Chapter 8: Outside The Lines

3.3K 416 38
                                    

'Hello,' sapa suara itu 'Sky.'

Tak butuh waktu lama untuk mengenali suara itu. Suara berat yang khas itu adalah suara milik Harry. Tak perlu diragukan lagi. Tetapi untuk apa ia menghubungiku? Darimana pula ia mendapatkan nomor handphone-ku?

'Harry? What's up?'

'I'm wondering where you are. I was looking for you but I couldn't find you anywhere. Are you home already?'

'Of course I'm home. Where would you expect me to be?'

'I thought we had a deal. You're not going to teach me today?'

'You didn't tell, I thought you didn't plan to learn today.'

'Oh man, didn't I? Okay, I'll be on my way to pick you up at your house soon. Be sure you're ready to go.'

Lalu panggilan itu tiba-tiba saja sudah berakhir sebelum aku berbicara. "Dude, why don't you just ask your bloody smart and beautiful girlfriend to teach you?! Darn." gumamku

Ya ampun, Skyler. Ada apa denganmu? Ia cuma memintamu untuk mengajarkannya. Kau tidak cemburu kan? Oh, astaga. Cemburu? No, no. Harry hanya sekedar teman dan kau mengajarinya bahasa. Kau tidak akan pernah cemburu kepada perempuan yang menjadi pacar temanmu, tidak akan pernah.

Okay, baiklah. Aku tidak cemburu, sangat tidak cemburu. Tetapi aku merasa ingin memprotes satu hal mengenai belajar bahasa itu. Maksudku, mengetahui bahwa ia berpacaran dengan kak Gita yang pintar itu. Ia seharusnya belajar dengan ka Gita saja, karena pastilah kak Gita memiliki wawasan yang lebih luas. Lagipula jika dipikir kembali, bukankah belajar dengan pacar sendiri lebih menyenangkan?

'Tok-tok-tok'

Bunyi ketukan pada pintu depan terdengar jelas. Tentu saja ketukan itu terdengar jelas, letak kamarku berada di dekat pintu masuk. Hari ini Bi Jannah -orang yang biasa membantu membereskan rumah- tidak masuk. Sebenarnya, jika masuk pun ia akan pulang setelah selesai memasak dan membereskan rumah sekitar jam 1 atau jam 2 siang jadi aku pastilah tak bertemu dengannya.

Aku membuka pintu tersebut, sesosok laki-laki berpostur tubuh tinggi dengan dada bidang telah berdiri dengan senyuman manis di wajahnya. Rambut keritingnya terlihat sedikit berantakan dari biasanya. "Hey, Sky!" sapanya.

"Hey, do you want to study somewhere? Or maybe we can just study here?"

"Okay, study here is fine." ia mengangguk, lalu menatap sedikit ke dalam rumahku "Anybody's home?"

"Nobody. Mum's not home yet, maid's back already and dad's not so often to be at home." jawabku. Aku lalu mengajaknya masuk dan membiarkan pintu terbuka cukup lebar agar cahaya dapat masuk. Ketika tepat berada di sebelah sofa, aku pun mempersilahkannya untuk duduk. "Sit, sit. I'll make a drink. What do you want?"

"Mineral water is fine."

"Okay, wait here."

Karena ia meminta air mineral, maka aku membawa satu pitcher besar air mineral dan dua gelas. Setidaknya aku nanti tak perlu bolak-balik untuk mengambil minum. Aku segera duduk di sofa yang ada di sebelah Harry setelah menyimpan air mineral beserta gelasnya di meja. Tetapi karena tinggi meja pada ruang tamu selalu lebih rendah dari sofa dan aku merasa tak nyaman untuk mengajar dalam posisi seperti itu, maka aku memutuskan untuk duduk di lantai. Harry pun mengikutiku.

"Oh, you sit down here too."

"Sure, you sit down here, then I do too. Beside, the position is not good for the bones, right?"

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang