Chapter 16: Crush

3.1K 374 361
                                    

Aku memalingkan pandanganku dari layar handphone di tanganku. Tanganku memberikan handphone kepada sang empunya, Harry. Pesan yang kubaca benar-benar membuatku merasa muak dan kesal seketika. Lelaki yang memukuli Harry ternyata adalah Garry dan sekarang ia menawarkanku menjadi kekasihnya. Pantas saja aku merasakan ada sesuatu yang aneh pada Harry kemarin setelah memberitahunya mengenai tawaran Garry.

"Have you even sent the message?" tanya Harry sambil menerima handphone-nya. Ia menatap handphone miliknya untuk beberapa detik. Lalu ia kembali menatapku.

"Nevermind, Harry." ucapku "I don't even want to see him anymore."

Alisnya terangkat kebingungan, "Why?"

"Sky!" sapa seorang lelaki yang menjadi biang kekesalanku. Ia dengan santai menghampiriku. Pandangannya terlihat sinis ketika menyadari Harry yang duduk di hadapanku. Aku mengamati Harry, ia hanya terdiam pada posisinya. "Eh, kok lo malah kesini sama Harry? Terus lo nggak ngabarin gue lagi."

"Jawabannya enggak." tuturku secara langsung setelah berdiri agar bisa langsung bicara dengannya tanpa melibatkan Harry. Aku tidak mau bertele-tele dan menghabiskan waktuku untuk basa-basi kepada Garry. Ia mengajakku bertemu karena ia belum mendapat jawaban, menurutku begitu. Jadi langsung saja kuberikan jawabannya.

Matanya melebar, "K-kenapa?"

"Emangnya ada orang yang mau jadian sama cowok yang mukulin temennya dan minta dia untuk ngerahasiain semuanya dari orang-orang dengan cara ngancem?"

Garry mendesau. Ia lalu mengambil sebuah langkah mendekati Harry. Salah satu tangannya menarik Harry, membuatnya Harry berdiri. Tangan lainnya mulai ia kepalkan. Aku diserang oleh kepanikan ketika melihat kepalan itu. Garry tidak boleh melakukan pertengkaran di tempat umum seperti ini. Sangat tidak boleh.

Aku segera berdiri di antara Harry dan Garry dengan maksud untuk menghalangi Garry agar tidak menghajar Harry atau melakukan hal kasar lainnya.

Namun, aku rupanya kurang cepat. Karena ketika aku berdiri di antaranya, saat itulah kepalan tangan Garry menghantam bahu sebelah kananku dengan kencang. Rasa sakit pun langsung menyerangku. Tanganku memegangi bahu yang terkena pukulan Garry dengan reflek.

"Seriously?" Harry terbelalak, berbicara dengan nada yang meninggi setelah kejadian itu berlangsung.

"Sky, maaf, maaf! Gue nggak sengaja, astaga..." Garry dengan panik berusaha berbicara kepadaku. Ia mencoba membuatku merasa lebih baik. Ia tak lagi menghiraukan keberadaan Harry. Tetapi walaupun ia merasa bersalah dan meminta maaf, aku sudah terlanjur kesal.

"Nggak!" seruku.

"Tapi..."

"Back off, Garry!" Harry menarikku menjauhi Garry.

Garry pergi meninggalkan kami dengan hentakan kaki yang terdengar jelas. Ia pastilah sangat marah atas kejadian ini. Tetapi aku tak peduli. Ia benar-benar menyebalkan dan tidak tahu diri. Padahal ia sudah cukup beruntung, Harry bukan orang yang pendendam. Harry benar-benar tak memberitahu soal ini kepada siapapun.

Coba bayangkan jika Harry memberitahu seseorang dan hal itu menyebar. Garry pasti sudah dikeluarkan dari sekolah. Janji siswa sudah mengatur berbagai macam hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, termasuk hal semacam itu.

"It must be hurt." kata Harry sambil mengusap bahuku pelan "Do we need to go to the doctor?"

"Err, it's uh- just a bit. We don't need to go to the doctor."

"It should've been me, he tried to punch me."

"He can't do that to you. He should never beat you up, not even once. Seriously, Harry. I've been questioning myself of why you tried to keep it secret from me."

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang