Aku melangkahkan kaki memasuki ruang kelas dengan tas gendong yang cukup berat beserta tas lain yang ku jinjing. Hari ini adalah pelajaran olahraga. Aku membawa sebotol air mineral yang mungkin beratnya hampir satu kilo dan tentu saja pakaian olahraga ku. Aku sejujurnya sangat malas. Bukan apa-apa, tapi karena bawaanku yang selalu berat ketika pelajaran olahraga.
Bel berdering tepat ketika aku menyimpan barang bawaanku di atas kursi. Seluruh murid menempati tempat duduk karena mengetahui pelajaran pertama adalah bahasa Inggris. Tetapi setelah sekitar sepuluh menit kami menunggu, miss Judy belum juga muncul. Jadi Calvin memutuskan untuk menanyakan kepada guru piket tentang keberadaan miss Judy.
"Guys, miss Judy hari ini nggak masuk jadi kita disuruh bikin dialog percakapan sama temen sebangku tentang bab baru, expressing anger."
Great!
Miss Judy tidak masuk dan memberi tugas untuk membuat dialog bersama teman sebangku. Ku ulangi lagi, bersama teman sebangku. Lalu aku harus berpasangan dengan siapa? Penunggu bangku kosong di sebelahku? Oh, Tuhan! Ini bukanlah permulaan yang bagus untuk sebuah hari.
"Sky, sendirian ya? Mau bareng nggak?" ajak Audrey.
"Emang boleh kalo gue gabung? Katanya sama temen sebangku. Nanti gue gabung salah lagi."
"Daripada sendirian, nanti masa mau monolog?"
"Iya sih. Yaudah deh gue gabung." Audrey pun segera berbicara kepada Harry dan membalikkan posisi duduknya agar bisa berhadapan denganku.
"Hey Sky." sapa Harry sambil mengubah posisinya.
"Hey." balasku dengan datar, lalu memalingkan wajah kepada Audrey "So, what's the case?"
"Ini aja ya, ceritanya ada yang nggak sengaja numpahin air terus nanti yang ketumpahan marah. Salah satu ada yang bikin situasi mereda. Gimana?"
"Boleh, bilang gih ke dia." aku menunjuk Harry dengan wajah yang menggerakan dagu ke arahnya.
"Ih, Sky bilangin atuh. Sky kan lebih bagus bahasa Inggrisnya."
Haruskah aku yang berbicara kepadanya? Demi Tuhan, kemampuan bahasa Inggris Audrey sangat bagus! Tetapi ia selalu mengalih-alihkan apa-apa yang bersangkutan dengan bahasa Inggris kepada aku atau Naya. Kau tahu yang lebih menyebalkan apa? Kasus untuk percakapan ini mengingatkanku kepada kejadian kemarin saat pergi ke pesta.
"Drey, bilangin lah. Lo tuh bahasa Inggrisnya bagus, tau. Buktinya Harry di tempatin di sebelah lo."
"Yaudah deh, aku yang bilang." respon Audrey pasrah. Sebuah sisi baik, Audrey terkadang mudah sekali menurut jika diberikan nasihat atau suruhan. Bukan berarti aku sering menyuruhnya. Aku hampir tidak pernah menyuruhnya, tetapi kali ini aku harus menyuruhnya.
Audrey berbicara kepada Harry tentang topik dialog kami. Aku bisa sumpah bahwa aku melihat Harry menyeringai dan itu cukup menyebalkan. Aku yakin ia masih ingat mengenai kejadian kemarin. Tetapi untungnya ia tak berbicara apa-apa.
"Okay, that will be our case." angguknya "Anyway, I volunteer to be the one who spill the water since I don't want to be mad at you girls."
"Hey, I just want to suggest a bit. I think water is too fine to be spilled. Maybe coffee will bring more problem." saranku.
"Good suggestion, coffee it is."
Setelah setuju dengan semua isi dialog, kami pun mulai menuliskannya. Dalam hal menulis, biasanya aku yang mendapat bagian meski tulisanku tidak begitu rapi. Membuat dialog adalah hal yang cukup ku sukai. Membuat dialog terasa natural karena untukku pribadi, aku akan membuat kalimat yang mungkin akan ku katakan dalam sehari-hari sehingga lebih mudah untuk menghapalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The NewComer
FanfictionSiapa yang kira seorang pendatang baru di sekolah dapat merubah kehidupan SMA ku? ©2014 by itshipstastyles dedicated to all Indonesian High Schoolers WARNING: It's an unedited version, still trying to work on several stuffs as plot, words, typos etc.