Chapter 10: Clear

3.3K 397 54
                                        

Aku berjalan mondar-mandir, sesekali aku layar telepon genggamnya dan menelpon nomor yang sama. Sudah lebih dari satu jam aku mencoba menghubunginya, masih belum ada respon. Aku sudah menanyakan Naya, Audrey, Cyntia dan Rebecca jika mereka melihat motor atau mobil di depan rumahku ketika pulang, tetapi mereka tak melihat kendaraan apapun di depan rumahku. Aku kembali mengitari sekitar rumahku, mengecek setiap sisi. Lelaki itu tak kunjung terlihat.

Aku memutar otak ku, lalu mendapat sebuah petunjuk untuk mencarinya. Menanyakannya kepada ka Gita. Harry sering bersama ka Gita akhir-akhir ini, mungkin ia bersamanya atau setidaknya memberi tahu ka Gita. Tetapi aku ragu. Sangat ragu karena hal tersebut akan membuat ku terlihat seperti perempuan lainnya. Kau tahu, seperti terlalu mengejar-ngejarnya.

Tapi jika tak melakukannya, aku akan kehabisan tujuan pencarianku. Aku akan disalahkan untuk hilangnya Harry. Tak disalahkan pun aku akan merasa bersalah. Jika saja aku tak menyuruhnya pergi, ia pasti tak menghilang.

Duh!

Hidup memang rumit.

Baiklah, aku akan menanyakannya. Hanya satu kali. Untuk kebaikan bersama dan untuk keselamatan Harry. Tetapi lihat saja jika ia ternyata sedang bersenang-senang bersama ka Gita. Aku tak akan menemuinya lagi. Aku akan berpura-pura tak mengenalinya, atau mungkin aku sudah melakukannya di sekolah. Tidak, jika ia ternyata tengah bersenang-senang, aku tak akan menganggapnya ada. Kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun.

Direct Message
Skyler Coulisse: Ka Gita, boleh tanya nggak?
Gita Rizka: Boleeeh, kenapa?
Skyler Coulisse: Harry ada sama ka Gita nggak?
Gita Rizka: Oh, Harry. Nggak ada tuh Sky. Kenapa?
Skyler Coulisse: Nggak ngasih kabar ya ka?
Gita Rizka: Enggak Sky. Emang kenapa nyariin Harry? Mau aku bilangin ke dia?
Skyler Coulisse: Aku udah coba hubungin tapi nggak bisa. Mamanya nyariin ka. Dia belum pulang sampe sekarang.
Gita Rizka: Ya ampun, Harry. Kebiasaan banget bikin orang kepikiran.
Skyler Coulisse: Yaudah, makasih ya ka infonya.
Gita Rizka: Oke, oke. Aku coba hubungin juga deh, nanti kalo ketemu aku kasih kabar ke kamu.
Skyler Coulisse: Iya, makasih ka.

Aku memejamkan mataku dan menarik napas panjang. Aku kehabisan ide. Tetapi aku tak ingin diam saja. Mungkin ia di sekitar sini. Mungkin ia mencari makan atau pergi ke toko untuk melihat-lihat di sekitar komplek perumahan. Atau mungkin di luar komplek perumahan. Semoga saja.

Aku akhirnya menyusuri jalanan di sekitar rumah dengan berjalan kaki. Tetapi ternyata berjalan cukup jauh di bawah langit yang sudah gelap membuatku mempertimbangkan untuk pulang ke rumah. Tapi jika Harry tak ditemukan bagaimana? Tapi aku juga harus pulang. Handphone-ku sudah mati, aku tak bisa menghubungi siapa-siapa lagi nanti.

Dengan pertimbangan yang sulit, aku pun memutuskan untuk kembali. Aku masih berharap menemukan Harry di ketika di perjalanan pulang.

Pada akhirnya aku tak menemukannya di jalan menuju ke rumah. Lelaki dengan rambut keriting itu terlihat berdiri di depan rumahku. Mataku segera melebar dan berlari ke arahnya. Aku merasa lega bukan main. Namun, aku juga ingin sekali menyemprotnya dengan kemarahan. Setelah beberapa jam aku mencarinya, ia ternyata muncul di depan rumah ku? Yang benar saja!

"Harry!" panggilku sambil berlari mendekatinya "Man, where have you been? People have looked for you like crazy!"

Ketika ia membalikkan badannya, niatku untuk memarahinya terurungkan. Wajah lelaki itu biru di sekitar rahang bawah dan pipinya. Penampilannya lebih berantakan dibanding tadi siang. Jantungku berdebar kencang, otak ku bertanya-tanya. Apa yang terjadi kepadanya?

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang