57

413 41 51
                                    

"PUAS KAU SEKARANG GONG-YOO? ANAK MU MENINGGAL DI BUNUH OLEH ISTRI YANG KAU SAYANG." Teriak Hae-Soo di hadapan Gong-Yoo sambil memperlihatkan sebuah foto yang ia dapat dari anak buahnya.

"Ji-eun meninggal, ditembak oleh istri yang selama ini kau bangga-banggakan. Apakah sekarang kau puas? Beban mu hilang satu." Pundak Hae-Soo menurun, ia benar-benar tak kuasa menahan tangisannya.

Hae-Soo mengenal Ji-eun sejak gadis itu lahir, pria itu juga sudah menganggap Ji-eun sebagai anak nya.

Saat di kirimkan sebuah foto dan video oleh anak buahnya, Hae-Soo benar-benar tak menyangka. Pria itu langsung menangis di ruangan nya dan segera bangkit lalu bertemu Gong-Yoo, ayah dari Ji-eun itu.

Bayangan saat Hae-Soo bermain dengan Ji-eun semasa kecil berputar di pikiran nya bak sebuah film. Hae-Soo mengeraskan rahangnya, namun mata nya masih mengeluarkan air mata.

Gong-Yoo yang melihat video dan foto dari handphone Hae-Soo tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia memang tak melihat secara langsung saat Joo-Ryung menembak anak nya, namun percayalah Gong-Yoo benar-benar kecewa pada wanita itu.

"Aku tak akan biarkan Joo-Ryung hidup aman setelah ini, jangan salah kan aku jika nanti dia datang ke rumah dengan sudah tak bernyawa." Ucap Hae-Soo lalu mengusap wajahnya kasar dan segera keluar dari ruangan Gong-Yoo.

Gong-Yoo lagi-lagi membuang barang-barang yang ada diatas meja nya dan menarik-narik rambut serta memukul kepalanya.

"Kau bodoh Gong-Yoo, apa yang kau tangisi? Anak mu sudah pergi, dia pergi." Ucap Gong-Yoo kepada dirinya sendiri.

"Tidak, aku tidak akan memaafkan mu Joo-Ryung."

"AKU AKAN MEMBUNUH MU JOO-RYUNG, BAGAIMANA PUN JUGA JI-EUN MASIH ANAK KU..." Teriak Gong-Yoo.

Gong-Yoo yang terduduk di atas lantai segera bangkit dengan lesu menuju pintu keluar ruangan nya.

Sesampainya di ambang pintu, Gong-Yoo memanggil Sean. Tidak butuh waktu lama, Sean datang ke hadapan Gong-Yoo yang sudah tampak kacau balau.

"Ada apa tuan memanggil saya?" Tanya Sean.

"Bawa aku ke tempat dimana Ji-eun di letakkan sekarang!" Ucap Gong-Yoo yang langsung di angguki Sean.

"Mari kita ke mobil tuan!" Ujar Sean

Gong-Yoo berjalan lebih dulu dengan tergesa-gesa. Ia tak mementingkan keadaannya yang sudah kacau balau, bahkan dua kancing baju atas nya terbuka.

Dengan kecepatan yang lumayan cepat, Gong-Yoo berjalan tergesa-gesa yang langsung diikuti Sean dan bodyguard-bodyguard lainnya.

Semua karyawan yang melihat Gong-Yoo tergesa-gesa langsung membungkukkan badan tanda hormat pada CEO mereka. Semua karyawan sudah tau bahwa anak bungsu bos mereka telah meninggal.

Sesampainya di depan mobil, Sean membukakan pintu dan Gong-Yoo langsung masuk kedalam mobil itu.

Mobil melaju kesebuah rumah yang sudah tak asing lagi bagi kita. Didalam mobil, Gong-Yoo hanya bisa menatap keluar jendela sambil sesekali mengusap wajahnya.

"Tuan, kau pasti kuat. Kami turut berduka cita." Ucap Sean yang ada disampingnya ikut bersedih.

Gong-Yoo tak menghiraukan ucapan laki-laki itu, ia sibuk melamun sambil sesekali bergumam, "Mian Ji-eun, appa gagal menjadi ayah."

"Kau pasti bercanda kan? Appa tidak suka, appa akan menyayangi mu. Bangun nak! appa akan kesana!" Gumam Gong-Yoo membuat Sean dan dua bodyguard lainnya yang duduk di bangku depan ikut merasakan kesedihan.

EIGHT | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang