Days full of memories, something to remember me by.
#lastdayatwork #byeJakarta #solongAzka
liked by calistarani and 9287 others
view 2870 comments
calistarani: see you in London
**
ARTE terasa sangat hening dan sepi. Seharusnya aku sudah pulang sejak tadi, tapi aku sengaja mengulur waktu. Hampir tengah malam dan aku masih berada di sini, di hari terakhirku.
Setelah ini, aku harus menyiapkan kepindahan ke London sehingga tidak punya waktu untuk mampir ke galeri ini.
Ada banyak memori yang kusimpan di sini, salah satunya memori jatuh cinta.
Aku tertawa kecil, berusaha untuk tidak mengasihani diriku sendiri. Aku jatuh cinta, tapi di saat yang sama harus menghalau perasaan itu. Memastikan agar perasaan itu tidak berkembang, karena tahu akhirnya seperti apa.
Tidak seharusnya aku jatuh cinta, apalagi kepada Caleb. Untuk apa jatuh cinta kepada seseorang yang masih terikat dengan masa lalu? Sama saja dengan menawarkan diriku untuk patah hati.
Baru saja dimulai, aku sudah tahu akan patah hati. Jadi lebih baik segera mengusir perasaan itu jauh-jauh sebelum cinta itu mengakar, dan akan membuatku lebih sakit lagi.
Aku menghela napas panjang. Galeri ini sepi, aku bahkan bisa mendengar desahan napasku dengan jelas. Tidak ada siapa-siapa di sini ketika aku mengamati lukisan Caleb. Aku bahkan tidak tahu sudah berapa lama berada di depan lukisan ini. Keheningan di galeri ini membuatku kehilangan orientasi waktu.
Di hadapanku ada lukisan sepasang tangan yang berusaha untuk saling menjangkau dari sisi berbeda. Dasar lukisan itu berwarna gelap, dan sepasang tangan itu dipenuhi ragam warna yang tumpang tindih. Caleb memberi lukisan itu nama 'Beautiful World, Where Are You?' Caleb pernah bercerita lukisan itu terinspirasi dari puisi Friedrich Schiller.
Waktu itu, aku menduga dia penggemar buku terbarunya Sally Rooney, sehingga mengadopsi judul buku tersebut.
"Let's say we are both influenced by Schiller. I saw that book on your desk," ujarnya.
Waktu itu aku tengah menunggu Brian menjemput dan Caleb menemaniku. Seperti biasa, dia bercerita banyak tentang lukisannya.
"What's in your mind when you think about a beautiful world?" tanyaku.
Caleb tampak berpikir. "Maybe this moment. Right here."
Tatapannya yang memaku membuatku segera mengalihkan pandangan sebelum dia melihat semu merah di wajahku. Mungkin saat itu aku sudah jatuh cinta kepadanya tapi tidak menyadari perasaan itu.
Malam ini, aku hanya bisa mengenang fragmen demi fragmen yang terjadi di sini.
Aku beralih ke lukisan lain. Dasar lukisan itu masih berwarna gelap, dengan titik-titik putih yang menandakan cahaya tersebar di lukisan tersebut.
The Light at the End of the Road. Judul lukisan itu.
"I was lonely and hopeless. I felt so lost. Then one night in Galway, I took a stroll from my guesthouse with nowhere to go. There's so dark outside but suddenly I saw the light from the lamp post. Just a lamp post, Azka. But I think I found my light," jelasnya.
Lewat ceritanya, Caleb membawaku ke jalanan gelap dan kosong di Galway, sekalipun aku belum pernah mengunjungi kota pelabuhan di Irlandia itu. Sejak saat itu, aku memasukkan Galway ke dalam destinasi impian, karena ingin melihat cahaya seperti yang dilihat Caleb malam itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Paint
RomanceHe speaks with color! Caleb Raka, pelukis yang mengungkapkan isi hati lewat warna. Dia pernah jatuh cinta, tapi terpaksa merelakan perempuan yang dicintainya memilih orang lain. Azalea Karina. They said she lives with golden spoon in her mouth. Namu...