Chapter 50

103 16 8
                                    

Kilas balik...

Setelah memastikan Jiyeon sudah tiba di alam mimpi, barulah Wang Soo beranjak dari paviliun kecil itu. Sebelum pergi, tak lupa ia membetulkan letak selimut sang gadis.

"Jangan biarkan orang asing masuk," pesan Myungsoo pada kedua dayang yang berjaga di depan pintu masuk paviliun Jiyeon.

"Ye, Wangja-nim," jawab keduanya serempak lalu menutup pintu rapat-rapat.

Wang Soo mendapati Dongwoo dan Boram berdiri di bawah undakan tangga. Satu sudut bibirnya terangkat. Pengawalnya yang satu itu selalu punya cara ajaib untuk menemukannya. Meskipun begitu, alih-alih menghampiri Dongwoo, Myungsoo justru melangkah ke arah Boram.

"Mengapa kau meninggalkan tuanmu sendirian? Terlebih pada malam hari. Bukankah kau dayang pribadinya? Kau seharusnya hanya berjarak tiga langkah darinya."

"Ha—hamba..." Boram gelagapan karena tiba-tiba diserang seperti itu. Ia langsung membungkukkan badan 90 derajat, tak berani menatap langsung sang pangeran.

Walau malam itu lebih gelap dari biasanya, Boram dapat merasakan tatapan menusuk yang diarahkan Wang Soo kepadanya.

"Mo—mohon ampun, Yang Mulia. Kami sedang dalam perjalanan menuju Wangbijeon, lalu kami berpapasan dengan salah satu utusan dari Dinasti Song. Asshi meminta hamba untuk memanggil seseorang yang bisa memandu tuan itu kembali ke paviliunnya. Karena itulah..."

Mata Wang Soo menyipit, tapi dari nada bicara dayang kecil itu, sepertinya dia tidak berbohong.

Mendengar percakapan itu, Dongwoo lantas mendekat. "Apakah Wangja-nim sudah menemui Diplomat Zhao?"

Wang Soo menoleh pada pengawalnya. Jika Dongwoo belum mengetahui apa yang terjadi, berarti istana juga belum mendapat laporan tentang itu. Namun, ia tak boleh merayakannya terlalu dini. Cepat atau lambat, berita mengenai insiden tadi pasti akan merebak.

"Aku akan pergi ke Istana Timur," ucap Wang Soo. "Kau ikut."

"Ye?!"

Dua kata yang singkat itu berhasil membuat Boram mendongak sembari menunjuk dirinya dengan bingung?

Wang Soo tidak menjawab dan mulai melangkah. Lagipula, itu bukan permintaan.

Dongwoo langsung membuntuti. "Tapi, Seja Jeoha masih sedang menjalani hukumannya. Jeoha tidak bisa keluar atau menerima tamu tanpa seizin raja."

Wang Soo berbelok ke arah rute yang akan membawanya ke kediaman sang kakak.

Boram terpaksa membayangi langkah besar kedua pria di depannya itu tanpa bisa protes.

Melihat sang tuan tidak berniat berhenti, Dongwoo pun melanjutkan. "Selain itu, raja pasti menempatkan banyak prajurit di sekitar kediaman putra mahkota untuk memastikan tidak ada yang melanggar titahnya."

Kalimat itu berhasil membuat Myungsoo menghentikan langkah. Ia menoleh pada pengawalnya lalu tersenyum.

"Itulah mengapa aku membawamu, bukan?"

~~~

Wang Lim berjalan ke arah sang adik dengan pakaian tidurnya yang serba putih. Ia mengembuskan napas panjang. Apa gunanya raja menempatkan prajurit tambahan di depan paviliunnya jika mereka semua tidak bisa menahan satu pengawal Wang Soo?

"Kau sudah siap dengan hukuman melanggar titah raja, bukan?"

Pertanyaan retoris itu Wang Lim gunakan sebagai sapaan. "Baiklah, katakan maksud kedatanganmu."

I Love You For A Thousand YearsWhere stories live. Discover now