Bab [3] About Pain

4.3K 269 1
                                    

“Hai, Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hai, Mas.”

Suara lembut Masayu menyambut kepulangan Aditya.

Aditya hanya melirik sekilas lantas menuju kamarnya. Selama menikah, mereka tidak pernah tidur di satu kamar, kecuali saat menginap di rumah Lugas Abdi Pradipta atau Jeon Yoo Joon, ayah Aditya. Masayu menempati kamar di lantai dua, sementara Aditya menempati kamar di lantai satu.

Kebiasaan yang sudah biasa. Lirikan sinis, ucapan ketus, dan sikap dingin, sudah biasa Masayu dapatkan dari Aditya. Namun, tetap saja dia merasakan sakit luar biasa di hatinya.

Hei, Masayu pun ingin dicintai. Dia percaya cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Tetapi, kenapa Aditya terlihat kebal dengan peribahasa Jawa Witing tresno jalaran soko kulina’. Sering Masayu berusaha mengurangi perasaannya, agar tidak lagi menaruh harapan tinggi pada Aditya.

Akan tetapi, bukannya mengurangi, cinta Masayu pada Aditya kian menambah. Katakan saja Masayu bodoh, karena mencintai orang yang bersikap abai padanya. Masayu hanya tahu cara mencintai, tanpa tahu cara melupakan. Wanita 25 tahun itu terlalu naif.

Aditya keluar dari kamarnya menuju meja makan. Masayu masih bersyukur Aditya mau makan malam di rumah. Meskipun hanya sekali atau dua kali dalam beberapa minggu terakhir.

“Mas mau makan apa? Biar aku—”

“Aku tidak cacat dan aku bisa sendiri,” tukas Aditya.

Masayu menarik kembali tangannya yang hendak mengambilkan nasi serta lauk untuk Aditya. Pria itu lebih memilih untuk mengambil makanannya sendiri. Terlihat senyum Masayu yang perlahan memudar. Lagi dan lagi, harapannya terpatahkan oleh kenyataan. Begitu menyakitkan, begitu perih.

Makan malam berlangsung hening, hanya ada suara jam dinding diiringi dentingan sendok dan garpu.

“Aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu,” kata Aditya memecah keheningan.

“Ha?” Masayu yang sedari tadi makan sembari melamun pun terkesiap. “Mas bilang apa?”

“Cih! Berlagak tidak dengar,” gerutu Aditya pelan, namun, masih bisa didengar oleh telinga Masayu.

Masayu hanya diam. Tidak ingin memperpanjang atau mengeruhkan keadaan.

“Aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Silakan habiskan seperti biasanya,” ujar Aditya yang terselip nada hinaan dalam ucapannya.

Masayu hanya mengulum senyum. “Terima kasih,” ucap Masayu.

Aditya diam dengan senyum miring di wajahnya. “Kau hebat, ya. Berhasil menarik perhatian orang seperti mendiang ibuku, lalu hidup bahagia dengan segalanya yang belum pernah kau punya,” kata Aditya.

Masayu menatap Aditya.

“Apa? Bukankah aku benar?” Aditya tersenyum remeh. “Ah, dan ya. Tadi siang aku menyelamatkanmu dari para penggosip itu, bukan karena aku kasihan padamu.”

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang