part 1

46.1K 2.3K 1
                                    

Rumah mewah dengan hiasan emas yang melekat di seluruh sudut rumah itu, membuat seorang bocah manis berusia 16 tahun itu terus mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Ia tidak tau apa yang terjadi kepadanya hingga akhirnya ia di bawa pergi dari panti asuhan oleh beberapa orang berbaju hitam, hingga akhirnya ia berakhir di rumah mewah ini. Ibu panti bilang, ia di adopsi oleh pria kaya raya yang akan menjaganya dengan baik.

Orang-orang bertubuh tegap itu, membawanya ke salah satu ruangan yang di penuhi dengan banyaknya penjagaan di depannya.

Ia hanya memakai pakaian sederhana dan juga sepatu lamanya, rasanya ia tidak pantas jika harus berada di tempat ini.

Pintu ganda ukiran kayu jati itu terbuka lebar, membawa tubuh Jeno berjalan mendekati seorang pria yang tersenyum hangat kearahnya.

Jeno sudah berada di dalam ruangan itu, matanya terus saja mengerjap kagum, melihat seluruh lukisan yang ada di ruangan itu.

"Pergilah!"
Suara berat dengan intonasi rendah itu menyapu gendang telinga Jeno. Ia melirik kearah seseorang berbaju rapi yang sedari tadi menuntunnya itu kini pergi meninggalkan ruangan. Hanya tersisa ia dan seorang pria yang tengah duduk di salah satu kursi kebesaran di sana.

"Kemari!"
Ucapnya tertuju kearah Jeno. Dengan langkah lambatnya Jeno berjalan kearahnya. Jeno merasa takut, karena aura pria itu sangat kuat. Hingga semakin dekat ia dengan pria itu, ia malah semakin lega. Karena ternyata pria itu sangat tampan.

Ia meraih tangan mungil Jeno dengan lembut lalu mengecupnya.

"Kau sangat manis"
Ucapnya yang kini semakin menarik Jeno agar mendekat kearahnya.

"Siapa nama mu?"
Tanyanya dengan seduktif.

"J-Jeno"
Jawabnya terbata-bata.

Pria itu tidak menjawab, namun dengan sekali tarikan, kini Jeno sudah berada di atas pangkuannya.

"Panggil aku tuan.."
Pintanya yang terdengar memaksa. Jeno tercicit pelan.

"Tuan.."

Senyuman tampan pria itu tunjukan, membuat Jeno terlena karena ketampanannya.

Wajah mungil itu ia tarik mendekat kearahnya. Menyapu bibir ranum itu dengan jilatan sensual, hingga membuat Jeno menutup kedua matanya karena takut dengan apa yang ia lihat saat ini.

Ciuman panas tidak terelakan. Pria itu meraup bibir manis itu dengan rakus, seakan ia tidak akan memiliki waktu lagi untuk menikmati bibir itu.

Jeno mendorong dada pria itu dengan sedikit kuat, karena mulai merasa kehabisan oksigen di paru-parunya.

Dengan berat hati, pria itu melepas ciumannya. Memberikan ciuman kecil pada pipi dan seluruh wajah yang sudah memerah itu.

"Sangat manis"
Ucapnya yang kembali mencium Jeno.

"Hentikan!"
Ucap Jeno yang mulai merasa geli dengan serangan yang di berikan pria itu.

Braaak!

Pintu ruangan yang tadinya tertutup sangat rapat itu, tiba-tiba saja terbuka. Menampilkan wajah seorang wanita dengan pakaian seksi yang tengah berjalan kearahnya.

Pria tampan yang ternyata bernama Mark itu tidak mengatakan apapun, hanya menampilkan wajah dinginnya kearah gadis itu.

"Wah, tenyata jalang kecil itu sudah datang"
Ucapnya bersedikap dada di depan keduanya. Mark mengeraskan rahangnya, lalu menekan salah satu tombol yang berada tidak jauh dari mejanya.

"Bawa wanita gila ini dari sini!"
Perintahnya. Sang wanita menatap nyalang kearah Mark. Hingga akhirnya para bawahan pria tampan itu menyeretnya keluar dari sana.

"Lepaskan aku brengsek!"
Ucapnya kesal dan terus memberontak.

"Mark! Aku tunangan mu!"
Pekiknya nyaring.

Jeno yang menyaksikan semua teriakan itu, mulai ketakutan dan merapatkan dirinya dengan tubuh Mark.

"Kau takut?"
Tanyanya lalu mencolek dagu Jeno.
Jeno mengangguk pelan. Mark kembali mencium bibir manis yang kini tertutup rapat karena ekspresi takut sang bocah.

"Kau sudah makan?"
Tanyanya dengan sangat lembut. Jeno menggeleng pelan.

Mark mengangguk, lalu kembali memanggil seseorang lewat microphone kecil di atas meja.

Setelahnya, terlihat seseorang berwajah manis masuk ke dalam ruangan itu. Dia orang yang menjemput Jeno dari panti asuhan tadi.

"Bawa dia ke bawah"
Ucap sang tuan besar. Ia mengangguk, lalu segera berjalan menghampiri Jeno yag sepertinya enggan melepaskan pelukannya dengan Mark.

Mark tersenyum simpul, lalu mengecup pipi gembul itu dengan lembut.

"Aku akan menyusul mu"
Ucapnya. Jeno mengangguk. Padahal mereka baru saja bertemu, dan ia sempat takut dengan pria itu tadi. Tapi saat melihat wajah tampan serta perlakuan lembutnya membuat Jeno terpesona dengan pria berdarah kanada itu.



















































VannoWilliams

Mafia Obsession (Markno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang