The NewComer

12.6K 786 96
                                    

Disclaimer: This is a fan work and no other than a fiction with a true Indonesian High-Schooler soul. Bogor, Indonesia is chosen as the settings of most scenes. Some settings may be fictional. The similarity of characters, plot and things are coincidental. Although, there are some names taken from those whose names are willing to be put in the story.

Warning: It is a truly random story written in Bahasa. Imagination is required to read. If you don't like Indonesian slang language in a story DO NOT read because I don't give a damn. This is my imagination, my story and my account. I do it for fun. Those who read MUST leave feedbacks (comment and vote). If you agree with the terms and condition, you are welcome to read.

As you've read; ga usah baca kalo ga niat.

.

Sky's POV

Aku melangkahkan kaki masuk ke sebuah lingkungan melalui pagar tinggi berwarna hitam yang berdiri kokoh. Sudah hafal sekali aku dengan seluk beluk lingkungan ini. Bangunannya memiliki banyak ruangan yang saling sambung menyambung membentuk satu kesatuan. Kesatuan itu terlihat seperti huruf U terbalik yang di tengahnya merupakan lapangan jika dilihat dari gerbang. Sebenarnya tak begitu mirip huruf U terbalik jika dilihat secara keseluruhan, tetapi setidaknya bagian intinya seperti itu.

Lingkungan ini ku sebut sekolah. SMA Negeri 143 Bogor, Indonesia. Menduduki peringkat 3 besar sekolah favorit di kota. Tak ada yang harus dipertanyakan lagi mengenai bagaimana aku bisa hafal seluk beluk tempat ini. Tentu saja aku pergi ke sekolah setiap hari kecuali hari Minggu dan hari libur lainnya. Bicara tentang libur, aku baru saja pulang dari liburan ku sementara murid-murid lainnya mungkin sudah masuk selama satu minggu.

Tidak jauh sebenarnya, hanya ke negara tetangga yang sudah sering sekali dikunjungi oleh orang-orang dari negara ku. Tetapi tiket pesawat promo -yang membuat pembelinya harus berebut- yang ku dapat sangat pas sekali tanggalnya dengan tanggal masuk sekolah setelah kenaikan semester kelas 11. Akhirnya aku pun mengambil 'izin' dalam absen sekolah untuk satu minggu. Tetapi sekarang aku sudah kembali dan aku harus mengejar ketinggalanku.

Kelasku berada di lantai 2, tepat di depan tangga. Dekat sekali dengan lab komputer dan lab bahasa. Mudah sekali untuk mengakses jalan menuju kantin. Menuruni tangga dan berjalan beberapa langkah sudah membawaku ke kantin, tetapi untuk catatan, ada ruang kurikulum sebelum kantin dan ruang guru setelahnya. Jadi lupakanlah kemujuran memiliki kelas di dekat kantin, nyatanya aku dan teman-teman ku mendapat pengawasan dari kedua ruangan yang menghimpit kelas kami.

Aku mencari-cari keberadaan teman dekat ku saat aku tiba di kelas, tetapi tak ada satu pun yang terlihat. Malah, anak-anak satu kelas tak terlihat batang hidungnya sama sekali. Yang ada hanyalah tas yang sudah menempati tempat duduk. Tidak aneh sebetulnya karena aku tahu bahwa mereka mungkin sedang ke kantin atau berkeliaran di kelas lain.

Masalahnya adalah aku hampir tak mengenal tas-tas yang ada di kelas. Kebanyakan dari mereka pastilah mengganti tas mereka setelah kenaikan semester. Memang selalu terjadi. Tak mengetahui tas-tas yang ada di kelas membuatku tak bisa menentukan tempat dudukku.

Aku menunggu beberapa menit hingga akhirnya bel berbunyi. Karena tak ada yang kunjung datang, aku pun duduk di tempat yang kosong di bagian belakang. Aku sangat membenci sistem rolling ke depan yang di terapkan, apalagi jika hari sekolah terpotong oleh libur. Aku pasti selalu kebingungan menentukan tempat duduk.

Aku terpaksa duduk di tempat kosong pada barisan paling belakang sambil menunggu kedatangan mereka. Untunglah bel segera berbunyi, mengundang seluruh siswa untuk masuk termasuk teman sebangku ku, Rebecca. Aku segera berdiri dan menyambutnya dengan pertanyaan dimana tempat duduk kami. Tentu saja ia menjawabnya.

"Eh, Sky! Lo nggak duduk disitu, gue udah duduk sama Harry."

"Harry?" keningku mengkerut seraya aku bertanya.

"Iya Harry." angguk Rebecca "Orangnya ganteng parah, terus baik lagi. Cowok idaman gue banget deh! Pokoknya lo harus kenalan sama dia. Tapi dia udah gue booking ya!"

"Jadi sekarang gue duduk sendiri?"

"Iya di belakang."

Entah mengapa aku merasa kesal dengan kenyataan bahwa aku duduk sendirian di barisan paling belakang. Lagipula, siapa Harry? Jika ia murid baru, mengapa ia duduk bersama teman sebangku ku? Mungkinkah Rebecca sudah bosan duduk bersamaku? Mungkinkah wali kelas kami -miss Judy- yang menyuruh mereka duduk berdua? Ataukah lelaki bernama Harry itu memang telah membuat Rebecca jatuh cinta sehingga Rebecca memilih untuk duduk bersamanya? Aku tidak tahu, tetapi aku sangat ingin mengetahuinya.

.

Author's note: My cover explains all. There's something wrong with the cover but yeah. Vote and leave a comment if you are interested. 5+ then I will post the very first chapter.

The NewComerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang