Jeno yang sudah sadar dari pingsannya segera bangkit dari tidurnya dan langsung berlari keluar kamar. Ia mencari keberadaan Mark di kamar utama namun kosong. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Chenle yang tengah membuat susu vanila hangat untuknya.
"Sekretaris Chenle. Dimana Mark?"
Tanyanya dengan tergesa-gesa. Chenle baru saja ingin menjawab, namun perkataannya terpotong oleh Lucas yang tengah menghampiri mereka dengan gelas di tangannya."Boss sedang ada di ruangannya bersama Amilia. Mungkin mereka sedang bermain sekarang"
Ucapnya acuh. Jeno yang mendengar hal itu langsung membulatkan kedua matanya dan berlari menuju ruangan Mark. Sedangkan Chenle sudah melayangkan satu pukulan di kepala Lucas."Semoga Mark tidak membunuh mu!"
Ucapnya yang hanya di balas Lucas dengan gedikkan bahu."Kenapa dia semarah itu? Bukannya Mark memang sering membawa Jalang untuk bermain dengannya?"
Gumamnya tanpa sadar hal yang sebenarnya.Jeno mengetuk pintu itu dengan tergesa-gesa.
"Magu buka pintunya!"
Teriaknya."Magu jangan!"
Jeno mulai menangis."Magu ku mohon!"
Ia kembali berteriak hingga membuat tubuhnya melemas dan tenggorokannya yang semakin sakit. Para penjaga yang ada di depan pintu itu merasa tidak tega saat melihat keadaan Jeno yang begitu memperhatinkan. Cukup lama Jeno mengetuk pintu itu hingga akhirnya pintu itu terbuka juga dengan Mark yang berdiri di depannya, sambil menatap datar kearahnya.Tubuh pria itu basah dengan keringat, serta nafasnya yang terdengar sedikit tidak teratur.
Tanpa berlama-lama lagi Jeno langsung memeluk tubuh Mark dengan tangisannya yang pecah.
Namun saat ia melihat ke belakang. Ia sudah melihat Amilia yang sudah tergeletak tidak berdaya dengan banyaknya darah di sekitarnya.
"Mengapa kau ada di sini?"
Tanya Mark dengan suara rendahnya. Tubuh Jeno bergetar. Ia menoleh kearah wajah dingin Mark."Kak Lucas bilang kau sedang bermain dengannya! Aku tidak mau! Kau hanya milik ku!"
Ucapnya dengan sedikit berteriak di sertai tangisan. Senyuman tipis Mark tampilkan di wajahnya. Ia menghapus air mata yang terus mengalir di pipi Jeno."Aku tidak mungkin melakukan itu"
Ucapnya sambil mengambil satu ciuman di bibir Jeno. Jeno tersenyum senang lalu setelahnya Mark membawa Jeno menjauh dari ruangan yang penuh dengan bau anyir darah itu.Jeno menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Mark. Mencium bau keringat yang tercium sangat seksi dari sana.
Mereka berjalan masuk ke dalam kamar. Tubuh Jeno sudah segar karena tadi Chenle membersihkan tubuhnya dengan sangat telaten sebelum akhirnya pakaiannya di ganti dengan yang baru.
Mark membaringkan tubuh itu di tempat tidur. Lalu kembali mengambil ciuman di bibir Jeno. Dan melepasnya begitu saja ketika Jeno ingin mendapatkan yang lebih.
"Aku harus mandi, sayang"
Ucapnya sambil mencubit hidung bangir itu. Jeno merengut lucu namun ia tetap mengangguk. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Mark sempat memanggil Lucas untuk membersihkan sampah yang ia tinggalkan di ruangannya. Biarkan hal itu sebagai hukumannya karena sudah membuat puppy kecilnya menangis tadi.Setelahnya Mark langsung membersihkan dirinya agar bisa kembali memeluk tubuh ramping Jeno.
Setelah cukup lama menghabiskan waktu di dalam kamar mandi. Mark keluar hanya menggunakan handuk putihnya. Terlihat Jeno yang tengah memainkan ponsel milik Mark di atas tempat tidur. Tidak menyadari keberadaan Mark di sekitarnya.
Sampai akhirnya aroma maskulin itu menghampiri indra penciumannya.
Ia menoleh kearah Mark yang tengah mengusap kasar rambutnya dengan handuk kecil di tangannya.
Wajah Jeno memerah saat melihat penampilan Mark yang ada di depannya.
Tubuh tinggi dan tegap dengan abs yang menonjol di perutnya. Jangan lupakan otot lengannya yang sangat indah itu. Pahatan sempurna di wajah tampan itu dan juga rambut silver basah yang sangat seksi itu.
Jeno menelan ludahnya kasar. Pikiran kotor yang ada di dalam otaknya tiba-tiba saja muncul. Ia juga tidak tau kenapa ia bisa berpikir seperti itu.
Efek terlalu lama tinggal dengan Mark, mungkin.
Mark yang ingin menggantung handuknya, malah teralihkan dengan Jeno yang tengah menatap malu kearahnya. Kedua mata mereka bertemu sampai akhirnya Jeno memilih mengalihkan pandangannya.
Mark tersenyum miring dan langsung melempar handuknya tepat di gantungan kecil itu. Berjalan dengan perlahan mendekati Jeno yang sudah menutup matanya dengan kedua tangannya.
Terasa tempat tidur yang seakan turun sedikit menandakan jika ada yang menaikinya. Hingga aroma maskulin itu semakin tercium di hidung mungilnya.
"Apa yang kau pikirkan, sayang?"
Suara Mark begitu rendah. Membuat Jeno semakin memejamkan kedua matanya. Tubuhnya meremang kuat, aura dominan dari Mark membuatnya takut.
"Jawab aku, sayang.."
Ucapnya sekali lagi. Jeno enggan membukanya, hingga satu kecupan Mark berikan pada punggung tangannya yang masih menutup wajahnya sekarang.Perlahan Jeno menurunkan tangannya, dan wajah tampan Mark lah yang ia temui.
"Sangat tampan"
Gumamnya. Mark yang mendengar hal itu tersenyum tipis. Lalu mulai menggoda puppy kecil itu."Apa kau sedang memperhatikan ku sedari tadi?"
Tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya. Jeno mengangguk polos.
Membuat Mark semakin bersemangat."Apa yang kau lihat, sayang?"
Tanyanya dengan seduktif. Pipi Jeno memerah lalu menoleh kebawah, melihat perut sixpack Mark yang begitu indah untuk di lihat.Mark yang paham hanya menampilkan wajah mesumnya.
"Ingin menyentuhnya?"
Tawar Mark dengan senang hati."Boleh?"
Tanya Jeno polos."Tentu saja. Itu milik mu"
Ucapnya. Dengan ragu, Jeno mulai menyentuh perut berotot Mark dengan perlahan.Mark memejamkan kedua matanya merasakan telapak tangan Jeno yang begitu halus menyentuh permukaan kasar kulitnya.
"Magu.."
"Iya, sayang?"
"Ini sangat keras-"
Braak!
Tubuh Jeno langsung di banting kembali ke kasur mereka. Tubuhnya kini sudah terhimpit oleh tubuh tegap Mark.
Wajah itu mendekat dengan sendirinya. Memberikan ciuman lembut sarat menuntut pada bibir mungil Jeno.
Jeno yang mulai terbawa suasana semakin menarik tengkuk Mark untuk menciumnya lebih dalam.
"Eungh.."
Gumanan terdengar dari sela-sela ciuman mereka dan itu berasal dari Jeno.Saat ciuman itu terlepas. Jeno segera menghirup nafas dengan cepat. Sedangkan Mark mulai bermain di sekitar lehernya. Membuat Jeno kembali melenguh bahkan hampir saja mendesah saat Mark berhasil memberikan tanda sempurna di leher mulus itu.
Jeno semakin memejamkan kedua matanya saat Mark mulai bermain di area dadanya yang sangat sensitif.
"Ahhk..Magu..jangan..!"
Rengeknya saat Mark memasukan ujung dadanya yang sudah sangat keras ke dalam mulutnya. Menghisap menjilat, bahkan menggigit kecil benda mungil itu. Membuat Jeno hampir menangis karena terlalu nikmat ia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Dan hanya Mark lah yang pernah memperlakukannya seperti ini. Dan memang tidak akan ada orang lain selain pria tampan itu.VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Obsession (Markno)
Teen FictionJeno, seorang remaja 16 tahun yang tinggal di panti asuhan. Harus rela terjerat dalam kehidupan yang membingungkan milik seorang ketua mafia yang terobsesi dengannya. Story from grandson (MAFIA)