Chapter 47

143 19 62
                                    

Kilas balik...

Wang Soo mematung di depan Paviliun Wol begitu mendengar jawaban dari salah satu dayang yang menjaga pintu kediaman Jiyeon itu.

Asshi sedang menghadiri pesta minum teh yang diselenggarakan oleh Wangbi Mama. Hamba akan menyampaikan perihal kedatangan Wangja-nim setelah Asshi kembali.

Dua kalimat itu terus terngiang dalam benaknya. Otaknya sudah dapat menarik kesimpulan, tapi ia terus menyangkalnya. Ketika hatinya mulai terasa tidak enak, ia langsung mengambil langkah seribu menuju kediaman ratu. Semoga saja belum terlambat.

Napasnya terengah begitu tiba di depan paviliun utama di area kediaman sang ibu. Ia terhenti sejenak di depan undakan seraya mengatur pernapasannya yang tidak beraturan.

Acara ini serius. Myungsoo dapat melihatnya dari banyaknya orang yang berjaga di depan bangunan besar itu. Ia juga dapat melihat orang-orang yang bukan merupakan bagian dari istana. Myungsoo menduga mereka adalah pelayan dari para putri bangsawan lain yang diundang ratu.

Di antara mereka, sang pangeran menangkap sosok Boram, dayang kecil yang selalu jadi bayang-bayang Jiyeon. Itu mengonfirmasi bahwa sang gadis memang berada di sini.

"Wangja-nim, Wangbi Mama sedang mengadakan acara di dalam dan telah melarang siapa pun untuk masuk. Mohon kembalilah setelah acara ini berakhir," ucap kasim utama ratu yang langsung menuruni undakan begitu melihat sosok Wang Soo.

Myungsoo tidak tahu kesambet apa dia sampai kedua tungkainya membawanya ke mari. Setelah tiba di depan bangunan megah itu, keraguan mulai menyelimuti.

Kasim itu mulai bertukar pandang dengan dayang dan penjaga yang berada di luar, memberi isyarat agar siap-siap membarikade.

Namun, pada akhirnya keraguan Wang Soo dikalahkan oleh rasa takutnya. Dengan langkah mantap sembari melompati dua anak tangga sekaligus, dinaikinya undakan itu, benar-benar mengabaikan seruan melarang dari dayang dan kasim di belakangnya.

Wang Soo takut ia akan benar-benar kehilangan kali ini. Ketakutan itu begitu besar hingga ia tidak memedulikan hal lain yang akan terjadi setelah ini. Sebab, apapun itu, pastinya takkan lebih buruk dibandingkan apa yang akan terjadi jika Jiyeon menjadi putri mahkota Wang Lim.

Itu jalan buntu.

Kilas balik berakhir.

~~~

Wang Soo tidak memiliki tujuan ketika ia menarik Jiyeon keluar dari aula kebesaran sang ratu. Hanya ada satu hal dalam benaknya, pergi!

"Wangja-nim!" teriak Jiyeon entah untuk ke berapa kali. Lelaki itu sepertinya sengaja tutup telinga dan bahkan tidak menoleh satu kali pun ke belakang.

Myungsoo tidak melihat bagaimana gadis yang diseretnya itu tergopoh-gopoh mengikuti langkah lebar dan cepatnya.

Jiyeon berupaya melepaskan tangan Myungsoo yang menariknya, tapi itu malah membuat sang pangeran menguatkan cengkeramannya. Melawan hanya akan menghabiskan tenaganya untuk sesuatu yang tak berarti, jadi untuk saat ini gadis itu pasrah saja ke mana Wang Soo membawanya.

Lelaki itu baru menghentikan langkah ketika menyadari ke mana alam bawah sadarnya menuntun. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati kolam besar di samping kanannya dan sebuah pohon besar di sisi kirinya. Mereka sedang berada di area belakang istana.

Tempat mereka berbagi memori. Jiyeon ingat pernah tertidur di bawah pohon itu dan terbangun tiba-tiba dengan wajah Myungsoo di depannya. Dirinya masih ingat betapa gugupnya ia untuk sekadar mengontrol ekspresi.

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now