Chapter 3: Love Expression

4.5K 485 195
                                    

"Hi!" sapa lelaki berambut keriting itu sambil duduk di kursi sebelahku. Aku hanya bisa mendesah dan memutar bola mataku. "So, which one do you want to pick?"

"Just take something good." responku dengan singkat. "I will act whatever you pick."

"You know, it seems like you're having bad mood."

Ia memang benar, aku sedang badmood. Tetapi untuk beberapa alasan, aku tak mengakuinya. "No, I'm fine. I just don't feel like reading." ucapku.

"How about this one?" Harry menunjuk salah satu dialog yang ada di buku, ia menatap dan terlihat menunggu jawabanku.

"I said I take everything you pick." jawabku tanpa menoleh sama sekali.

"This dialogue is insane. Why didn't I read it before I agreed?" keluhku kepada diriku sendiri ketika tengah membaca dialog yang dipilih Harry dan berusaha mengingatnya.

"Are you saying that you have problem with it? Because I have asked you whether the dialogue was fine, not only once but twice. I thought you were okay with it."

"Sky and Harry!"

'Crap.'

"C'mon, Sky."

Kami berdua ada di depan kelas, saling berhadapan. Aku menunggunya untuk memulai percakapan itu. Percakapan awal berjalan seperti normal, tak ada keanehan dan kecanggungan meski ada kemarahan. Kecanggungan itu datang saat Harry mulai mendekat dan mendekat, mungkin jaraknya hanya dua langkah antara aku dan dia. Ia menyentuh dan memegang tanganku dengan lembut dan mengucapkan kata-kata yang menjadi materi pelajaran, expression of love.

"I just want to say something." ia berhenti sebentar dan menyempatkan menatapku. Penghayatannya sungguhlah membuatku tenggelam dalam sandiwara kecil itu "I love you."

Dirinya semakin mendekat kepadaku, jarak kami tak lebih dari satu jengkal. Tangannya masih memegang tanganku seperti tadi. Aku bisa merasakan detak jantungku, aku bahkan mendengarnya dengan jelas. Aku seharusnya membalas percakapannya sesuai dengan teks di buku. Namun, aku malah diam.

"Ehm." miss Judy memecah keheningan.

Dengan segera, aku mengucap apa yang harus kuucapkan. "I feel the same way as you do. But I can't let the feeling grows. We are going to different part of universe, our life is still along way away."

"No matter how far you are, whenever it is, I will wait for you."

"..."

"Until you can."

Seisi kelas memberi tepukan tangan setelah Harry berhenti berbicara. Aku diam sejenak, lalu menarik napas lega. Akhirnya selesai juga. Akhirnya aku tak harus berurusan dengan dirinya.

"That was good, you two! I want both of you to act the anger expression next meeting as the example."

'MATI GUE!' aku berteriak di dalam pikiranku sementara Harry tersenyum.

.

"Heh! Mimpi apa lo semalem barusan jadi pasangan Harry?" Pertanyaan itu dilempar kepadaku oleh Rebecca saat aku tengah berjalan menuju kantin pada jam istirahat.

"Can we talk about anything but him?"

"No."

"Okay, then. Don't talk to me."

"Yeh, ngambek. Kebiasaan. Sensi banget lo akhir-akhir ini." singgungnya.

"Whatever, Becc."

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang