Chapter 16

493 68 96
                                    

Song Mino terkejut ketika melihat seorang lelaki yang pernah dilihatnya berdiri di samping sang putri. Itu... dia lelaki yang saat itu membantu si gadis kurang ajar, bukan? Lelaki yang tidur di pohon dan membawa pedang!

Ia meneguk ludahnya. Hanya orang-orang penting yang bisa memasuki ruang tahta raja Goryeo. Apabila dirinya dan sang ayah dipanggil karena insiden tadi pagi, maka semua yang berada di ruangan ini juga pasti dipanggil untuk urusan yang sama. Melihat dari pakaian dan posisi berdirinya yang sejajar dengan Injung, Mino menyimpulkan bahwa lelaki tersebut adalah Pangeran Wang Lim, putra sulung Ratu Inye.

Sial, Song Mino telah bermain api dengan kedua anak dari wanita paling menyeramkan di tanah Goryeo. Ia mengutuk dirinya sendiri dalam hati sebelum memberikan hormat kepada sang ratu dengan takut-takut.

Sementara itu, Wang Lim membalas tatapan terkejut Mino dengan ekspresi datar. Tentu saja ia mengingat betapa kasarnya sikap lelaki itu kepada Jiyeon saat pertemuan pertama mereka.

Mino tak berani menatap langsung orang-orang yang berpangkat lebih tinggi darinya itu di ruangan ini. Di luar istana, ia memang selalu menjadi orang nomor satu karena kekuasaan ayahnya, sang perdana menteri. Namun, di dalam istana, di ruang tahta ini, status telah menamparnya dengan keras. Ia otomatis menjadi orang berpangkat paling rendah di ruangan ini. Mungkin itu lah sebabnya Song Mino yang biasanya sombong itu bahkan tidak berani mengangkat kepalanya sekarang.

"Aku sudah menyelidiki insiden tadi dan telah menerima laporan," kata sang raja tanpa basa-basi. "Insiden pagi ini adalah murni kecelakaan."

"Cheonha." Mata Inye membesar. "Saya ingin menyarankan untuk melakukan investigasi ulang. Insiden hari ini terlalu sempurna untuk sebuah kecelakaan."

Gyunho menyembunyikan senyumannya, sedangkan Mino tetap gugup karena ini merupakan kali pertamanya menghadap raja, ratu, pangeran, dan putri dalam satu ruangan sekaligus.

Wang Hwi menoleh kepada ratunya. "Kuda itu lepas dari tali kekangnya dan kabur. Aku sudah menutup penyelidikan ini."

"Abamama, jika itu adalah kecelakaan, mengapa kuda itu menyerang Injung? Di antara banyaknya orang, mengapa kuda itu tertuju padanya?" tanya Siwan yang merasa ganjil karena ketika kuda itu berkeliaran di lapangan, hewan tersebut sama sekali tak menyerang siapa pun dan hanya berputar-putar seolah mencari sesuatu atau seseorang. Oh, mungkin saja kuda itu mencari sesuatu yang ada pada seseorang.

"Camellia."

"Ye?" Myungsoo mendongakkan kepala, tak mengerti mengapa tiba-tiba sang ayah menyebutkan nama salah satu bunga.

"Injung-ah, apa kau menggunakan wewangian bunga camellia?" tanya Wang Hwi untuk mengonfirmasi.

"Betul, Abamama. Saya sudah menggunakannya selama seminggu terakhir ini," jawab Soyeon. Sebab menyukai wangi bunga camellia di bajunya, Soyeon meminta dayangnya untuk terus menggunakan bunga camellia sebagai pengharum semua pakaiannya. Namun, apa hubungan parfumnya dengan insiden kuda yang lepas kendali itu?

Raja menjawab rasa penasaran seluruh orang di ruangan itu dengan berkata, "Kuda hitam yang satu itu sangat sensitif terhadap wangi bunga camellia. Itu lah mengapa dia menyerangmu."

Semua dikejutkan dengan fakta tersebut.

"Jika benar begitu, maka saya yakin insiden ini bukan lah kecelakaan semata. Seseorang sengaja melakukannya untuk mengacaukan pertandingan dan melukai Injung," kata Myungsoo tak terima adiknya menjadi target penyerangan. Terlebih, penyerangan itu sudah direncanakan dengan baik sejak seminggu lalu. "Tidakkah seharusnya kita menyelidiki siapa dayang yang pertama kali memiliki ide untuk menggunakan wewangian bunga camellia?"

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now