Chapter 45

76 15 50
                                    

Ratu mengerutkan keningnya, kali ini lebih dalam dari kemarin, pasalnya sudah genap sebulan ia mendapat laporan yang sama. Dayang itu, Jiyeon, setiap hari keluar masuk kediaman putra sulungnya. Ia masuk pada malam hari dan baru keluar begitu lewat tengah malam.

Selain itu, setelah Jiyeon masuk, terlihat para dayang dan kasim di kediaman putra mahkota sibuk membawa minuman dan makanan ringan ke dalam. Tak berhenti di sana, bahkan gadis itu selalu dikawal oleh pengawal pribadi Wang Lim, Dongjun, tiap kembali ke kediamannya. Hal itu otomatis menggagalkan rencananya untuk menarik Jiyeon untuk diinterogasi.

Oleh karenanya, Inye hanya bisa menduga-duga hal spesial apa yang terjadi di dalam sana. Ia kesal sebab hanya bisa memata-matai dari luar. Setelah mengukuhkan posisinya sebagai putra mahkota, Wang Lim jadi semakin berkuasa dan itu membuat sang ibu tak dapat menanam mata-mata di dalam kediaman putranya.

Untuk saat ini, Inye harus puas dengan hasil imajinasinya.

~~~

Sebulan telah berlalu sejak apa yang terjadi di Daejeon, tapi Wang Lim terlihat jelas masih marah kepada Wang Soo. Itulah mengapa sang adik mengira kakaknya sengaja mengirim Yi Howon ke perbatasan untuk menghukumnya. Myungsoo memilih waktu yang strategis untuk mengonfrontasi agar si putra mahkota tak bisa menghindar.

Sore itu, usai menyelesaikan rapatnya bersama para menteri di Daejeon sebagai pengganti raja yang absen, Wang Lim dicegat Wang Soo dalam perjalanan menuju kediamannya.

"Jeoha tidak perlu melakukan itu," ucap Myungsoo tanpa basa-basi, tapi tentu saja setelah memberikan hormatnya.

"Apa lagi yang kau tuduhkan padaku kali ini?" Siwan terpaksa menghentikan langkahnya karena sang adik memblokir jalan setapak yang hendak dilaluinya. Ia mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat agar iring-iringannya mundur beberapa langkah guna memberikan privasi untuk percakapan mereka.

"Yi Howon. Apa Jeoha mengirimnya ke perbatasan untuk menghukumku? Karena dia membantuku mencari dan menyembunyikan dokumen itu?"

Wang Lim mengembuskan napas panjang dan menatap sang adik. Mulutnya sudah terbuka hendak menjawab, tapi sebuah suara menginterupsi.

"Wangja-nim!"

Keduanya menoleh ke sumber suara dan mendapati Howon bergegas ke arah mereka. Begitu tiba, ia memberikan hormatnya terlebih dahulu kepada Wang Lim sebelum berpaling ke Wang Soo.

Menyadari suasana tegang di sekelilingnya, Howon menyadari ia terlambat. Wang Soo pasti sudah melayangkan protesnya kepada putra mahkota mengenai perintah yang ia terima pagi ini. Sang jenderal telah mencegah Wang Soo untuk melakukan ini karena ia sendiri menerima titah itu tanpa keberatan.

"Yi Janggun, kau juga ingin menanyakan hal yang sama?" tantang Wang Lim.

"Tidak, Yang Mulia," jawab Howon sambil menggeleng. "Hamba ke sini untuk mengatakan bahwa hamba akan menjalankan perintah Seja Jeoha dengan baik."

Dahi Wang Soo berkerut karena Howon justru mengatakan sesuatu yang berkontradiksi dengan konfrontasinya.

Wang Lim mengangguk. "Aku percayakan padamu."

"Jeoha!" panggil Wang Soo lagi ketika dilihatnya sang kakak sudah akan angkat kaki.

Wang Lim menoleh dengan tersinggung. "Soo-ya, apa menurutmu dunia hanya berputar di sekitarmu saja? Kau pikir aku menggunakan posisi ini untuk menyamakan skor denganmu? Aku punya kewajiban pada kerajaan ini."

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now