35. Membaik

2 0 0
                                    

Amaranth duduk melamun di balkon kamarnya melihat langit yang gelap bahkan tidak ada bintang yang terlihat.

Ya Amaranth saat ini sedang berada di kamarnya karena setelah kejadian tadi siang Amaranth dilarang pergi oleh Dirga dan Amaranth tidak bisa melawan dan berakhir lah Amaranth di kamarnya.

Kesekian kalinya Amaranth menghela nafas panjang, mengelus-elus goresan luka di lengannya.

Tok Tok Tok

Ketokan pintu dari luar membuyarkan lamunannya. Amaranth berjalan kearah pintu kamarnya yang terkunci dan langsung membuka pintu kamarnya.

"Ra kita makan malam dibawah disuruh papa" ajak Baran.

Sejujurnya Amaranth sangat malas jika harus turun dan keluar dari kamarnya tapi apa boleh buat jika Dirga yang memintanya dia tidak berani menolak.

"Hemm iya"

Keduanya pergi menuju meja makan dan saat berada di anak tangga terlihat Batsya yang juga akan turun, melihat situasi yang tidak baik Baran memberikan isyarat pada Batsya agar memperlambat langkahnya dan di angguki Batsya.

"Sini sayang duduk" ucap Dina saat melihat Amaranth.

Amaranth hanya tersenyum tipis melihat ke arah Dina, dan duduk dihadapan Dina.

Tidak berselang lama Batsya juga sampai dimeja makan dan ikut duduk di samping Dina.

Saat semua sudah berkumpul Dirga mengajak keluarganya untuk berdoa sebelum menyantap makan malam mereka.

"Selamat makan" ucap Dina memecah keheningan di meja makan.

Malam ini adalah makan malam pertama Amaranth setelah kejadian yang membuat semuanya menjadi canggung, bahkan untuk menelan nasi saja sulit untuk Amaranth.

Amaranth yang sedari tadi fokus dengan makanannya tidak lepas dari pandangan keluarganya terutama Batsya.

"Sayang kamu kok makannya dikit banget, masakan mama ga enak ya?" Ucap Dina dengan tatapan murungnya.

"Nggak kok ma, masakan mama enak banget" Amaranth menyuapkan makanannya hingga membuat mulutnya penuh dengan nasi. tanpa Amaranth bisa hindari ari mata yang sedari tadi dia tahan kini lolos begitu saja.

"Sayang kamu kenapa nangis?" Ucap Dina ingin menghampiri Amaranth namun tangan Amaranth yang memberikan isyarat untuk berhenti seketika menghentikan langkah Dina.

"Gapapa ma, kita lanjutin makan aja" Amaranth segera menghapus air matanya. Namun bukannya berhenti air mata Amaranth turun semakin deras.

"Ra kamu gapapa?" Baran mengelus punggung Amaranth yang bergetar.

Tangisan Amaranth terlihat sangat menyakitkan, menangis tanpa suara dengan mulut yang dipenuhi makanan semakin membuat orang yang melihatnya menjadi tersayat-sayat.

Amaranth meletakkan sendoknya dan mengambil air minum berusahah membuat dirinya menjadi sedikit lebih tenang.

"Sayang, kamu kenapa?" Dirga memegang tangan Amaranth yang sedari tadi gemetar.

Amaranth hanya tersenyum melihat Dirga yang memegang tangannya seakan memberikan kekuatan layaknya seperti seorang ayah yang diharapkannya.

"Pa?" Panggil Amaranth pada Dirga yang sedang menatap dirinya dengan tatapan hangatnya.

Amaranth menarik nafasnya sedalam-dalamnya sebelum melanjutkan uacapanya.

"Boleh aku peluk papa sebagai Amaranth?" Tanya Amaranth dengan suara pelan dan tatapan memohonnya.

Amaranth (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang