32. Hari yang Buruk

0 0 0
                                    

Setelah kejadian tadi pagi semuanya kembali membaik. malam ini semuanya berkumpul di luar tanda mengelilingi tumpukan kayu yang membentuk gunung.

Amaranth duduk bersebelahan dengan Theo, karena semenjak kejadian pagi tadi Amaranth terus bersama Theo karena permintaan dari Pak Toyan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kejadian tadi pagi.

"PERHATIAN ANAK-ANAK SEBENTAR LAGI KITA AKAN MEMULAI ACARA API UNGGUN JADI UNTUK ANAK-ANAK YANG MASIH DIDALAM TENDA UNTUK SEGERA BERGABUNG DENGAN TEMAN-TEMANNYA MEMBENTUK LINGKARAN." Ucap pak Toyan menggunakan pengeras suara yang berada di tengah lingkaran.

Mendengar pengumuman itu banyak siswi yang keluar tenda dengan terburu-buru ada yang membawa sepatunya dan ada juga yang membawa kaca dan juga bedak.

Setelah semuanya sudah berkumpul seorang siswa maju ke depan dengan membawa obor dengan api yang sudah menyala.

"AYO ANAK-ANAK SEMUANYA KITA MENGHITUNG BERSAMA DARI SATU SAMPAI TIGA" Ucap Pak Toyan mengajak seluruh siswa untuk menghitung bersama.

SATU...

DUA...

Para siswa menghitung dengan antusis tidak sabar ingin melihat api unggun.

"DALAM HITUNGAN KETIGA API UNGGUN AKAN DINYALAKAN"

TIGA..

Dalam hitungan ketiga api merambah kededaunan dan ranting yang sudah dibentuk menggunung menjulang tinggi.

Membuat semua siswa terpukau dan bertepuk tangan dengan meriah.

"HUUU" terdengar teriakan dari siswa dan siswi yang melihat api unggun yang begitu indah, termasuk Amaranth yang sedari tadi memandangi api unggun dengan tatapan terpukaunya.

Cekrek

Theo memfoto Amaranth dengan diam-diam, Theo tersenyum tipis saat melihat hasil fotonya.

"Cantik" ucap Theo dengan suara pelan.

Tapi ada sesuatu yang mengganjal di foto itu, dan benar saja saat Theo kembali melihat foto itu terlihat wajah Amaranth yang terlihat pucat.

"Apaan si lo" Amaranth menepis tangan Theo yang menyentuh keningnya.

"Badan lo panas" ucap Theo yang menempelkan telapak tangannya kekening Amaranth dan dirinya untuk membedakan suhu badan.

"Ya panas lah orang deket api unggun" Amaranth kembali menepis tangan Theo.

"Suhu tubuh gw normal, suhu tubuh lo lebih panas"

"Lo yang ga normal" ketus Amaranth.

"Ikut gw" Theo menarik tangan Amaranth dengan tiba-tiba.

"Ga mau" ucap Amaranth menghentakan tangannya hingga terlepas dari genggaman Theo.

"Lo sakit Amaranth" ucap Theo yang berusaha ingin menggapai tangan Amaranth namun sebelum itu Amaranth lebih dulu kembali duduk.

"Keras kepala" ucap Theo yang melihat Amaranth tidak mau menurutinya.

Melihat Amaranth yang tidak mau menurut Theo memilih pergi.

Amaranth yang melihat kepergian Theo hanya bersikap acuh walaupun tidak bisa dibohongi Amaranth mulai merasakan pusing di kepalanya.

Terlihat diseberang Amaranth, Arya selalu memperhatikannya entah apa yang dipikirkan laki-laki itu.

Tidak berselang lama, Theo datang dengan selimut yang cukup tebal dan memberikan pada Amaranth, yang sedang memperhatikan seorang siswa yang sedang bermain gitar dan teman-temannya yang ikut bernyanyi.

Amaranth (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang