Malam ini malam pertama mereka berada di puncak, suasana yang sepi dan damai meberikan ketenangan tersendiri bagi mereka semua. Malam ini mereka mendirikan tenda dihalaman villa dengan marshmallow yang siap di panggang.
"Ra disini" Batsya yang melihat Amaranth membawa satu kantong plastik besar berisi cemilan. menepuk-nepuk tempat yang kosong di sampingnya.
Amaranth memdudukan bokongnya disampaing Batsya dan mengeluarkan semua cemilan yang dia bawa tadi.
"Banyak banget Ra" ucap Baran yang bergabung dengan kedua adiknya yang sibuk mengeluarkan cemilan.
"Mama yang nyuruh"
Kini semuanya sudah siap Dirga dan Dina pun sudah ikut bergabung dengan mereka, Barang dan Batsya yang bertugas memanggang marshmallow sedangkan Amaranth dia hanya duduk diam menunggu marshmallownya matang.
Sementara Dina dia sibuk menyiapkan teh hangat untuk mereka, udara yang dingin sangat cocok dengan teh hangat.
"Ra munduran dikit, tu muka ntar kebakar" ucap Batsya yang melihat Amaranth terlalu dekat dengan pemanggangan.
Mendengar itu sontak Amaranth menjauhkan wajahnya dari pemanggangan pasalnya Amaranth merasakan dingin yang luar biasa, dia tidak biasa dengan udara yang terlalu dingin.
"Sini Ra duduk deket papa"
Amaranth langsung menghampiri Dirga dan duduk disampingnya. saat Amaranth sudah duduk di sampingnya Dirga langsung menyelimuti Amaranth dengan kain yang dia pakai sedari tadi.
"Kamu kedinganin ya?" Tanya Dirga
Sejenak Amaranth memperhatikan wajah Dirga yang penuh ketenangan membuat Amaranth merasakan perhatian seorang ayah membuat matanya berkaca-kaca, inilah yang dia inginkan kasih sayang seorang ayah, selama ini dia tidak bisa mendapatkan itu.
"Loh Ra kamu kenapa?, Kamu sakit?" Panik Dirga saat melihat Amaranth yang ingin menangis.
Mendengar itu Batsya, Baran dan Dina sontak melihat kearah Amaranth dan Dirga.
"Amaranth kamu kenapa sayang?" Kini Dina yang bertanya.
Bukannya menjawab pertanyaan Dina Amaranth malah memanggil Dirga.
"Pa" panggil Amaranth
"Iya sayang kenapa?"
"Papa" kini Amaranth tidak bisa lagi menahan tangisnya
Melihat itu semua orang dibuat panik, Dina yang langsung menghampiri Amaranth yang menangis sesegukan.
"Kamu kanapa sayang, kalu ada masalah cerita sama mama" Dina mengusap-usap punggung Amaranth.
"Pa" panggil Amaranth diselah-selah tangisannya.
"Iya kenapa?, Ini papa sayang" kini Dirga mengusap-usap kepala Amaranth.
"A-aku boleh peluk papa?" Amaranth melihat Dirga dengan air mata yang mengenang dipelupuk matanya.
"Ya boleh dong sayang" Dirga langsung membawa Amaranth kepelukannya.
Merasakan kehangatan di pelukan Dirga membuat Amaranth nyaman merasa aman terlindungi, dekapan seorang ayah yang dulu dia ingi kan kini sudah dia dapatkan.
Sekarang Dina mengerti kenapa Amaranth menangis, Dina sedikit tahu tentang masalalu Amaranth dari pamannya, yang hanya sebentar merasakan kasih sayang seorang ayah dan juga ibunya, tumbuh tanpa adanya kedua orang tua cukup sulit bagi Amaranth.
"Kok jadi melow gini si" ucap Batsya yang terharu melihat Dirga dan Amaranth yang berpelukan.
"Cengeng" Baran menggapit leher Batsya dengan satu tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranth (ON GOING)
Historia CortaTerlalu panjang untuk diceritakan dan terlalu rumit untuk dijelaskan. Begitulah kehidupan Amaranth setelah masuk dikeluarga barunya Jangan terlalu percaya pada siapapun terkadang orang yang paling kita percaya bisa menjadi sumber kekecewaan bagi kit...