"Siapa kalian?!" Begitu melihat anak panah yang ditujukan kepada Wang Soo, Howon langsung berlari ke depan, menghalangi para penerobos kurang ajar itu. Dengan gerakan cepat, dikeluarkannya pedang andalannya.
Rombongan itu berhenti serempak. Atasan mereka telah memperingatkan akan adanya seorang pria bernama Yi Howon yang handal bertarung di sini. Pemuda tak kenal takut yang sedang menghadang mereka saat ini pastilah orang yang dimaksud.
"Beraninya kalian menerobos masuk ke kediaman Eulhyang!" bentak Howon. "Ini adalah rumah milik kerabat Yang Mulia Ratu Inye!"
"Tak peduli seberapa hebat kemampuanmu, kau kalah jumlah dari kami!" seru salah seorang pria.
"SERANG!!!"
Melihat kehebohan itu, tanpa didorong pun Jiyeon sudah langsung menyingkir dari tubuh Myungsoo. Ia buru-buru bangkit berdiri agar mudah untuk berlari setelah ini. Mereka benar, walaupun Yi Howon terkenal akan kehebatannya dalam pertarungan, jumlah musuh jauh lebih banyak. Di dalam drama, mungkin scene ini akan terlihat sangat keren. Namun saat mengalaminya langsung, Jiyeon sama sekali tidak merasa situasi ini keren!
"Jarah semua yang bisa kita ambil!" seru salah seorang sambil mengangkat pedangnya ke udara.
Soyeon mematung di tempatnya. Ini adalah ketiga kalinya ia keluar istana dan sebelumnya sang putri tak pernah melihat situasi garang seperti itu. Terlalu banyak pria dan terlalu banyak senjata, baginya ini adalah pemandangan yang menyeramkan.
Myungsoo bangun dari posisinya yang tadi masih terlentang. Selama ia bepergian di luar istana, tak pernah terlintas dalam bayangannya bahwa hal ini akan menimpanya.
"Dongjun! Kwanghee!" seru Siwan dengan suara lantang. Mereka mungkin akan memiliki peluang jika dua pengawalnya turut membantu Howon.
Segera saja, ada dua orang pria yang berdiri di samping kanan dan kiri Howon. Jiyeon bahkan tidak melihat dari mana keduanya datang. Apakah mereka yang bernama Dongjun dan Kwanghee? Tak jauh berbeda dengan Howon, keduanya juga mengenakan pakaian ala pengawal pribadi keluarga raja.
"Tolong cepatlah pergi. Kami bertiga bisa menahan mereka." Dongjun berseru kepada sang majikan setelah mengeluarkan pedangnya. Ia sengaja tidak menyebut Wang Lim, Wang Soo, dan Injung dengan embel-embel 'Yang Mulia.' Identitas ketiganya tak boleh ketahuan oleh para penjahat itu.
Siwan mengangguk lalu beralih kepada tiga orang yang sedang bersamanya itu. "Ayo kita pergi lewat pintu belakang."
Ketiga pria itu melawan dengan penuh berani. Suara senjata yang saling bertemu terdengar sangat bising. Howon yang terbiasa bekerja sendiri, tanpa gentar maju menumpas orang-orang yang mengepungnya. Sedangkan Dongjun dan Kwanghee tampak bekerja sama untuk melawan mereka. Terkadang mereka menggunakan satu sama lain untuk menyerang musuh, atau salah satu melindungi yang lainnya.
"Apakah kita akan benar-benar meninggalkan mereka? Mereka bisa mati!" seru Jiyeon.
"Kalaupun kita di sini, itu sama sekali tidak membantu mereka. Kita harus cepat, Jiyeon." Soyeon menyentuh lengan Jiyeon yang masih tampak ragu-ragu.
"Kami akan segera menyusul!" seru Kwanghee sebagai isyarat agar mereka segera kabur.
"Soo-ya, aku akan menjaga Soyeon. Kau juga harus menjaga Jiyeon." Siwan memutuskan lalu langsung menarik lengan sang adik. Mengapa hal buruk ini harus terjadi saat Soyeon keluar dari istana bersamanya? Jika sesuatu terjadi pada sang adik karena hal ini, sungguh, ia takkan bisa memaafkan dirinya sendiri.
YOU ARE READING
I Love You For A Thousand Years
Fanfiction"I have loved you since a thousand years ago. I love you for a thousand years. And I will always love you for a thousand more." "You of all people must have known that I always get what I want. No matter if it takes a thousand days or a thousand yea...