Setelah pertemuan penting yang di lakukan Mark dengan Jisung. Pria tampan itu memilih untuk segera kembali bersama para anggotanya. Dan meninggalkan ciuman manis darinya untuk Chenle.
"Kau yakin ingin melatihnya menembak?"
Chenle menatap kearah Mark yang tengah memilih beberapa senjata untuk Jeno pakai saat latihan. Mereka sedang berada di gudang senjata milik pria itu."Dia akan menjadi pendamping ku. Itu berarti akan ada banyak orang yang akan dia temui nantinya"
Ucap Mark yang masih sibuk dengan senjatanya.Chenle menatap Mark dengan tidak terima.
"Tapi dia masih kecil. Dia juga tidak pernah memegang senjata sebelumnya. Kau bahkan tidak mengijinkannya menyentuh peralatan dapur. Tapi mengapa sekarang kau melatihnya untuk membunuh seseorang?"Mark menoleh kearah Chenle dengan tatapan dinginnya. Membuat Chenle tertegun sebentar namun ia masih tetap pada pendiriannya.
"Kau tau musuh ku sangat banyak. Aku tidak bisa selalu bersamanya"
"Jika Jeno mendengar hal ini, mungkin dia akan menangis"
Balas Chenle sambil memalingkan wajahnya. Jujur saja, Jeno sudah seperti adik untuknya bahkan mungkin anak. Karena usia mereka yang terbilang cukup jauh. Ia sangat menyayangi anak manis itu. Melatihnya menembak atau bela diri merupakan hal yang tidak mungkin untuk Jeno lakukan."Jeno anak yang kuat"
Ucap Mark yakin."Tentu saja dia kuat, karena masih bisa bertahan dengan manusia seperti mu"
Gumamnya sinis. Tapi Mark masih bisa mendengarnya."Aku tidak meminta pendapat mu, dan jangan terlalu memanjakannya!"
Mark bangkit dari duduknya lalu menatap tajam kearah Chenle. Setelahnya ia memanggil Jaemin untuk memulai latihan menembak mereka.Lapangan luas milik Mark itu, sudah di penuhi oleh anggota inti dari kelompok mafia Mark.
Terlihat Jeno yang berdiri di tengah lapangan sambil memegang pistol yang ada di tangannya.
Anak manis itu terlihat gemetar saat ia di suruh menembak titik kuning yang ada di depannya.
"Lakukan, sayang!"
Suara berat yang terdengar seperti perintah dari Mark itu berhasil membuat Jeno semakin bergetar. Renjun yang sedari tadi memperhatikan Jeno merasa tidak tega. Apalagi Chenle yang sudah hampir pingsan di buatnya."Sayang, aku masih menunggu!"
Bentakan dari Mark itu berhasil membuat Jeno mematung. Mark tidak pernah membentaknya seperti ini sebelumnya.
Kedua tangan Jeno kembali bergetar, namun ia tetap mengangkat senjatanya hingga tanpa sadar sebuah tembakan melesat kearah lingkaran kuning itu tepat di tengahnya.
Kedua mata Jeno membola begitu juga dengan Renjun. Namun saat ia berbalik, ia hanya dapat melengkungkan bibirnya dengan sedih.
Terlihat Lucas yang baru saja menyimpan senapannya. Tembakan itu, ia yang lakukan.
"Boss yang meminta ku"
Ucapnya acuh. Jeno menatap kearah Mark dengan wajah sedihnya. Namun Mark masih tegas dengan perkataannya."Lakukan seperti yang dia lakukan!"
Perintahnya sekali lagi."Aku tidak melihatnya"
Jawab Jeno lirih. Mark menoleh kearah Haechan tanpa bicara sama sekali, begitu juga dengan Renjun dan Yangyang. Ketiganya mengangguk dan langsung mengeluarkan senjata mereka. Berdiri bersampingan dengan jarak yang sudah di sesuaikan menurut papan masing-masing.Dan dalam hitungan ketiga. Ketiga peluru itu keluar dari masing-masing senapan mereka dengan bersamaan. Dan bahkan mengenai titik yang sama dan tepat sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Obsession (Markno)
Fiksi RemajaJeno, seorang remaja 16 tahun yang tinggal di panti asuhan. Harus rela terjerat dalam kehidupan yang membingungkan milik seorang ketua mafia yang terobsesi dengannya. Story from grandson (MAFIA)