part 31

9.2K 832 2
                                    

Suara berat mengalun didalam ruang tamu itu. Terlihat seorang pria berbadan tinggi bertubuh tegap tengah berjalan kearah kerumunan manusia yang saling menodongkan senjata.

"Kakek!"
Teriak Abigail yang langsung berhambur kepelukannya, melupakan Jeno yang tadi ia peluk dengan erat.

"Apa yang sedang terjadi di sini?"
Tanya sang kakek dengan wajah bingungnya.

"Kau bisa lihat kek! Anak mu itu ingin membunuh menantunya sendiri"
Ucap Abigail dengan wajah malasnya. Sang kakek yang mendengar hal itu langsung menatap tajam kearah sang putra.

"Yifan"
Ucap sang kakek masih dengan tatapan yang sama.

"Itu sebabnya banyak sekali anak buah mu yang berjaga di depan?"
Ucap sang kakek. Sang anak hanya terdiam, dan langsung menurunkan tangannya.

"Kapan ayah pulang?"
Tanyanya dengan wajah datarnya.

"Cucu ku menghubungi ku dan mengatakan jika pamannya sudah gila! Ternyata dia benar"
Ucapnya dengan berdecih pelan. Yifan tidak merespon apapun selain diam.

Sang kakek yang tidak mendapat respon apapun darinya, menoleh ke arah Jeno yang masih berdiam diri di tempatnya.

"Apa dia menantu ku?"
Tanyanya pada Abigail.

"Iya kakek, dia menantu manis mu!"
Ucap Abigail dengan senyuman manisnya.

Sang kakek yang awalnya memasang wajah seramnya langsung tersenyum tampan. Sekarang kita bisa tau, dari mana Mark mendapatkan ketampanannya. Tentu saja bukan dari ayahnya, melainkan dari sang kakek, yang meskipun sudah tua namun masih terlihat tampan.

"Kemari!"
Ucapnya dengan senyuman hangat yang tidak bisa luntur dari wajahnya. Jeno menoleh kearah Mark, seperti meminta pendapat atau ijin. Mark mengangguk dan langsung berjalan kearah sang kakek.

Tubuh rampingnya langsung di peluk dengan erat. Tubuh sang kakek sangat tinggi dan tegap, membuat tubuh Jeno tenggelam di dalam pelukannya.

"Hiks.."
Tiba-tiba saja Jeno terisak dalam pelukan itu. Sang kakek yang mendengar hal itu langsung menoleh kearah wajah Jeno.

"Ada apa, sayang?"

"Hangat.."
Cicit Jeno pelan. Ia tidak pernah memiliki orang tua, tidak pernah memiliki kakek, adik, kakak atau siapapun selain teman-teman yang ada di panti asuhan beserta para pengasuh di sana.

Ia merasa sangat nyaman saat sang kakek memeluknya seperti tadi.
Sang kakek tersenyum, lalu mengecup kening itu dengan lembut.
Membuat Jeno semakin sesegukan.

Mark menyimpan kembali senjatanya dan langsung menghampiri Jeno. Memeluknya dengan erat sambil mengecupi seluruh wajahnya agar ia segera berhenti menangis. Karena itu tidak baik untuk kandungannya.

"Dia pasti sangat lelah"
Ucap sang kakek menatap sendu kearah Jeno. Astaga Jeno sangat hebat, sampai bisa membuat pria yang terkenal sangat dingin itu menjadi sedih seperti itu.

"Bawa dia kembali ke kamar!"
Ucapnya tertuju pada Mark yang sudah menggendong Jeno sejak tadi. Mark mengangguk dan segera membawa Jeno kembali ke kamar mereka.

"Bantulah dia"
Ucap sang kakek yang kini melirik kearah Abigail, yang langsung di angguki semangat oleh sang cucu.

