perebutkan.
Apabila raja mengembuskan napas terakhirnya karena insiden ini, lupakan tentang siapa putra mahkota dan siapa pangeran. Baik Wang Lim maupun Wang Soo tidak akan bisa mewarisi tahta. Tak ada rakyat yang ingin dipimpin oleh raja yang membunuh ayah kandungnya sendiri.
~~~
Inye kehilangan pijakan ketika mendengar tentang apa yang terjadi di perburuan. Jika saja si dayang tidak menahannya, tubuhnya pasti sudah jatuh meluruh di atas karpet.
YOU ARE READING
I Love You For A Thousand Years
Fanfiction"I have loved you since a thousand years ago. I love you for a thousand years. And I will always love you for a thousand more." "You of all people must have known that I always get what I want. No matter if it takes a thousand days or a thousand yea...