Chapter 23: To Be His

2.9K 362 234
                                    

Senin, hari yang paling dibenci oleh umat pelajar. Alasannya adalah karena harus kembali ke sekolah setelah hari Minggu mendapatkan libur dan sebagainya. Ada satu alasan khusus yang sering menjadi alasan pelajar Indonesia, upacara bendera. Aku secara pribadi pun begitu, meski sebenarnya yang lebih menyebalkan adalah pembicaraan pembina upacara yang panjangnya bukan kepalang. Oh jangan pula lupakan bahwa setiap hari Senin kami harus datang lebih pagi dari hari biasanya karena patokan jamnya adalah pukul 06:45 untuk mempersiapkan upacara.

Hari Senin kali ini, aku dibangunkan oleh mum yang mengetuk pintu kamarku dengan keras dan memintaku untuk segera bangun. Bukan sebuah hal yang aneh lagi, memang. Aku pun segera membuka mataku, tetapi tak langsung keluar melainkan membuka handphone ku yang layarnya menyala, menunjukan sebuah informasi beberapa panggilan yang tak terjawab.

7 missed calls

Harry

Aku mengerutkan kening. Pagi-pagi seperti ini ia sudah menelpon sebanyak tujuh kali?

"Skyler, buruan bangun! Udah jam 06:20 loh ini!"

"Hah?" aku terbelalak dan segera melihat jam di handphone ku yang ternyata menunjukan jam yang sama seperti yang mum sebutkan. Kaki ku bergerak cepat, beranjak dari kasur. Tanganku segera mengambil handuk yang menggantung pada gantungan di dekat pintu kamarku. Setelah kutekan gagang pintu kamarku dan sedikit berjalan keluar, mataku langsung disambut oleh lelaki berambut keriting yang namanya terpampang di layar handphone-ku. Ia duduk di sofa dan terlihat berbicara dengan mum. "Harry?"

"Good morning, Sky." sapa Harry sambil menyimpulkan senyum kepadaku.

"Oh, jeez!" seruku sambil menutupi wajahku. "This is so embarrassing."

"What's so embarrassing?"

"She just woke up, look at her messy face." sindir mum.

"Mum!" pekik ku.

Senyum Harry terlihat melebar, "You look fine, sleeping beauty."

"W-well, I, I gotta take a bath, really gotta take a bath." gagapku sambil menunjuk ke arah kamar mandi dengan handuk yang menjuntai di lenganku. Meskipun ia memujiku berkali-kali pun aku masih tetap salah tingkah. Kurasa aku benar-benar harus menghilangkan kebiasaan ini. Maksudku, yang benar saja!

"Sure, I'll be waiting." angguknya.

Tak membutuhkan lama bagiku untuk mandi, lagipula aku tak pernah keramas di pagi hari. Menurutku keramas di pagi hari sangat membuat segala kegiatan lain menjadi ribet. Mulai dari waktu yang lebih lama hingga mengeringkan rambut. Duh, tidak. Aku menolak keribetan itu. Aku lebih memilih memikirkan cara agar sampai sekolah tanpa terlambat.

"Buruan dong, Sky. Udah ditungguin juga sama Harry. Kamu nih gimana sih." omel mum dari luar kamar.

"Iya mum, maaf, maaf, Sky nyariin tas." aku segera keluar dari kamar dengan mata yang berputar mencari keberadaan tas sekolah ku setelah memakai seragam dengan rapi.

"Your bag is inside my car, Sky."

"Oh," aku pun segera terdiam di tempat dengan reflek setelah mendengar pernyataan Harry. "I thought I forgot where I put it."

"Sorry for making you panic." kekeh Harry sambil bangkit dari duduknya. "So, are we going now?"

"Ah, yeah." angguk ku, lalu meraih tangan mum dan menciumnya. Harry pun melakukan hal yang sama setelah aku. Kurasa ia mulai terbiasa dengan kebiasaan di Indonesia ini. Walaupun sebenarnya kebanyakan orang Indonesia tak benar-benar mencium tangan, melainkan menempelkan dahi ke tangan. "Mum, Sky berangkat dulu ya."

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang