When love turns you into a stupid clown.
#randomthought
liked by calebraka and 5928 others
view 982 comments
calebraka: who is the stupid clown?
miyayami: hmm ... balikan nih sama @kevinoliver kayaknya.
**
Stupid Azka is the worst.
Ralat. Fall in love Azka jauh lebih bodoh dari semua manusia bodoh di dunia ini. Well, enggak sebodoh Caleb, sih, tapi tetap saja. Kalau dibandingkan, mungkin punya nilai seri.
Caleb si Bodoh yang masih mencintai mantannya, padahal si mantan jelas-jelas udah menikah. And she's pregnant for God sake.
It's as simple as one plus one. Kalau yang dikandungnya bukan anak Caleb, untuk apa dia memberitahu Caleb? Seharusnya dia memberitahu Galih yang notabene suaminya.
Terus, ada Azka di sini, yang juga ikut-ikutan jadi manusia bodoh karena bisa-bisanya jatuh cinta sama orang yang belum lepas dari masa lalu. Pantesan saja Caleb sulit untuk melepaskan Lydia, mau-mau aja digangguin Lydia, karena dia masih mencintai Lydia.
"Argh..." Aku menjambak rambutku sendiri, berusaha mengembalikan kewarasanku.
"Kenapa lo?"
Aku melirik dari rambutku yang kusut dan mendapati Tania menatapku dengan kening berkerut. Aku enggak tahu sudah berapa lama dia memperhatikanku.
"Enggak apa-apa," sahutku, berusaha merapikan rambut.
"Udah kelar?"
Kini giliranku yang menatap Tania dengan kening berkerut.
"Media screening. Kan lo lagi ngumpulin artikel soal Saujana buat report kita."
Sontak aku menepuk jidat. Bukankah sejak tadi aku harusnya mengumpulkan berita tentang Saujana? Nyataya aku malah bengong kayak orang bego.
Tania memutar bola mata. "What's wrong with you?"
Aku menggeleng, saking kencangnya membuat Tania menatapku ngeri.
"By the way, lo terakhir bulan ini ya?"
Perlahan, aku mengangguk sementara Tania mengerang.
"Gue kebantu banget karena lo di sini. Sampai sekarang belum sempat mencari pengganti. Kalau lo enggak ada, siapa yang bantuin gue? Mana Caleb berulah lagi," rutuk Tania.
"Eh? Berulah gimana?"
Setelah pembukaan Saujana, aku jarang bertemu dengannya. Aku bahkan enggak tahu dia ada di studio atau tidak. Aku sempat melihatnya sekali, ketika menemani rombongan dari Kedutaan Prancis yang mengunjungi pameran, tapi aku enggak sempat berinteraksi apa-apa karena kunjungan itu menyita waktu.
"Sudah seminggu ini gue enggak bisa menghubungi dia, padahal ada banyak tawaran wawancara dan kerjasama." Tania menengadah sambil mengembuskan napas panjang. "Gue suka kerja di sini, tapi kalau Caleb udah berulah kayak gini cuma bikin gue senewen."
Kunjungan orang kedutaan itu terjadi minggu lalu, berarti sejak saat itu Caleb enggak bisa dihubungi? Selama seminggu ini aku enggak memiliki pekerjaan yang mengharuskanku berhubungan dengannya. Aku juga enggak mau menghubunginya, jadi aku enggak tahu kalau dia sedang menghilang.
Pasti ada hubungannya sama Lydia. Sejumput emosi kembali menguasai hatiku, dan tidak tahu ke mana harus melampiaskannya.
Perasaanku kepada Caleb belum terlalu dalam, seharusnya aku langsung membungkamnya. Aku cuma perlu mengingat-ingat Lydia dan itu sudah cukup jadi alasan besar kenapa perasan itu enggak boleh berkembang.
Selain itu, aku akan berangkat ke London. Jauh dari Caleb. Perasaan yang baru muncul itu pasti bisa hilang dengan mudah setelah aku tenggelam dalam kesibukan di London.
"Gue tunggu ya laporannya. Gue mau nyebat dulu, stres gue." Tania meninggalkanku sendiri di ruangan itu.
Alih-alih melanjutkan pekerjaan, aku malah meneliti ruangan itu. Hampir enam bulan yang lalu, aku menginjakkan kaki di sini. Ruangan ini masih berantakan ketika Caleb mewawancarai. Setelah itu, aku mengalami banyak hal menyenangkan di ruangan ini.
Juga di galeri ini. Harus kuakui kalau aku sudah terikat sepenuhnya dengan ARTE. Bukan karena perasaanku kepada Caleb, tapi karena ARTE sudah menjadi tempatku bertumbuh selama enam bulan ini. Meski pekerjaanku yang serabutan dan kadang enggak kenal waktu, aku enggak pernah mengeluh.
I love my job. Untuk kali pertama, aku menemukan hal yang benar-benar kusukai.
Mengingat sebentar lagi akan meninggalkan tempat ini menimbulkan kesedihan, juga rasa kosong di hatiku.
Aku beranjak dari meja dan menuju lantai satu, tempat ruang pameran. Syukurlah sore ini kosong, sehingga aku bisa menikmati momen ini sendirian. Aku enggak bermaksud mau melankolis seperti ini, lagipula masih ada waktu sebelum aku menyudahi masa internship. Tapi aku tidak mencegah diriku untuk meresapi setiap sisi ARTE.
Beberapa hari ke depan pasti akan terasa berat, karena aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada ARTE.
Dan kepada Caleb.
Aku menghela napas panjang, meski merasakan dadaku sesak, aku meyakinkan bahwa ini yang terbaik.
Setidaknya, terbaik untukku.
Aku berbalik ketika mendengar lonceng di atas pintu berbunyi, menandakan ada yang datang. Tubuhku langsung menegang saat bersitatap dengan orang yang paling kubenci.
Lydia. What the hell is she doing here?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Paint
RomanceHe speaks with color! Caleb Raka, pelukis yang mengungkapkan isi hati lewat warna. Dia pernah jatuh cinta, tapi terpaksa merelakan perempuan yang dicintainya memilih orang lain. Azalea Karina. They said she lives with golden spoon in her mouth. Namu...