Chapter 44

98 19 68
                                    

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Sungguh, Jiyeon bahkan tidak berani untuk sekadar meneguk ludahnya seolah gerakan sekecil apapun akan dapat membuat ujung pisau itu mengenainya. Ia bahkan harus mengatur napasnya sedemikian rupa agar suaranya tidak terdengar terlalu bergetar.

"A—aku sudah mengembalikan apa yang kuambil..." jelas Jiyeon merujuk pada perhiasan di dalam kotak itu.

"Oh, ayolah. Kita berdua tahu kau tidak datang karena itu," cibir pria di belakangnya.

Jiyeon mengerutkan kening. Awalnya, ia mengira orang itu adalah anak buah raja yang memang ditempatkan untuk menjaga tempat ini kala malam. Namun, dari kalimat tersebut sepertinya siapa pun di belakangnya ini berkaitan dengan dokumen yang ditemukannya tadi.

"Angkat tanganmu."

Jiyeon menuruti perintah itu tapi mengimprovisasinya dengan membalikkan badan. Pergerakan tiba-tiba tersebut membuat ujung pisau itu menggores lehernya. Namun, goresan yang melukai lehernya itu kalah dengan keterkejutannya saat berhadapan dengan sosok yang memegang pisau itu.

"Wangja-nim?!"

Detik itu juga, Jiyeon benar-benar melupakan darah yang menetes dari luka di lehernya.

Wang Soo pun tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat mendapati gadis itu berhadapan dengannya. Ia merutuki diri sendiri karena gagal menyadari keberadaan Jiyeon lebih awal di ruangan gelap ini.

Jiyeon tahu ia seharusnya merasa takut, tapi entah mengapa ada kelegaan tersendiri ketika mengetahui bahwa sosok itu adalah Wang Soo. Ini akan berakhir lebih buruk lagi jika orang lain memergokinya. Dengan amat sangat perlahan, gadis itu menurunkan kedua tangannya dari udara.

Myungsoo menarik kembali pisaunya setelah berhasil menguasai diri. "Jiyeon, kita benar-benar harus berhenti bertemu seperti ini."

"Mo—mohon maaf, Yang Mulia," jawab Jiyeon terbata seraya mendongak guna memandang Wang Soo, walau wajah lelaki itu tidak tampak terlalu jelas karena gelapnya ruangan.

Sang pangeran mendengus. "Katakan, siapa yang mengirimmu?"

"Tidak ada," balas Jiyeon cepat. "Aku hanya... berubah pikiran. Apakah tawaran Wangja-nim masih berlaku? Ada anting yang menarik perhatianku di kotak ini."

Myungsoo mengikis jarak di antara mereka dengan mengambil satu langkah maju. "Aku akan mmebuat ini lebih mudah untukmu. Omamama atau Seja Jeoha?"

Jiyeon menundukkan kepala dengan beban rasa bersalah yang semakin memberat di kedua pundaknya.

"Kakakku tidak akan pernah mengirimmu untuk tugas berbahaya seperti ini. Jadi, jawabannya pasti opsi pertama," simpul Myungsoo dengan pahit.

Setelah permain baduk mereka, Wang Soo tahu cepat atau lambat, ibunya pasti akan bergerak. Dirinya hanya tak mengira, Jiyeon adalah orang yang akan dikirim untuk tugas ini. Ia memejamkan matanya sesaat, fakta bahwa ratu memberi misi ini kepada gadis itu hanya berarti satu hal, sang ibu mengetahui kelemahannya.

Gadis itu menggeleng pelan, memilih bungkam.

"Meskipun begitu, aku tidak bisa membiarkanmu keluar dari tempat ini dengan dokumen itu. Kembalikan."

Jiyeon mengangkat kepalanya kembali dan mendapati tangan kanan Wang Soo yang terulur ke arahnya, menagih sesuatu. Melihat itu, dia langsung menjatuhkan dirinya di lantai kayu untuk berlutut.

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now