Epilogue

2.7K 309 316
                                    

Now Playing: Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi - Hivi

.

Sebuah gedung mewah kukuh berdiri di sebuah kota besar. Di pintu masuk, seseorang telah siap berjaga dengan berbagai macam alat-alatnya. Si penjaga mungkin terlihat tak bersahabat, tetapi ia menyapa ku dengan amat ramah. Bahkan, disebutkan nya pula namaku. Bukan suatu hal yang aneh jika ia mengetahui namaku. Di semester ke tujuh perkuliahan ku, aku menghabiskan hampir setiap hari di tempat ini untuk magang.

Catwalk Magazine, sebuah majalah terkenal untuk kaum remaja di dunia. Setiap bagian negara memiliki versi majalah nya sendiri. Aku akan mengatakannya sekarang juga bahwa aku sangat beruntung bisa mendapatkan kesempatan magang di Catwalk Magazine Indonesia. Meskipun tentu saja, jabatan magang ku sebagai bagian produksi sama sekali tak bisa dibilang keren.

Bekerja dengan printer, mengatur kertas untuk percetakan, memastikan tak ada bagian yang cacat. Terkadang jika sedang diperlukan, aku bisa membantu bagian lainnya. Tak jarang pula aku hanya disuruh untuk mengantarkan berkas-berkas dan membuatkan kopi. Namun, aku masih terus bertahan dengan pekerjaan magang ini.

Selain karena sudah terlambat untuk berhenti, aku juga sebenarnya cukup menikmati kegiatan magang ku. Banyak orang hebat yang membuat majalah bisa terlihat sangat menarik. Mungkin nanti aku bisa bekerja disini dengan posisi yang lebih menyenangkan. Seperti mungkin menjadi reporter atau di bagian editorial untuk majalah ini. Sekarang aku hanya akan kembali ke samping printer dan membantu pencetakan edisi minggu ini.

"Skyler, kamu diminta untuk bikinin teh sama mbak Nina." cakap editor in chief -mas Donny.

Mengerutlah keningku. Mbak Nina adalah perempuan dengan penampilan bak model yang menjabat sebagai general manager majalah. Hidupnya terlihat sangat apik dan ia biasanya tak meminta ku membuatkannya teh. Jika tidak air mineral, pasti jus sayur atau buah. Karena itulah aku mempertanyakan permintaannya kali ini.

"Buat tamu, Sky." jawab mas Donny ketika kunyatakan kejanggalan itu. "Buruan, ditungguin tuh. Tamunya dateng jauh-jauh dari tadi belum di kasih minum."

"Okay, mas." angguk ku sambil segera bergegas. "Aku tinggal ya."

"Bikin empat cangkir, Sky." suruhnya dengan suara agak melantang, ku rasa ia memastikan agar aku mendengarnya. "Langsung dibawa ke main photography room, ya!"

Empat cangkir teh, sesuai permintaan sudah ku buat. Dengan hati-hati, ku bawa keempatnya di atas nampan. Aku tak pernah menjadi pembawa nampan yang baik, sering kali aku menumpahkan minuman di atas nampan. Namun, tentu saja magang di Catwalk Magazine membuatku ekstra hati-hati. Aku tak ingin keluar dari magang hanya karena menumpahkan minuman.

Jarak dari main photography room terbilang cukup jauh. Aku harus menaiki satu lantai dan melewati beberapa ruangan. Melewati beberapa ruangan itu membuatku menyadari bahwa hari ini gedung terkesan cukup ramai. Mungkin ada wawancara dengan artis terkenal sehingga mendatangkan cukup banyak orang atau majalah mengundang fanbase salah satu artis terkenal seperti beberapa saat lalu. Atau mungkin keduanya, entahlah.

Aku mengetuk pintu ruangan yang menjadi tujuanku. Mbak Nina sudah menyambut ketika aku memasuki ruangan itu. Ia memintaku untuk meletakkan keempat cangkir di atas meja dimana beberapa orang tengah duduk di atas sofa meja tersebut. Aku hanya mengangguk, menuruti permintaannya.

"Enjoy the tea, sorry for taking too long to get you all tea." ujar mbak Nina kepada tiga orang di sofa. Ketiganya adalah orang asing. Satu dari tiga orang itu merupakan seorang perempuan dengan penampilan modis, perempuan lainnya terlihat cukup anggun dalam balutan rok pendeknya dan yang satunya lagi adalah lelaki bertubuh besar dan kekar.

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang