Love Paint

37. Caleb

I hate it when I see her cry

**

"Kamu enggak ngejar Lydia?"

Aku tidak menjawab pertanyaan itu, dan aku tahu Azka juga tidak membutuhkan jawaban.

Dia mendengarkan penuturan Lydia. Dari perubahan raut wajahnya, cukup memberitahuku bahwa dia salah paham.

Azka menduga pengakuan Lydia ada hubungannya denganku.

Aku sudah membuka mulut untuk memberi penjelasan, tapi Azka menggeliat dan mencoba melepaskan diri.

"Aku turun dulu, di bawah masih banyak kerjaan."

"Ka," panggilku. Aku mencoba menahannya, tapi Azka menghindar.

"Aku enggak dengar apa-apa. Anggap aja aku enggak dengar apa-apa. Lagian, apa pun yang Mas Caleb omongin sama Lydia, itu bukan urusanku. Aku enggak akan ikut campur, jadi Mas Caleb enggak perlu khawatir." Azka berkata cepat, jauh lebih cepat dibanding biasa sehingga aku tidak menangkap keseluruhan ucapannya.

Suaranya terdengar bergetar dan Azka tidak mau membalas tatapanku. Apa pun yang ada di pikirannya saat ini, dia salah paham. Kesalahpahaman ini membuatku tidak nyaman, dan aku ingin menyelesaikannya sebelum berlarut-larut.

Aku sudah membuka mulut, tapi Azka mendahuluiku.

"Masalahku udah cukup banyak, jadi Mas Caleb enggak perlu takut aku bakalan ember dan bilang ke orang lain. Enggak ada juga hubungannya denganku. Lagian sebentar lagi magangku kelar dan aku bakal ke London, jadi rahasia Mas Caleb aman." Azka terus mencerocos.

"Ka, dengerin dulu."

"It's okay. Bukan urusanku juga," potongnya.

Azka melepaskan dirinya dari peganganku. Sambil berlari, dia menuruni tangga. Aku mengejarnya, karena tidak ingin terjebak lebih lama dalam perasaan tidak nyaman ini.

Namun, sesampainya di lantai satu, Azka sudah berbaur dengan pengunjung, dan Anggara menahanku sehingga aku kehilangan kesempatan untuk meluruskan kesalahpahaman itu.