"Monalisa di Louvre. Antrean panjang karena semua orang pengin foto bareng Monalisa. Including me. Is it worth? For me, it's a yes. Because when I look into her eyes, I feel like this is where I should be. Not in the Louvre, literally, but surrounding myself with good arts makes me know my place in this world.
#artspace #monalisa #louvre #painting
Like by calebraka and 8954 others
View 904 comments
@calebraka You should visit it at night
@calistarani You should ask her to visit it at night @calebraka
**
Aku membuang kapas yang berubah warna jadi merah karena dipakai untuk membersihkan luka Caleb. Luka itu harus diobati, tapi Caleb menolak. Dia bahkan menyuruhku pulang.
"Seriously?"
Caleb mengangguk. "You should go, ini sudah malam. Terima kasih sudah menolongku."
Mungkin, maksud dari ucapan Caleb adalah mengusirku agar bisa tinggal sendiri. Dia memang suka menyendiri–aku sudah hafal dengan kebiasaannya mengurung diri di studio. Jika aku berada di posisinya sekarang, aku juga memilih untuk menyendiri.
This is too much for me to handle. Bukan berarti aku harus memikirkannya. Enggak ada alasan kenapa aku harus ikut memikirkan kisah percintaan Caleb yang rumit. Aku cuma orang asing yang enggak sengaja ada di saat yang kurang tepat, sehingga menyaksikan kejadian barusan.
Ada yang menggelitik hatiku, membuatku ingin mengorek penjelasan lebih lanjut.
Dalam hati, aku mengutuk diriku sendiri. Brian memanggilku Meddling Azka, karena menurutnya aku terlalu berisik dan suka ikut campur, bahkan untuk hal yang enggak ada hubungannya denganku.
Sore ini, aku menjadi Meddling Azka, karena pengin tahu soal Lydia dan laki-laki kayak preman barusan.
"Azka."
Panggilan Caleb mengagetkanku. This is his final warning.
Jadi, aku membereskan isi pouch dan menyimpannya kembali ke dalam tas. Tanpa sadar, aku menangkap ekspresi wajah Caleb.
"What?" tanyaku.
"Your pouch."
Aku mengangkat pouch itu ke hadapannya, memutarnya untuk mencari tahu kenapa dia memasang ekspresi terganggu saat melihat pouch itu.
"Kenapa emangnya?"
"Too bright."
Aku mendengkus, sengaja mendekatkan pouch itu ke wajahnya, membuat Caleb memundurkan tubuhnya hingga terjajar ke dinding.
"Aku baru tahu kamu anti-pink. Hmmm ... kayaknya kamu anti semua warna, kecuali hitam dan teman-temannya."
Caleb tertawa kecil, tidak menggubris sindiranku.
"By the way, apa pun hal traumatis yang bikin kamu enggak mau berurusan dengan warna, harus segera dicari penyelesaiannya. Orang-orang yang datang ke sini sudah muak dengan lukisanmu yang gelap. Bahkan ada wartawan yang bertanya, kapan kamu kembali kayak dulu? Lukisanmu indah, perpaduan warnanya kadang suka ajaib tapi selalu menyatu, itu kelebihanmu. Sekarang?" Aku mendecakkan lidah. "Stop being Dark Caleb, will you?"
Raut wajah Caleb berubah datar. Dia menatap lurus ke hadapannya, dengan tatapan nanar yang membuatku langsung menyesali ucapanku barusan.
Meddling Azka sudah kelewat batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Paint
RomansaHe speaks with color! Caleb Raka, pelukis yang mengungkapkan isi hati lewat warna. Dia pernah jatuh cinta, tapi terpaksa merelakan perempuan yang dicintainya memilih orang lain. Azalea Karina. They said she lives with golden spoon in her mouth. Namu...