Mark berjalan kearah kamar Jeno dengan melewati kamar utama miliknya dan Aria. Tidak ada keinginan apapun untuk berbalik kearah kamar itu. Ia hanya ingin bertemu dengan Jeno saat ini. Pintu kamar itu terbuka, menampilkan wajah dan juga tubuh tegap Mark, berjalan menghampiri Jeno yang masih tertidur lelap.
Mengecup keningnya pelan, lalu segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelahnya ia langsung bergabung dengan Jeno yang masih saja tertidur lelap tanpa merasa terganggu.
Namun belum sempat ia menggerakan tubuh itu, Jeno sudah menggeliat pelan. Tanda ia sedikit terganggu.
Mark mengecup hidung mancung itu dengan gemas.
Kedua mata Jeno terbuka, mengerjap lucu.
"Dari mana?"
Tanya Jeno dengan suara serak habis bangun tidur."Aku ada urusan"
Jawabnya. Jeno mengangguk, lalu semakin membenamkan wajahnya di dada Mark."Eunhm..Magu..harum"
Bisiknya lirih. Mark tersenyum lalu mencium ujung rambut Jeno. Merasa lucu dengan panggilan yang Jeno berikan padanya."Kau juga harum"
Mark mengendus leher Jeno membuat si empu tertawa pelan karena rasa geli yang ia rasakan di lehernya.Tok tok!
Ketukan di pintu itu berhasil menghentikan kegiatan mereka.
Mark melirik sekilas kearah pintu itu, lalu kembali menoleh kearah Jeno yang tengah menatap lugu kearahnya.
"Aku akan kembali"
Ucapnya memberikan ciuman lembut di bibir Jeno. Ia beranjak dari tempat tidur, membenarkan bathdrobe yang ia pakai lalu membuka pintu kamar itu dengan wajah datarnya.Mark tidak menampilkan ekspresi apapun saat melihat Aria lah yang mengetuk pintu itu.
Kedua mata Aria sedikit bergetar saat melihat Mark yang hanya memakai jubah mandi saja, dan ia tau pria itu tidak memakai apapun di dalamnya karena itu adalah kebiasaannya selama ini.
"Ada apa?"
Tanya Mark."Aku..aku merindukan mu"
Ucapnya dengan suara pelan. Ia sedikit menunduk karena sakit melihat wajah Mark. Mark menghela nafas sebentar. Ia sebenarnya tidak tega jika melihat wajah sendu Aria."Kembali ke kamar. Aku akan menyusul mu"
Ucapnya. Aria yang mendengar hal itu sedikit tersenyum lalu mengangguk patuh.Setelahnya pintu itu Mark tutup kembali.
Ia kembali berjalan kearah Jeno yang masih menunggunya dengan tatapan polos yang menggemaskan.
"Siapa?"
Tanya Jeno penasaran."Aria"
Jawab Mark yang kembali menyamankan dirinya di sebelah Jeno. Jeno tertegun sesaat, ia kembali mengingat perkataan Aria kepadanya tadi pagi."Aku akan kembali ke kamar"
Ucap Mark mengalihkan perhatian Jeno."Tidur dengannya?"
Tanya Jeno dengan wajah sedihnya. Ia ingin Mark kembali ke kamar dan tidur bersama Aria. Namun hati nya tidak ingin ditinggal Mark walau hanya sebentar.Mark mengangguk pelan. Jeno merengut kesal.
"Yasudah!"
Ucapnya yang kini memalingkan wajahnya, ia bahkan memunggungi Mark. Mark menghela nafas pelan. Ia mengecup bahu sempit Jeno."Jangan marah, sayang.."
Ucapnya dengan sangat lembut. Membuat Jeno sempat tergoda."Hanya malam ini"
Ucapnya yang kembali mencium bahu Jeno. Jeno tidak bersuara ia hanya mengangguk pelan. Mengijinkan Mark meninggalkannya malam ini saja.Mark tersenyum lalu mencium ujung rambut Jeno.
"Selamat malam"
Ucapnya."Selamat malam"
Balas Jeno dengan gumanan. Lalu setelahnya pria itu pergi meninggalkan Jeno yang tengah meremat dadanya saat ini.Sebenarnya siapa yang harus di kasihani di sini?
VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Obsession (Markno)
Teen FictionJeno, seorang remaja 16 tahun yang tinggal di panti asuhan. Harus rela terjerat dalam kehidupan yang membingungkan milik seorang ketua mafia yang terobsesi dengannya. Story from grandson (MAFIA)