part 26

13.9K 1.2K 0
                                    

Terihat Mark yang masuk dengan tergesa-gesa. Jeno tidak mendengar apapun, karena masih terus menangis. Sedangkan Abigail yang mendengar suara sang kakak, hanya memutar bola matanya dengan malas sambil merubah raut wajahnya jadi sedikit kesal.

"Kakak ipar, bisa lepaskan pelukan mu sebentar?"

Jeno menurut dan langsung melepaskan pelukannya dengan Abigail. Ia mengusap-ngusap matanya yang berair. Dan masih belum sadar jika Mark sudah ada di ruangan yang sama dengannya.

Mark berjalan kearah mereka, namun harus terhenti saat Abigail melayangkan satu pukulannya pada wajah tampan sang kakak.

Jeno yang mendengar suara pukulan itu langsung menoleh kearah mereka.

"Mark!"
Pekiknya kaget. Pria itu meludah, mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Kenapa kau kesini?"
Tanya Abigail dengan tatapan tajam kearah sang kakak.

"Aku ingin menemuinya"
Ucap Mark sambil melirik kearah Jeno yang tengah ketakutan saat ini.

"Dalam mimpi mu! Kau di larang bertemu dengan kakak ipar ku sekarang! Lebih baik kau keluar!"
Ucapnya memberi gestur mengusir. Mark menatap dingin kearah sang adik. Namun Abigail tidak peduli sama sekali. Baginya Mark Lee hanya kakak bodohnya dan tidak lebih.

Mark masih berdiri di tempatnya berdiri sambil menatap sendu kearah Jeno. Sebenarnya ia bisa saja melempar adik tersayangnya ini ke luar jendela rumah sakit. Tapi ia ingin Jeno mengasihaninya.

Jeno yang merasa tidak tega, mulai meraih tangan Abigail.

"Abigail.."
Panggilnya. Abigail segera menoleh kearahnya.

"Iya kakak ipar?"

"Jangan marah dengan Makgu..aku..aku ingin memeluknya"
Cicitnya dengan sangat pelan. Namun kedua kakak beradik itu dapat mendengarnya.

"Ah astaga! Kenapa aku selemah ini!"
Ucap Abigail yang mulai mengipas-ngipasi wajahnya karena terlalu tidak tahan dengan wajah menggemaskan Jeno.

"Baiklah. Karena ini keinginan kakak ipar TERSAYANG ku. Maka kau tuan Mark terhormat. Aku ijinkan kau bertemu dengannya"
Ucapnya dengan penuh drama. Mark menatap malas kearahnya, dan langsung menyenggol bahu gadis itu.

Ia memeluk tubuh ramping yang ada di depannya dengan sangat erat, membuat Jeno sedikit sesak dibuatnya.

"Hei bodoh! Jangan memeluknya seperti itu!"
Teriak Abigail saat melihat wajah Jeno yang mulai pucat. Mark langsung melepaskan pelukannya. Dan langsung menatap khawatir kearah Jeno.

"Kau tidak apa sayang?"

"Kii tidik ipi siying?"
Ejek Abigail, saat mendengar pertanyaan klasik dari sang kakak. Mark menoleh kearah Abigail dengan aura dinginnya.

"Bisa kau keluar sekarang?"

"Astaga! Nada dingin mu itu tidak akan mempan dengan ku! Kau tau aku tinggal dengan kakek kita yang sangat kejam itu. Jadi aku sudah kebal dengan aura dingin mu itu!"
Ucap Abigail memalingkan wajahnya. Mark memijit pelipisnya dengan sedikit helaan nafas. Jeno yang melihat itu malah tersenyum lucu baru pertama kali ia melihat Mark yang sedikit pusing karena orang lain selain dirinya. Dan itu terlihat lucu di matanya.

"Apa kata dokter?"
Tanya Mark mengalihkan percakapan tidak penting mereka.

"Dia hamil"
Ucap Abigail dengan santainya. Mark yang mendengar hal itu menatap kaget kearah Jeno.

Anggukan kecil Jeno berikan padanya agar ia semakin percaya.

Senyuman lebar terlihat jelas di wajah Mark dan itu terlihat sangat indah untuk di lihat.

"Terimakasih sayang!"
Ucapnya yang langsung memeluk Jeno. Ia begitu bahagia, sangat bahagia. Perasaan yang berbeda jauh saat ia mendengar kabar jika Aria hamil. Kehamilan Jeno jauh lebih membahagiakan untuknya. Bagaimana tidak bahagia, jika orang yang sangat kau cintai, tengah mengandung buah hati kalian.

"Kenapa bisa? Apa rahim Jeno sudah bisa di gunakan?"
Tanya Mark yang terlihat bingung.

"Biar dokter yang menjelaskan"
Ucap Abigail yang tidak ingin menjelaskan dengan panjang lebar. Mark hanya mengangguk pelan, dan kembali memeluk Jeno. Menciumi seluruh wajahnya dengan gemas hingga menimbulkan kekehan lucu dari bibir Jeno.

Abigail yang melihat hal itu merasa sangat iri, ia juga ingin memeluk Jeno dan menciumi seluruh wajahnya.

Namun ia pasti sudah mati duluan sebelum melakukan itu.

"Astaga, kenapa kau bisa terjerat dengan wanita itu. Saat kau sudah memiliki makhluk semanis ini!?"
Ucap Abigail dengan helaan nafasnya. Mark tidak merespon apapun, ia lebih memilih kembali memeluk Jeno dengan sangat erat. Meluapkan kerinduannya selama sebulan ini.







































VannoWilliams

Mafia Obsession (Markno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang