43. Sebuah Alasan

0 0 0
                                    

Satu Minggu telah berlalu sejak Amaranth tinggal bersama Dito, semakin harinya semakin membaik tidak ada lagi teror teror yang menggangu Amaranth kehidupannya perlahan berjalan normal.

Hari ini adalah hari pertama ujian akhir semester Amaranth, tidak banyak yang Amaranth bawa hanya satu buku tulis dan juga pulpen karena semalaman Amaranth sudah mempelajari materi untuk ujian.

"Gw udah di depan gerbang rumah lo"

Melihat pesan itu Amaranth langsung bergegas keluar dari kamarnya.

"Ma, pah, bang aku berangkat sekolah dulu" Amaranth menyalami tangan Maya, Dito dan juga Bintang.

"Sama siapa?" Tanya Bintang sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

"Kak Fatih"

"Ooh, Ryan langsung ke sekolah atau pulang dulu Ra?" Tanya Bintang sambil menyuapkan nasi goreng kemulutnya

"katanya langsung ke sekolah"

Mendengar itu Bintang hanya menganggukkan kepalanya, karena sedari kemaren Ryan menginap di rumah temannya.

"Bekalnya jangan lupa di makan Ra, semuanya udah mama siapin" ucap Maya mengisikan bekal ke dalam tas Amaranth.

"Iya Ma, yaudah aku berangkat dulu, Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Setelah kepergian Amaranth Maya, Dito dan juga Bintang langsung melanjutkan sarapan mereka.

"buruan naik ntar kita telat" ucap Fatih bergerak menurunkan pinjakan motornya.

Tidak lama setelah itu Fatih langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Seperti biasanya pagi ini jalanan tidak terlalu macet dengan pengendara lainnya.

Disepanjang jalan keduanya asik mengobrol, tak jarang Amaranth tertawa mendengar celotehan Fatih yang menurutnya lucu.

"Ra.."

"Hemm?"

"Gw mau ngomong serius sama Lo"

Mendengar perkataan Fatih, Seketika itu Amaranth terdiam, tiba-tiba saja suasana menjadi serius.

"Mau ngomong apa?"

"Kita udah sampai" ucap Fatih dengan rasa tidak bersalahnya.

BUK

Amaranth memukul punggung Fatih, dirinya sudah serius namun Fatih malah main-main.

Fatih tersenyum saat melihat raut muka Amaranth yang tadinya sangat serius kini berubah menjadi marah.

"Jangan serius-serius amat neng, ntar kalau udah lulus baru abang seriusin" ucap Fatih yang kembali mendapatkan jiplakan dari Amaranth.

Setelah memarkirkan motor, Fatih dan Amaranth langsung berjalan menuju kelas mereka.

Di koridor tidak sengaja keduanya bertemu dengan Ryan dan juga Theo yang juga sedang menuju kelas mereka.

Keduanya saling bertatapan dan langsung menjalankan suatu rencana.

Fatih langsung merangkul Amaranth dan Amaranth langsung bersedekap dada, tidak lupa dengan muka songong mereka.

"1..2..3"

BRAK

Amaranth dan Fatih tersungkur secara bersamaan.

"Aw" ringis Amaranth yang merasakan sakit di telapak tangan dan juga lututnya.

"Makanya jangan punya niat usil, jadi kena karma kan kalian" ucap Ryan berkecak pinggang.

"Gila Lo ya" ucap Fatih yang kesal karena gagal mengerjai Theo dan juga Ryan.

Amaranth (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang