Chapter 29: No Control

3.4K 348 216
                                    

Disarankan jangan terlalu dihayati. Dihayati juga nggak apa-apa sih, tapi kan hayati di rawa-rawa.
.

Perlahan kepalaku bergerak, menoleh kepada sosok lelaki yang berdiri di sampingku. Tanganku meraih tangannya pelan, aku mengharapkan jawaban dari lelaki dengan mimik kesal ini. Namun, selang beberapa detik kemudian, ia bukannya memberiku jawaban. Bibirnya menyergap bibirku, ia menyudutkanku kepada tembok. Ia tak memberikanku waktu untuk menyesuaikan nafas sehingga nafasku terengah-engah.

"Yes, I am extremely jealous because my girl was walking with someone else and I am completely feeling bad for not knowing that she was sick until her lad friend told me." paparnya di sela-sela ciuman sembari terengah, memberikanku beberapa waktu untuk mengambil napas sebanyak mungkin. Harry terlihat semakin menawan dengan nafasnya yang kian memberat dan rambutnya yang mulai tak karuan.

"There's nothing to jealous for." responku sambil mengaitkan tanganku di punggung lehernya, menatapnya dengan degupan jantung yang kencang.

"I don't understand why I can't impress you like they do." lirihnya, tak mempedulikan ucapanku. Harry menyentuh daguku dengan jari-jarinya dan melanjutkan rangkaian kalimatnya sementara aku mendongak memandangi mata hijau penuh lara. "They seem so special for you."

"What do you mean? You've been the only one I'm falling into."

"You see, your father talks about Gareth a lot and Josh seems like he's close to you more than I could ever know."

Aku tak tahu ia bisa begitu memasukan ucapan-ucapan yang keluar asal dari mulut dad ke hati. Ku kira ia tak akan memikirkannya. Ia selalu terlihat pandai mengatasi masalah hidupnya selama ini dan sekarang ia terlihat agak mengacau. Entah kenapa semakin lama aku bersamanya, semakin aku merasa banyak yang belum kuketahui mengenai lelaki ini.

"Hey, it's because my father isn't home often for a long time." aku mengelus pipinya. "He only knew what happened a long time ago and Josh is just another son of my father's friend. He's like a brother to me."

Kedua tangannya bergerak halus di sekitar pinggulku, "Sorry for being so possesive. Sorry for jealous too much. I truly am feelin bad for what happened."

"Get rid of feeling bad, I'm all fine. Get rid of your jealousy, it's only you."

"You're mine, okay?"

Aku mengangguk pelan, "Gladly yours."

Sebuah ciuman pun kembali mendarat di bibirku setelah saling melempar senyum satu sama lain. Kali ini pendaratannya berjalan lembut dan membuat kecupan itu berlanjut. Kecupan lembut itu pun berubah ketika bibirnya berjalan mengeksplor sekitar leherku. Hormon di dalam tubuhku semakin terpacu selagi ciuman yang mengirim rangsangan ke sistem saraf bermain di bagian dadaku yang hampir terekspos karena beberapa kancing bajuku yang terbuka seraya tangannya memasuki pakaianku, membuat tangannya menyentuh kulit punggungku secara langsung.

Tangannya berpindah lagi meremas bagian belakangku. Lelaki itu mengangkatku, memisahkan kedua kakiku sehingga keduanya melingkar di batang tubuhnya sambil terus mendesak tubuhku. Desakan itu membuatku merasakan bagian keras yang mengirim gelitikan di bawah perutku untuk kali pertamanya. Mataku terpejam dan secara tak sadar mulutku mengeluarkan erangan.

Ini gila, nafasku semakin berat tiap detiknya dan rangsangan itu semakin menjadi. Namun, ia tak kunjung berhenti dan aku pun merasa tak berdaya untuk menghentikannya. Ini merupakan sebuah kenikmatan baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya dan aku merasa seolah tak ingin ini berakhir. Aku hilang kendali.

Hanya saja hasrat ku tak lagi dapat terpenuhi ketika pintu ruang kelas tiba-tiba terbuka, mengirim sentakan kepadaku sehingga aku pun dengan reflek memisahkan tubuhku dengan tubuhnya.

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang