Lisa tersenyum menatapi Jennie yang sedang tengkurap serta menggerutu tentang dirinya yang telah membuat kesal gadis bermata kucing itu.
"Kesell... Kesel.. Kesel" Gerutu Jennie menenggelamkan wajahnya kedalam selimut "kenapa sih aku sukanya sama dia yang gak peka" Keluh nya
Lisa yang mendengar itu pun tekekeh pelan tanpa suara dan masih betah memandangi Jennie dari ambang pintu kamar gadis bermata kucing.
"AKU TUH CINTA SAMA KAMU LISA, AKU TUH SAYANG SAMA KAMU LISA, AKU TUH CEMBURU " teriak Jennie tiba tiba membuat lisa terkejut "kenapa sih hiks kamu ngga peka, hiks" Isak Jennie semakin membuat Lisa terkejut "aku udah berusaha buat bikin kamu jatuh hati sama aku hiks... Aku susah payah cari perhatian kamu hiks tapi seperti nya kamu cuma anggap aku sahabat" Lanjutnyaa menenggelamkan seluruh tubuhnya kedalam selimut dan terisak
Dengan langkah pasti Lisa menghampiri Jennie dan duduk ditepi ranjang mengelus kepala Jennie yang memebelakanginya.
"Eomma... Hiksss.. Kenapa lisa gak peka hiks.. Apa lisa ga cinta sama J? " Tanya Jennie mengira yang duduk ditepi ranjang adalah eomma nya.
"Aku juga cinta sama kamu J, Aku juga sayang sama kamu J" Ucap Lisa membuat tubuh Jennie menegang dan terdiam tak ingin menoleh "aku bukan gak peka J, hanya saja aku takut ke geeran dengan sikapmu itu" Ucap Lisa terkekeh "aku memang bodoh J, aku juga pengecut karena takut mengakui perasaanku terhadapmu dan berakhir kau pergi jauh dari hidupku" Lanjut nya
Jennie yang mendengar itu pun meneguk salivanya susah payah, ia masih di ambang kesadaran berperang antara hati dan otaknya. Otaknya yang menyuruh Jennie agar segera bangun dari mimpinya dan hati nya membenarkan bahwa yang terjadi adalah nyata.
"J" Panggil Lisa membalikkan tubuh Jennie agar menghadapnya
Lisa terkekeh melihat wajah Jennie yang memerah karena menangis dan dengan wajah terkejutnya.
"Bangun jennie kim ayo bangun ini hanya mimpi" Gumam Jennie pelan namun masih dapat didengar Lisa
Lisa hanya tertawa renyah lalu membantu Jennie untuk duduk dan menghadapnya.
"Awsss" Ringis Jennie saat lisa mencubit gemas pipi mandunya itu
"Kamu sedang tidak mimpi J" Ucap Lisa terkekeh "will you be my girlfriend? "Tanya Lisa serius membuat Jennie mengerjap lucu
" Ini bukan mimpi kan? "Tanya Jennie dengan mata berkaca kaca di gelengi oleh Lisa
" Ini nyata J, jadi? "Jennie mengangguk lalu memeluk Lisa erat
" I will"ucap Jennie lirih dalam dekapan Lisa membuat senyuman Lisa mengembang dan membalas pelukan Jennie
Lisa tekan kan malam ini adalah malam yang paling indah di awal kebahagiaan nya bersama Jennie kekasih baru nya.
~~~
Jisoo memasuki apartemen nya dengan gontai, ia menuju dapur membuka lemari es dan meneguk sekaleng soda lalu duduk dikursi menatap kosong meja makan yang terdapat buah buahan.
"Jisoo ah kau sudah pulang" Tanya Rosé melihat seseorang yang sedang duduk
"Ne chaeng" Jisoo tanpa menoleh
Rosé menghampiri Jisoo dan duduk di hadapan Jisoo, menatap wajah Jisoo yang cukup kusut. Rosé jadi merasa bersalah kepada Jisoo. Karena dirinya lah Jisoo terkena masalah.
"Mian" Ucap Rosé menunduk membuat Jisoo menoleh dan menatap Rosé yang menunduk
"Kenapa minta maaf hum? " Tanya Jisoo lembut
"Karena aku tinggal bersama mu, kamu jadi terkena masalah" Ucap Rosé masih menunduk memainkan jari jarinya dengan mata berkaca kaca
"Ani, ini bukan salah mu, ini salahku karena aku tidak memberi tahu kedua orang tua ku akan hal ini" Jisoo tersenyum bangkit dan duduk di sebelah Rosé "sudah makan? " Rosé mengangguk "sudah minum susu? " Rosé menggeleng membuat Jisoo berdecak "ya sudah aku buatkan susunya dulu ne" Jisoo mengusap pelan pucuk kepala Rosé
Tak perlu banyak waktu Jisoo sudah membuat susu hamil untuk Rose. "Di habis kan ne" Ucap Jisoo lembut di angguki Rosé yang langsung meneguknya hingga habis.
Rosé tak habis pikir dengan Jisoo. Kenapa ia masih bersikap manis padahal ia dalam masalah yang cukup rumit. Kenapa ada manusia sebaik Jisoo, kenapa ia bisa jatuh hati begitu cepat terhadap manusia chikin satu ini.
Rosé telah menyadari jika dirinya telah jatuh cinta pada Jisoo. Awalnya ia mengelak tapi rasa aneh itu semakin membuat Rosé hilang akal. Ia sadar diri bahwa dirinya hanya seorang janda yang sebentar lagi menjadi ibu anak satu tak mungkin bukan jika Jisoo mau menjadi kekasihnya apalagi pendamping hidupnya.
"Jangan dipikirkan ne, jika memang kita pada akhir nya menikah mungkin itu sudah takdir dan bukan karena kesalahan aku ataupun kamu. Didunia ini tak ada yang kebetulan Chaeng, semuanya sudah diatur oleh Tuhan" Ucap Jisoo tersenyum membuat Rosé menatapnya "aku janji akan menjagamu dan baby. Akan menyayanginya seperti anakku sendiri"lanjut Jisoo dengan tulus
" Tapi... "Rosé
" Tidak ada tapi tapian oke, cukup jadi gadis penurut dan ibu yang baik buat baby kita"potong Jisoo membuat semburat merah dipipi Rosé "ya sudah ini sudah malam kamu tidur ne, aku mau mandi dulu" Lanjut Jisoo di angguki Rosé
~~~
Seulgi memandang wajah Irene dengan tersenyum tulus namun sendu. Seulgi malam ini memaksa Irene untuk bertemu di cafe, awalnya Irene menolak namun seulgi memaksa dan berjanji ini adalah yang terakhir.
"Ehem kau mengajakku bertemu hanya untuk memandangiku saja? " Ketus Irene membuat seulgi terkekeh pelan
"Mian" Ucap seulgi tersenyum namun terlihat banyak luka disana "aku minta maaf jika kehadiranku akhir akhir ini mengganggu kedamaian hidupmu" Lanjut seulgi
"Syukurlah kau sadar" Ketus Irene membuat seulgi tersenyum kecut
"Awalnya aku kira meluluhkan gadis seperti mu akan mudah jika aku berikan seluruh dan segenap rasaku namun nyatanya itu tidak cukup untuk bidadari sepertimu" Ucap seulgi terkekeh geli sendiri "aku sadar selama ini aku sudah tidak tau diri mengganggumu dan mengharapkanmu bisa menerima cinta yang tumbuh di hati ku padahal sudah jelas jelas kau menolak" Seulgi menghela nafas kasar "terima kasih dan selamat tinggal. Aku berjanji ini akan menjadi hari terakhir aku mengusikmu, hidupmu dan segala ketenanganmu. Dan semoga kita tak berjumpa lagi. Jikapun berjumpa denganku suatu saat nanti kita lupakan semua tentang kita yang saling mengenal dan kita mulai dengan berteman sapa saja ne" Jelas seulgi panjang lebar membuat Irene diam membungkam ada rasa tidak rela jika seulgi tidak akan mengganggu nya dan pergi bahkan melupakan nya.
"Berjanjilah padaku kau harus bahagia karena aku pengganggumu sudah tidak akan mengganggumu lagi" Lanjut seulgi tersenyum "eoh ini sudah mulai larut malam sebaik nya kau pulang dan aku pun akan pulang, biar nanti aku yang bayar minumannya" Lanjut seulgi namun Irene hanya diam "emm aku pulang duluan ne kau hati hati nanti pulang nya" Ucap Seulgi lalu bangkit untuk pergi
Sebelum benar benar melangkah seulgi tersenyum manis "saranghae Bae joohyun" Ucap nya lembut lalu melangkah pergi
Setelah seulgi menghilang dari pandangannya tanpa disadari Air mata Irene mengalir begitu saja melewati pipi Irene.
"Kenapa terasa sakit disini" Lirih Irene meremas kuat baju bagian dadanya
Sekilas terbayang wajah seulgi yang tersenyum manis, juga momen momen dimana beruang itu bersikap manis padanya itu semakin membuat Irene sesak.
Ia merasa kehilangan namun tak pernah memiliki.cafe itu, malam itu, bintang dan bulan itu menjadi saksi seulgi pamit padanya seakan akan pergi jauh. Kenapa disaat ia mulai membuka sedikit pintu hati nya seulgi malah pergi? Apakah ia sudah terlambat, terlalu lama membuka hati dan membuat seulgi merasa gagal dengan usahanya.
Tbc
Sekian dan terima gajih wkwk