Chapter 2: Rookie

4.6K 530 139
                                    

POV Sky

Aku sendiri tanpa orang yang menemani. Sesekali orang lewat. Aku menunduk dan menyembunyikan wajahku saat orang yang lewat tersebut menatapku. Aku sangat tak ingin duduk diluar sendiri seperti ini, semua orang tahu jika ada yang duduk sendirian diluar ruang kelas tandanya ia di tidak boleh mengikuti kelas guru matematika kami.

Ia memang terkenal dengan peraturan 'tak boleh masuk kelas' nya. Betapa kesalnya aku saat mendengar percakapan guru ku dengan si anak baru. Ia membiarkan Harry tetap di kelas meskipun ia tak mengerjakan pr. Tidak adil bukan?

Rasanya aku ingin berteriak kepada mereka untuk mengekspresikan amarahku, tapi aku tak melakukannya. Aku memilih untuk diam dan berpura-pura untuk tak peduli. Pasalnya, jika aku berteriak pun, apakah ada yang akan peduli? Mungkin aku malah akan dimarahi karena mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Aku hanya ingin keadilan dan teman-temanku, itu saja. Aku tidak peduli jika ia ada, asal teman-temanku tak melupakanku seperti ini. Asal perlakuan kepadanya adil.

"Dek, kenapa di luar? Dihukum sama bu Yuli ya?" tanya salah seorang perempuan yang lewat bersama dua temannya. Dengan caranya memanggilku saja aku sudah bisa mengetahuinya. Ia adalah seorang senior.

"I-iya ka."

"Eh itu yang anak baru yang dari Inggris itu di kelas kamu kan?"

"Iya."

"Nanti kalo kamu udah masuk salamin ke orangnya ya dek dari Tia." ujar salah senior yang pertama kali menegurku tadi.

"Eh gue juga mau. Dari Endah juga, dek." timpal temannya.

"Reny juga ya dek!" seru temannya yang lain, tak mau kalah.

"Ka, kalo salam gitu ngomong sendiri aja nanti pas istirahat. Aku nggak deket, soalnya baru masuk. Belum kenal sama dia." aku menolak untuk menyampaikan salam ketiganya.

"Tapi kamu tau kan?"

"Tau sih."

"Yaudah salamin. Tinggal salamin aja kan."

"Ehmm, ya-yaudah deh ka nanti coba aku salamin kalo dianya nggak lagi sama temen-temennya." terpaksa aku menerima suruhan mereka untuk menyampaikan salam kepada Harry karena jika aku tak menerimanya, aku bisa semakin dikucilkan dan malah dilabrak.

"Oke, makasih ya dek!"

Keempatnya pun pergi. Betapa sialnya aku, harus menyampaikan salam dari para senior kepada Harry. Tidak kah mereka tahu bahwa aku sedang kesal kepada si keriting itu? Ah, bodohnya diriku. Tentu saja mereka tidak tahu. Tak ada yang tahu kecuali diriku.

Aku menunggu sambil membaca-baca buku matematika ku. Bagaimanapun aku membacanya, aku masih saja payah dalam matematika sehingga aku terlalu bosan untuk membacanya lebih jauh lagi. Hampir aku mati kebosanan, tetapi bel istirahat kedua telah menyelamatkanku. Aku tak menunggu lebih lama lagi, aku memasuki ruang kelas dan duduk di tempat duduk ku.

"Eh, kok tempat duduknya berubah?" aku menyadari perubahan posisi tas di dua kursi.

"Iya, masa Harry pindah sama Audrey soalnya bahasa Inggris gue kurang kata bu Yuli. Anjir kan. Jahat banget." respon Becca.

"Ye, nggak apa-apa kali Becc. Kan pindahnya juga nggak jauh. Emangnya lo mau nanti disuruh tanggung jawab kalo si Harry nggak ngerti?" Cyntia bilang.

"Enggak sih."

"Eh kantin yuk, laper nih. Belum sarapan." ajak Naya.

"YUK! Sekalian hang out bareng Harry." Rebecca dengan semangat menerima ajakan Naya "Lo ikut nggak, Sky?"

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang