"Cheonha?!" Sang ratu berseru dengan nada terkejut.
Inye langsung berdiri dari duduknya ketika melihat pintu kamar Injung terbuka dari luar dan suaminya berjalan masuk ke dalam dengan lunglai tanpa seorang pun dayang atau kasim yang menemani.
Ia berjalan maju dengan cepat, menopang tubuh Wang Hwi yang sempoyongan, dan menuntunnya ke arah kursi empuk panjang yang sejak sore tadi ia duduki dalam diam sambil mengenang waktu yang ia habiskan di ruangan ini bersama putrinya.
Melihat dari pakaian yang dikenakan Wang Hwi, Inye tahu suaminya baru saja dari luar. Namun, ia tidak bertanya apapun mengenai hal tersebut.
"Wangbi, menurutmu apa yang tidak disukai Gongju di sini?"
Pertanyaan itu mengejutkan ratu. Inye memiringkan kepala, tak begitu paham maksud dari pertanyaan yang diajukan kepadanya.
"Mengapa dia begitu ingin pergi dari sini?" lanjut sang raja lalu mengedarkan pandang ke sekeliling, ke seluruh penjuru kamar yang sampai pagi tadi masih dihuni anak kesayangannya. Meskipun wangi Injung masih dapat tercium, ruangan itu terasa lebih dingin dari biasanya.
"Apakah kediamannya kurang besar? Kasurnya tidak empuk? Dayangnya terlalu sedikit? Tamannya kurang bagus? Dia tidak suka dengan hadiah ulang tahunnya? Atau..."
"Tidak, Cheonha," sela Inye walau ia tahu betul bahwa bahkan seorang ratu tidak boleh memotong perkataan raja. Namun, dirinya merasa harus menghentikan asumsi negatif yang akan membuat suaminya lebih terpuruk lagi. "Bukan karena semua itu."
"Lalu?"
"Soyeon kita... Dia menemukan kebahagiaannya di luar sana."
Wang Hwi terdiam dan Inye mengajaknya untuk duduk bersama di kursi panjang berwarna merah tua yang tadi ia singgahi.
"Wangbi..." panggil sang raja.
"Ye, Cheonha."
"Aku baru saja dari kediaman Injung dan Jenderal Yi."
Inye berusaha sebaik mungkin untuk tidak menunjukkan keterkejutannya. Ia biarkan sang suami melanjutkan ceritanya.
"Tadinya, aku ingin mengajaknya bicara. Aku sudah merangkai kata-kata untuk diucapkan, untuk mengatakan bahwa aku akan memaafkannya dan mengizinkannya kembali ke istana. Namun..."
Wang Hwi menelan ludahnya dan mengambil jeda sebelum melanjutkan kalimatnya. Air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya yang sayu.
"Namun, ketika aku melihat senyumannya dari kejauhan... Aku sadar bahwa sudah lama sekali Injung tidak tersenyum selebar itu selama di istana..."
Raja tidak lagi melanjutkan perkataannya karena setelah itu ia menangis di pundak sang ratu, meratapi kepergian putri kesayangannya dari istana yang besar ini.
~~~
Gyunho melangkah keluar kamarnya dengan tergesa ketika mendengar riuh-pikuk yang berasal dari ruang tengah. Astaga, ini sudah lewat tengah malam!
"Apa yang terjadi??" seru pria itu dengan nada tercengang saat melihat putranya dibopong oleh putra dari dua keluarga bangsawan Goryeo, Jung Hoseok dan Kim Mingyu.
Minhyuk, putra tunggal keluarga Kang, menghadap sang perdana menteri dan memberikan hormatnya. "Yongsan Daegam, mohon maaf karena telah membuat keributan tengah malam begini. Kami hanya ingin mengantar Mino Hyungnim pulang."
Gyunho mengernyit. Melihat kondisi putranya yang mabuk parah dan mencium bau alkohol yang begitu kentara, ia sudah bisa menebak anaknya pasti baru main dari rumah gisaeng. Tsk, pada saat ia mengira Mino sudah meninggalkan kehidupan hingar-bingar yang tidak jelas itu, ternyata tidak sepenuhnya benar.
YOU ARE READING
I Love You For A Thousand Years
Fiksi Penggemar"I have loved you since a thousand years ago. I love you for a thousand years. And I will always love you for a thousand more." "You of all people must have known that I always get what I want. No matter if it takes a thousand days or a thousand yea...