"jangan lupa bawa sarapan kamu Ra, susunya diminum, periksa lagi tas kamu jangan sampai ada yang ketinggalan"
"Iya ma, semuanya udah masuk di tas aku, jadi ga ada lagi yang ketinggalan"
"Yaudah kalau gitu kamu habisin susu terus berangkat, abang kamu udah nungguin kamu dari tadi"
"Ooh iya satu lagi jangan lupa izinin Batsya hari ini ga masuk karna sakit"
"Iya mama, aku berangkat dulu. Assalammualaikum"
"Waalaikumussalam, hati-hati dijalan"
"Iya ma"
Begitulah percakapan Amaranth dan Dina di pagi hari. Hari ini Amaranth hanya sekolah sendirian sementara Batsya dia tidak sekolah karna sakit. Sejak pagi tadi Amaranth merasa pusing dan badanya terasa lemas dan mual.
"Bang?"
"Hemm"
"Emmm, aku mau tanya tapi abang janji jangan marah ya"
"Iya abang ga akan marah"
"Janji?" Amaranth menunjukan jari kelingking pada Baran.
"Janji" Baran mengaitkan jari kelingkingnya pada Amaranth.
"Kalau seandainya kalau bukan Theo pelakunya dan ada buktinya, abang bakal ngapain?, Ini seandainya"
"Kamu nanya ini lagi?"
Amarantah mengangukan kepalanya takut-takut akan kemarahan Baran.
Baran mengambil nafas dalam-dalam dan memberhentikan mobilnya didepan gerbang sekolah Amaranth.
"Walaupun seandainya bukan Theo pelakunya, dengan bukan Theo pelakunya ga akan ngerbuah semuanya, semuanya sudah terjadi."
Amaranth terdiam mendengar jawaban dari Baran.
"Dan sekarang abang mau tanya sama kamu"
"Apa?"
"Kamu udah 2 kali nanya pertanyaan yang sama, abang penasaran apa kamu tau sesuatu atau ada yang kamu sembunyiin dari abang?"
"Emm itu aku_"
"Ga usah di fikirin, kamu masuk gij bentar lagi bel bunyi"
"Ah iya, aku masuk dulu bang" pamit Amaranth.
"Abang tau ada yang kamu sembunyikan" ucap Baran melihat punggung Amaranth yamg sudah menjauh.
Baran melajukan mobilnya saat Amaranth tidak terlihat lagi.
Dikoridor terlihat sudah banyak siswa siswi yang datang tapi tidak terlihat batang hidung Daiyan dan Fatih.
"Baru datang lo" seseorang merangkul Amaranth.
"Eh" kaget Amaranth.
"Lepasin Theo" Amaranth berusahah melepaskan tangan Theo yang merangkulnya. Ya orang itu adalah Theo.
"Gimana tidur lo nyenyak?"
"Dih kemasukan apa lo, ga salah denger gw?"
"Nggak lah" Theo mengacak-acak rambut Amaranth.
"Theo!" Teriak Amaranth.
"Lepasin tangan lo" Amaranth masih berusahah melepaskan tangan Theo yang metangkul dirinya.
"Diem" ucap Theo yang semakin mengeratkan rangkulannya.
BUKH
Theo tersungkur akibat tendangan seseorang dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranth (ON GOING)
Short StoryTerlalu panjang untuk diceritakan dan terlalu rumit untuk dijelaskan. Begitulah kehidupan Amaranth setelah masuk dikeluarga barunya Jangan terlalu percaya pada siapapun terkadang orang yang paling kita percaya bisa menjadi sumber kekecewaan bagi kit...