Lelaki berpostur tubuh tinggi itu menuntunku berjalan menuruni tangga. Arah langkah kami menuju ke mobil berwarna silver yang terparkirkan di parkiran dekat sebuah pohon. Dibukakannya pintu mobil bagian depan dan ditutupnya kembali setelah aku menaikinya. Beberapa hari tak pulang bersamanya, seperti ada sesuatu yang berbeda dari mobilnya. Aku mengamatinya untuk beberapa saat hingga menyadari adanya tumpukan tas di kursi mobil belakangnya.
"Noticing the bags, eh?" tanya Harry, memutar kunci di dekat kemudi. Mesin mobil menyala, ia mengatur beberapa tombol dan segera menancap gas.
"Kind of, what are the bags for?"
"I'm going have a family meeting in London." jawabnya singkat dan santai. Meski singkat, tetapi cukup untuk mengejutkanku. Ia akan pergi ke London malam ini, padahal aku mengharapkannya untuk ada di sekitarku saat ini. Setelah tak berbicara untuk beberapa hari.
"How long will you leave?"
"I'm going to the airport at midnight and I'll be coming back on Sunday." katanya, lagi-lagi dengan nada santai. Ku kira ia tak akan melanjutkan ucapannya, tetapi rupanya ia berbicara lagi. "You'll be okay, won't you?"
Aku mengangguk pelan, "Of course, why won't I?"
"I'm worry about you, Skyler." ia menolehkan kepalanya kepadaku sambil berusaha terus memperhatikan jalan. Aku menatapnya balik. "If ever someone does something awful to you, defend yourself. I swear I would blame myself for the falling tears from your eyes and the sorrow you feel."
Ia terlihat benar-benar memaksudkan perkataannya itu dan aku merasa sangat bersalah karena awalnya berpikiran bahwa ia tak peduli. Lelaki ini ternyata jauh lebih peduli dari yang kupikirkan sebelumnya, "Harry, I'm alright. I promise to defend myself. I will try my best not to let tears fall down while you're away and you have to promise me to have fun and not be worry. Is that a deal?"
"That's a deal." terimanya, tetapi masih terus berbicara. "But, if something actually goes wrong, contact me immediately."
"You're way too worry. You'll only be there for days, right? We have a deal." aku pun meraih tangannya yang berada di atas kemudi dengan lembut.
"Right." ia tersenyum tipis seraya meremas tanganku. Melihat senyumnya selalu menjadi kepuasan tersendiri bagiku, mungkin ini adalah bagian dari mencintai seseorang. Tak lama setelah itu, Harry pun membuka topik lain. "Coulisse, are you willing to help me?"
"With what?"
"Biology. I have to finish a task before going for days and I have no idea what the textbook says."
"Sure, I guess I still can handle Biology."
"So what are you saying about helping me at my house now? As they're done, I can drive you home and go to the airport straightaway."
"Why not?"
.
Rumah Harry terlihat kosong ketika kami sampai. Tak ada yang membukakan pagar seperti biasanya sehingga Harry lah yang turun dan membukakan pagar. Anne pun tak menyambut kedatangan kami. Kata Harry, Anne sudah berangkat lebih dulu bersama Lina.
Harry menuntunku ke sebuah ruangan yang belum pernah kumasuki sebelumnya. Ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar berpenampilan elegan dengan wallpaper berwarna coklat mahogany. Kamar milik Harry.
Di dalamnya terdapat sebuah king size bed yang terletak di antara dua buah meja kecil dan lemari berukuran besar di salah satu sisi tembok. Di seberang lemari, terdapat sebuah sofa berukuran sedang. Lalu sebuah karpet yang membentang di depan sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The NewComer
FanfictionSiapa yang kira seorang pendatang baru di sekolah dapat merubah kehidupan SMA ku? ©2014 by itshipstastyles dedicated to all Indonesian High Schoolers WARNING: It's an unedited version, still trying to work on several stuffs as plot, words, typos etc.