44. Pertemuan

0 0 0
                                    

"jadi selama ini Lo nuduh gw yang teror kalian?" Tanya Fatih menatap sinis ke arah Theo.

"Hemm"

"Gila Lo ya, eh bentar jadi selama ini Amaranth masih di teror?"

"Masih?" Tanya Theo dengan raut muka yang bingung dengan pertanyaan Fatih.

"Iya, sebelum pindah ke rumah Om Dirga Amaranth pernah dapat teror dari seseorang, tapi untung aja waktu itu ada gw."

Terlihat jelas dari ekspresi Theo bahwa dia sangat kaget mendengar cerita dari Fatih, karena setahunya Amaranth mendapatkan teror saat sudah pindah ke rumah Dirga.

"Bahkan ada pembunuhan di tempat Amaranth ngekos waktu itu, dan kasusnya ga main-main, banyak teka-teki yang belum dipecahkan dan yang lebih parahnya polisi salah tangkap pelaku."

"Jadi maksud Lo pelakunya belum di tangkap?"

"Iya" ucap Fatih menganggukkan kepalanya.

"Kejadian pembunuhan itu terjadi di malam Amaranth ninggalin kosannya, dan untung aja Batsya liat orang asing masuk ke kosan Amaranth dan langsung bawa Amaranth pergi dari kosan itu" lanjut Fatih.

"Batsya?" Tanya Theo mengangkat satu alisnya.

"Hemm, Lo ga ada etika banget nanya-nanya mulu tapi ga nyediain minum buat gw"

Theo memutar bola matanya malas mendengar ocehan Fatih, semenjak keduanya berbaikan sikap Fatih menjadi tidak tahu diri.

"Tunggu bentar gw ambilin"

"Sekalian cemilan, gw lapar"

Tanpa menghiraukan perkataan Fatih, Theo langsung pergi ke dapurnya.

Sementara itu di luar hujan turun dengan sangat deras membasahi jalan dan seisi bumi, tetapi tidak membuat seorang Baran berhenti mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Tidak lama setelah itu Baran memasuki sebuah pekarangan rumah megah, setalah memarkirkan motornya tanpa berpikir panjang Baran langsung berlari menuju pintu utama dan mengetuknya.

Terlihat sosok Maya yang membukakan pintu, Maya sempat terkejut melihat Baran basah kuyup berada di depan rumahnya, namun sebelum bertanya Baran lebih dulu menanyakan keberadaan Amaranth.

"Amaranth mana tante?"

"Ara ada di dalam, kamu kenapa basah kuyup gini, ayo masuk dulu nanti kamu sakit" ucap Maya membiarkan Baran masuk kerumahnya.

Saat Baran melangkah masuk sosok yang dia cari sedang melihat kearahnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, namun sedetik kemudian Amaranth menundukkan pandangannya.

Tanpa aba-aba Baran dengan cepat berjalan ke arah Amaranth, yang membuat semua orang di buat kaget sekaligus kebingungan.

"Ra?" Panggil Baran dengan suara serak menahan tangis.

Amaranth yang mendengar panggilan dari Baran hanya menunduk tidak berani menatapnya.

"Ra ini abang" ucap Baran yang berhasil membuat Amaranth melihat kearahnya.

Tatapan keduanya bertemu dan detik itu juga Baran langsung menarik tangan Amaranth dan memeluknya, punggung Baran bergetar hebat yang menandakan Baran menangis di pelukan Amaranth.

Amaranth tidak bisa berkata-kata, hanya air mata yang begitu saja jatuh membasahi pipinya, tidak tinggal diam Amaranth ikut membalas pelukan Baran.

"Ra maafin Abang" ucap Baran di sela tangisannya.

Amaranth hanya menganggukkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya, seolah melepas rasa rindu dan juga rasa sakit yang selama ini dia rasakan.

"Bang Ara kangen"

Amaranth (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang