Chapter 37

158 34 74
                                    

Kilas balik, malam sebelum pengumuman...

Ketika melihat kasim pribadi raja yang ternyata mengetuk pintunya, Jiyeon tahu ini adalah panggilan rahasia.

Daejeon terlihat gelap dari luar. Namun, begitu masuk ke dalam aula besar itu, ternyata lilin-lilin di sekeliling singgasana raja menari dengan lincah, menjadi satu-satunya sumber penerangan di sana.

Wang Hwi tampak sedang menulis sesuatu di atas perkamen yang terletak di atas meja.

Jiyeon melompat kaget ketika pintu raksasa di belakangnya tertutup dari luar. Ia langsung berubah waswas.

Pasalnya, ini kali pertama ia menghadap raja sendirian. Biasanya, pengawal dan kasim pribadi raja tetap berada di kanan dan kiri Wang Hwi selama mereka bercakap. Namun, kali ini hanya ada Jiyeon dan sang raja di ruangan luas tersebut.

Ini pertemuan super super rahasia!

Setelah memberikan hormat, Jiyeon menyatukan kedua tangannya di depan dengan gelisah. Ratu memutuskan untuk tidak memberinya hukuman karena melalaikan tugas dan malah pergi dari istana. Apakah raja yang akan menjatuhi hukuman untuknya?

"Aku memanggilmu malam ini untuk bertanya," ucap Wang Hwi sembari mengangkat kuasnya. "Nama siapa yang harus kutulis di perkamen ini?"

"Ye??" Jiyeon mendongak bingung. Beberapa detik berlalu, barulah ia bisa menyimpulkan bahwa raja sedang menulis gulungan titah untuk pengumuman besok.

"Saat kau kembali ke istana ini setelah menghilang dua bulan, kau bilang sudah memiliki jawabannya, bukan?"

Gadis itu mengangguk. Ia langsung mengubah anggukannya menjadi jawaban begitu ingat ruangan ini begitu gelap dan raja mungkin tidak melihat pergerakan kepalanya.

"Katakan padaku."

Jiyeon meneguk ludahnya. Inilah saatnya. Detik ini menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan. Untuk alasan inilah ia kembali ke Goryeo! Tidak boleh ada kesalahan.

Ada jeda yang cukup lama sebelum akhirnya sebuah nama terlontar dari mulutnya.

"Wang Lim Wangja-nim."

"Aku mengerti," ucap raja lalu kembali memberikan atensi pada perkamennya.

"Apakah Yang Mulia akan menulis nama Wang Lim Wangja-nim di perkamen itu?" tanya Jiyeon dengan nada takut-takut.

Raja mengangkat kepalanya lagi. "Nama siapa yang kutulis di sini bukanlah urusanmu. Aku hanya perlu mengonfirmasi nama yang keluar dari mulutmu."

Jiyeon merutuki dirinya sendiri karena mengajukan pertanyaan bodoh itu. Tentu saja belum ada yang boleh tahu isi dari gulungan itu sampai acara pengumuman besok.

Gadis itu tertunduk, lalu memberanikan diri meminta sesuatu kepada raja. Sekalian saja kurang ajar, deh. Toh, sudah terlanjur.

"Cheonha, jika boleh lancang, hamba ingin meminta sesuatu," ujar Jiyeon sebelum bersujud.

"Biarkan aku mendengarnya," jawab Wang Hwi, sama sekali tidak terkejut.

Jiyeon menarik napas panjang sebelum menuturkan permintaannya. "Pemilihan putra mahkota adalah sepenuhnya wewenang Yang Mulia. Namun, jika boleh lancang, hamba memohon agar Cheonha tetap melindungi pangeran lain yang tidak menjadi Wangseja."

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now