Setelah mengembalikan kuda-kuda di kandang istana dan berpisah dengan Jiyeon yang langsung bergegas ke istana ratu, Myungsoo dihadang oleh Howon dan Dongwoo. Kedua lelaki itu mendesaknya untuk segera bertindak mempersiapkan pengumuman esok.
"Wangja-nim, dari mana saja? Mengapa tidak memberi tahu?" tanya Dongwoo yang tiga hari lalu dimarahi raja sebab tak bisa menjawab perihal ke mana raibnya sang pangeran. Lagian, pergi kok tidak ajak-ajak, gitu lho.
Myungsoo melengos di antara keduanya dan berjalan lebih dahulu dengan langkah cepat. "Bagaimana situasi terbaru?"
Howon dan Dongwoo berpandangan sekilas sebelum membuntuti di kiri dan kanan.
"Wang Lim Wangja-nim mengadakan pertemuan dengan para sarjana dua hari lalu. Wangbi Mama juga mengundang beberapa pejabat dan menteri istana ke kediamannya," lapor Howon.
Wang Soo tak perlu repot bertanya topik apa yang mereka bahas. "Hm... Kelompok politik dan cendekiawan sudah mereka dekati, tapi sepertinya militer masih belum tersentuh."
Sang pangeran berhenti sejenak untuk memberi perintah kepada dua lelaki di sampingnya. "Howon, temui beberapa jenderal dan panglima yang sedang berada di ibukota, lalu kirim surat untuk mereka yang berada di luar Kaesong. Dengan posisimu saat ini, mereka tidak bisa mengabaikan surat darimu."
"Ye, Wangja-nim," jawab Howon sebelum pamit untuk melaksanakan tugasnya.
"Dongwoo, segera atur janji temu untuk sore ini dengan para menteri yang berada di pihakku dan mereka yang tidak datang di pertemuan Omamama."
"Hamba mengerti." Sang pengawal mengangguk.
"Satu hal lagi. Pastikan kabar ini terdengar sampai ke Daejeon."
~~~
Jiyeon menyeret langkah ke arah paviliun ratu usai dicincang habis oleh Sanggung karena pergi berhari-hari tanpa izin. Tentu saja setelah ini sang gadis harus mempertanggunjawabkan tindakan cerobohnya kepada ratu. Dapat hukuman atau tidaknya ia, bergantung pada keputusan pemimpin istana dalam.
"Kudengar kau sudah kembali, ternyata benar..."
Tungkai Jiyeon berhenti ketika mendengar suara Wang Lim. Gadis itu berbalik dan langsung memberikan hormat.
Siwan menghampirinya dengan langkah berat, seolah ada besi yang terikat di kedua pergelangan kakinya.
"Salam kepada Yang Mulia," sapa Jiyeon berbasa-basi. Kepalanya tetap menunduk, tak berani melihat wajah pangeran itu. Dari posisinya berdiri, ia mendengar tarikan napas berat Wang Lim. Tampaknya lelaki itu sedang melalui hari yang buruk.
"Dari mana saja?"
Jiyeon mulai gelagapan bahkan sebelum kata-kata keluar dari mulutnya. "Luar istana. Aku ha—harus me—menenangkan diri. Ya—ya, harus menjauhkan diri dari istana sejenak."
Jawaban itu sama sekali tidak memuaskan, tapi Siwan tidak berniat mendesaknya lebih jauh untuk menjawab dengan sempurna. Bagaimanapun juga, ia harus melindungi hatinya dari jawaban yang kemungkinan besar akan menyayat.
"Aku tahu dengan siapa kau pergi," lanjut Wang Lim. "Kau bukan satu-satunya orang yang menghilang dari istana beberapa hari lalu."
Jiyeon membungkukkan tubuhnya 90 derajat. "Mo—mohon ampun, Yang Mulia. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya."
YOU ARE READING
I Love You For A Thousand Years
Fanfiction"I have loved you since a thousand years ago. I love you for a thousand years. And I will always love you for a thousand more." "You of all people must have known that I always get what I want. No matter if it takes a thousand days or a thousand yea...