part 22

15.7K 1.3K 1
                                    

Keesokan paginya setelah memandikan sang kesayangan dan sarapan bersama. Mark memutuskan untuk pergi keluar karena ada beberapa urusan penting yang harus ia lakukan. Jeno yang tengah bermain di ruang tamu dengan Chenle yang terus mengawasinya harus di kagetkan dengan suara bell mansion yang terdengar berbunyi. Chenle segera pergi kearah pintu utama untuk membukanya dan melihat siapa yang bertamu ke mansion ini.

Dan saat pintu itu terbuka. Terlihat wajah Chenle yang cukup kaget dengan apa yang ia lihat di depannya.
Terlihat seorang wanita dewasa berdiri di depannya dengan angkuh dan juga Aria yang berdiri di belakangnya sambil menunduk takut.

"Nyonya"
Ucapnya.

"Dimana Mark?"
Tanyanya dengan wajah angkuhnya.

"Tuan besar sedang ada luar"
Ucapnya. Wanita itu tidak mengatakan apapun dan memilih masuk ke dalam mansion itu dengan di ikuti Aria dibelakangnya. Ia sempat menoleh kearah Jeno yang tengah memakan es cream yang ada di tangannya sambil menatap polos kearahnya. Wajahnya terlihat sedikit belepotan karena es cream itu. Renjun yang sedari tadi mengawasinya sedikit kaget ketika melihat wanita itu masuk ke dalam mansion ini.

Tanpa mengatakan apapun. Wanita itu langsung masuk ke dalam ruang khusus milik Mark untuk menunggu Mark disana.

Renjun yang melihat hal itu segera membawa Jeno pergi dari sana.

Sedangkan Chenle terus mengikuti wanita itu.

"Panggil Mark kesini!"
Ucapnya. Chenle hanya mengangguk dan segera menelpon tuan besarnya untuk segera kembali ke mansion. Dan juga segera menelpon Guanlin untuk kembali. Karena masalah besar akan segera terjadi sebentar lagi.

Dan tanpa menunggu waktu yang lama. Mark langsung datang ke mansion dengan terburu-buru. Langkah kaki pria itu terlihat lebar saat menghampiri sang sekretaris yang tengah berdiri di depan pintu ruangannya.

"Dimana Jeno?"
Tanyanya sedikit khawatir.

"Di kamarnya, tuan"
Jawab Chenle.

Mark menoleh kearah Guanlin.
"Pergi ke kamar Jeno dan lindungi dia"
Ucapnya dengan wajah tegasnya. Guanlin mengangguk dan segera bergegas kesana. Sedangkan jaemin masih dalam perjalanan menuju mansion. Mark masuk ke dalam ruangan itu dengan wajah datarnya. Menatap kearah wanita yang tengah duduk di salah satu sofa miliknya.

"Selamat datang, Mark Lee"
Sambut wanita itu dengan sedikit senyuman. Mark tidak mengatakan apapun. Dan langsung duduk di depannya.

"Mengapa kau ada di sini?"
Tanyanya dengan wajah tidak sukanya.

"Ada apa dengan mu? Kau tidak ingin menyambut bibi mu dulu?"
Ucapnya.

Mark hanya menatap malas kearahnya.
"Tidak perlu basa basi"

Wanita itu tersenyum, keponakannya ini selalu seperti ini dari dulu. Wanita itu bernama Lee Irene, ia merupakan istri dari paman Mark. Bisa di bilang ia merupakan ibu kedua untuk Mark. Karena sedari Mark kecil ialah yang merawat Mark hingga sebesar ini.

"Mengapa kau meninggalkan istri mu di rumah orang tuanya?"
Tanya Irene.

Mark menatap datar dirinya,
"Apa yang salah? Itu rumah orang tuanya"
Ucap Mark acuh.

"Aku tidak menyangka kau akan bersikap seperti ini, terlihat sangat tidak dewasa. Kau tau aku dan paman mu selalu mendukung seluruh keputusan yang kau pilih. Tapi menyakiti seseorang yang sudah menjadi istri mu, bukanlah hal yang pantas untuk kau lakukan"
Ucap Irene dengan raut wajah seriusnya. Mark yang mendengar hal itu hanya diam.

"Ada hal penting yang ingin ku sampaikan pada mu"
Lanjut Irene. Ia menoleh kearah Aria yang terus menunduk di sampingnya

"Istri mu ini, dia tengah hamil sekarang"

Mark yang mendengar hal itu langsung terdiam menatap kearah Aria yang tidak sanggup untuk melihatnya.

"Hamil?"













































Jeno yang masih berada di dalam kamar bersama Renjun. Merasa bingung saat melihat wajah kaget Chenle dan Renjun saat melihat wanita tadi.

"Kak Renjun"
Panggil Jeno menoleh kearah sang kakak.

"Ya?"

"Siapa wanita tadi?"
Tanyanya penasaran.

Renjun menoleh kearahnya,
"Dia bibi tuan besar"

"Bibi?"

Pintu kamar Jeno di ketuk membuat Renjun yang sedari tadi berjaga di depan langsung membukanya. Terlihat Chenle yang datang bersama Guanlin di sampingnya.

"Dia memanggil Jeno"
Ucap Chenle. Renjun yang mendengar hal itu terlihat sedikit panik. Namun Chenle menenangkannya.

"Ada Mark disana. Kau tidak perlu khawatir"
Ucapnya. Renjun mengangguk, dan segera membawa Jeno yang sedari tadi memperhatikan mereka dari kejauhan.















































Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan wajah polos Jeno yang berjalan menghampiri mereka.

Jeno sedikit tertegun saat dua wanita itu memperhatikan nya. Namun ia kembali tenang saat melihat Mark ada disana.

"Magu.."
Panggilnya lirih. Mark yang awalnya termenung langsung menoleh kearah Jeno. Mengulurkan tangannya agar sang kekasih berjalan kearahnya. Jeno menghampirinya dan duduk di pangkuan Mark. Sedangkan sang dominan menyamankan dirinya.

Irene menatap Jeno dengan intens,
"Nama mu Jeno, kan?"
Tanyanya.

Jeno mengangguk.
"Iya, nyonya.."

"Panggil aku eomma"
Ucapnya.

"I-Iya eomma"
Cicit Jeno ragu. Irene mengangguk pelan lalu menunjuk kearah Aria yang tengah menatap tanpa ekspresi kearah Jeno.

"Dengar Jeno, Aria tengah hamil sekarang. Dan aku ingin kau membagi Mark dengannya"
Ucap Irene tanpa basa-basi. Jeno yang mendengar hal itu langsung tertegun. Ia menoleh kearah Aria yang kini terus menatapnya.

Jika bisa menolak. Maka Jeno akan menolak dan tidak terima. Namun disini Aria adalah istri sah Mark. Dan seharusnya Arialah yang berbagi suami dengannya dan bukan dirinya. Karena status wanita itu lebih penting dari pada dirinya.

Jeno mengangguk pelan sebagai jawaban dari permintaan Irene.

Irene tersenyum tipis saat mendapatkan jawaban itu,
"Anak pintar"

Sedangkan Chenle yang sedari tadi memperhatikan mereka dari kejauhan. Merasa kasihan dengan bocah manis itu, apa yang sudah di lakukan keluarga ini pada remaja 16 tahun itu? Jeno seharusnya tidak mendapatkan perlakuan seperti ini. Anak itu terlalu baik untuk di sakiti.










































VannoWilliams

Mafia Obsession (Markno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang