"Lili.... " Pekik Jennie membuka pintu ruangan Lisa membuat sang empu terkejut
"Kamjagiya,, kamu mengagetkan ku saja J" Ucap Lisa
"Hehe, apa meeting nya sudah? " Tanya Jennie di anggukki Lisa
"Dari setengah jam yang lalu, wae? " Tanya Lisa menghampiri Jennie yang sudah duduk di sofa dalam ruangan Lisa
"Ani,apa lili masih banyak pekerjaan? " Lagi Jennie bertanya
"Sudah beres semua" Lisa
"Kalo begitu Lili bisa temani J beli buku kan? " Ucap Jennie antusias
"Hmm tentu saja bisa kajja" Ucap Lisa membuat Jennie bersorak senang
"Yey" Sorak Jennie membuat Lisa terkekeh
Sepanjang perjalanan Jennie terus bercerita dan Dengan senang hati Lisa mendengarkan serta sesekali menanggapi cerita Jennie.
Tak lama jenlisa sampai di pusat perbelanjaan yang didalam nya terdapat toko buku terlengkap.
"Kajja lili, bantu J untuk memilih buku" Riang Jennie menarik Lisa kedalam toko dengan antusias
"Calm J, memang nya kamu mau beli buku apa? " Tanya Lisa
"Novel terbaru Lili" Girang Jennie membuat Lisa menggelengkan kepalanya tak percaya
"Sudah? " Tanya Lisa saat Jennie membawa 3 buku novel berukuran sedang di tangannya
"Sudah, tapi setelah ini beli eskrim ne" Pinta Jennie di anggukki Lisa
"Ne, habis beli eskrim kita pulang, mommy dan Yuna ingin bertemu kamu katanya kangen" Ucap Lisa mengambil alih buku novel yang Jennie pegang lalu beranjak menuju kasir
....
Sedari pagi Jisoo terjebak di kamarnya sendiri karena Rosé tak ingin di tinggal selangkahpun, bahkan saat Jisoo ingin ke kamar mandi Rosé kekeh untuk ikut. Meskipun berat dan cukup pegal Jisoo tetap memangku Rosé, mengelus perutnya serta sesekali mengelus lengan Rosé yang setia bergelayut kelehernya.
"Ocii,turun dulu ne" Pinta Jisoo selembut mungkin
"Gamau" Tolak Rosé
"Sebentar saja, aku hanya ingin mengambil sesuatu diruang tengah" Pinta Jisoo
"Aniya, nanti jichu pergi lagi" Lirih Rosé
"Ani, jichu gak akan pergi, hanya sebentar sungguh" Bujuk Jisoo namun lagi lagi Rosé menolak
Jisoo sangat menyesal sempat meninggalkan Rosé saat saat kemarin, inilah dampaknya Rosé yang jadi takut akan dirinya pergi bahkan hanya untuk keruang tengah dan ke kamar mandi.
"Oci mau apa hum? " Tanya Jisoo mengelus surai rambut Rosé dengan sayang
"Jichu tetap disini, jangan tinggalin oci, oci takut" Lirih Rosé membuat Rasa bersalah Jisoo semakin besar "oci takut jichu pergi, nanti yang jagain oci dengan baby siapa kalo bukan Jichu" Lanjut Rosé dengan Lirih mengerat pelukannya pada Jisoo
"Astaga, aku sangat menyakitinya" Batin Jisoo menyesal
"Oci, maafin jichu ne, kemarin ninggalin Ochi, tapi jichu janji gak akan ninggalin ochi lagi" Ucap Jisoo bersungguh sungguh di anggukki Rosé
"Ochi udah kehilangan dia, ochi gamau kehilangan lagi hikss" Isak Rosé membuat Jisoo tertegun, ia teringat mendiang suami Rosé yang telah meninggal
"Jisoo bodoh" Batin Jisoo mengumpati dirinya sendiri
Jisoo memeluk Rosé cukup erat namun tak menyakitinya. Sungguh ia sangat menyayangi Rosé dan calon baby nya. Ia sadar di umur nya yang terbilang masih sangat muda ini ia sangat labil, terkadang emosi yang ia punya tak bisa terkontrol, ketakutan sering kali menjadi tameng tertinggi untuk ia berfikir jernih. Namun ia juga sadar jika mempunyai tanggung jawab yang besar akan Rosé dan janin yang ada dalam kandungan Rosé.