"Dan kalian bubar lah! Tidak ada yang akan menyakiti cucu ku jika aku ada di sini"
Ucapnya kepada para anggota mafia Mark yang masih berdiri di tempat mereka berdiri sedari tadi. Lalu setelahnya mereka memilih membubarkan diri. Sedangkan sang kakek langsung menatap tajam kearah para anak-anaknya yang juga tengah menatap kearahnya.

"Berani sekali kau menodongkan senjata mu pada menantu ku?"
Ucap sang kakek yang kini sudah mendudukkan dirinya di sofa yang tadi Mark duduki.

"Ayah tau jika Aria tengah hamil saat ini"
Ucap Yifan menatap sang ayah.

"Aku tau. Dan anak itu juga sedang hamil sekarang"
Ucapnya dengan wajah datarnya. Semua yang ada si sana selain si kakek menukikkan kening mereka saat mendengar penuturan darinya.

"Siapa maksud, ayah?"

"Tentu saja Lee Jeno. Cucu ku itu tengah hamil sekarang!"
Ucapnya dengan sangat tegas. Seluruh manusia yang ada di ruangan itu langsung terlihat kaget saat mendengar perkataan sang kakek yang terlihat bangga dalam setiap kalimat yang ia ucapkan.

"H-Hamil?"
Tanya Irene yang tiba-tiba saja tergagap.

"Apa kau tuli?"
Tanya sang kakek dengan wajah malasnya.

"Dengar! Jika kalian tidak bisa punya anak. Jangan pernah libatkan urusan kalian dengan cucu ku! Dia tidak mencintai wanita itu!"
Tunjuknya kearah Aria.

"Dia hanya menginginkan keturunan namun wanita itu terlalu lama memberikannya keturunan. Dan sekarang dia tengah hamil. Dan bertepatan dengan menantu ku yang juga tengah hamil sekarang. Jadi menurut mu dalam hal ini siapa yang akan ku pilih? Tentu saja Jeno"
Ucapnya dengan panjang lebar untuk pertama kalinya.

"Aku menyayangi anak itu, saat pertama kali Mark memperkenalkannya pada ku. Aku mengamatinya selama ini. Dan aku yang menyakinkan Mark untuk membawanya pulang ke mansion ini. Karena jika ada yang berani menyakiti mereka. Akan berurusan langsung dengan ku!"
Ucapnya dengan tatapan tegasnya tertuju pada siapapun.

"Dan kau Yifan! Seharusnya kau tau dari mana kau berasal. Bukankah ibu mu dulu juga sama dengannya?"
Ucap sang kakek yang kini menatap kearah anak tertuanya itu.

"Seharusnya kau mengingat pesan dari ibu mu dan juga Alex untuk jangan menyakiti hati siapapun dan jangan menindas yang lemah. Apalagi sampai harus membunuhnya yang bahkan tidak mampu menatap wajah mu karena terlalu takut!"

Yifan yang mendengar hal itu langsung menunduk dalam. Merasa tersadar dari perbuatannya. Begitupun dengan Alex. Ayah dari Mark itu hanya bisa terdiam tanpa mampu mengatakan apapun.

"Dan satu hal lagi. Jika kalian menginginkan anak yang di kandung olehnya. Ambil saja! Aku tidak membutuhkannya!"
Ucapnya dengan sangat santai. Lalu beranjak dari sana, menuju ruangan pribadi Mark untuk menunggu sang cucu. Karena ada hal penting yang harus mereka bicarakan. Sedangkan ke lima manusia yang ia tinggal di sana termasuk Aria tengah menunduk dalam. Bahkan Aria sudah menangis sedari tadi. Hatinya terasa sakit saat mendengar penuturan dari sang kakek.

Bukankah, ia juga menantunya? Mengapa ia di perlakukan seperti ini?

Ini sangat tidak adil! Anaknya juga darah daging Mark, bahkan dari hubungan yang sah!

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Tidak ada lagi yang bisa membantunya sekarang.






















































VannoWilliams

Mafia Obsession (Markno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang